CHAPTER 19: LEMBAR BARU

15 4 0
                                    

Hari Minggu pertama Cinta semenjak keluar dari rumah. Ia dan kakaknya duduk berhadapan di sebuah kafe kecil yang tidak jauh dari kos. Mereka menikmati camilan sambil berbincang ringan hingga menyinggung keadaan rumah.

"Bagaimana kabar rumah, Kak? Sudah hampir seminggu, ya, aku pergi," ujar Cinta.

Delon menyeruput es kopinya. "Tidak ada yang berubah, tetap suram, sepi, dan tidak berwarna," jawabnya.

Cinta mengangguk mengerti. Kemudia ia bertanya, "Ayah gimana?"

"Tentu meledak. Tahu sendiri gimana ayah kamu tiap marah. Dia hampir mencari kamu, tapi aku tahan," jawab Delon lagi.

"Makasih, ya, Kak,"ucap Cinta.

"Kamu nggak ingin kembali?" tanya Delon.

Gadis itu menggeleng. "Aku belum siap, Kak. Aku takut ketemu Ayah dan Mama."

"Ya, sudah. Tidak pa-pa. Oh iya, bukannya hari ini terakhir hukuman kamu, ya? Setelah ini Kakak ambilin seragam, ya?"

Delon terburu-buru berdiri. Namun, tangan kurus adiknya menahan. Anak sulung itu pun kembali duduk di tempatnya.

"Kenapa?" tanya Delon.

"Tidak usah sekolah lagi, ya, Kak?"

"Kenapa begitu? Ada apa?" Delon tidak menyangka dengan pernyataan adiknya.

"Karena aku udah nggak mau lagi, Kak. Waktu aku masuk, pasti nggak ada yang nemenin. Terus, guru juga udah nggak percaya sama. Lagian mahal SPPnya, Kak," jelas Cinta.

"Lalu, kamu mau ngapain kalau nggak sekolah?" tanya Delon lagi.

"Kerja, Kak. Aku tadi dapat kerja di toko, Kak. Walaupun cuma jadi pelayan, tapi lumayan," balas Cinta.

Delon mengembuskan napas besar. "Baiklah, kalau itu mau kamu." Anak sulung itu mengelus rambut adiknya yang lurus.

**(())**

Hari pertama Cinta bekerja. Ia menyusun vas dan pot bunga berdasarkan bentuk dan warna sebelum jam toko untuk buka. Vas dan pot itu tersusun rapi di rak besar yang ada di tengah ruang. Lanjut, gadis itu juga menyusun bunga pelastik di rak sebelah, serta mawar sungguhan dengan berbagai warna dipajang di depan toko.

Beres, toko bunga itu terlihat rapi dan siap untuk menerima pelanggan. Satu karyawan lagi yang bertugas sebagai kasir juga sudah siap di tempat. Ia memberi tanda pada Cinta untuk membalik papan Open.

Gadis itu bekerja dari pagi hingga tengah hari. Memang sengaja ia tidak mengambil penuh waktu. Walaupun tidak lagi sekolah, ia tetap tidak ingin tertinggal materi. Toko itu juga bukan toko yang sibuk.

Ponsel Cinta berdenting. Ada pesan masuk dari orang baru yang akhir-akhir ini membuat hidup gadis itu lebih semangat. Karena sepi, ia pun membuka.

Padu

Nanti jadi, kan?

Senyum gadis itu merekah sambil mengetik balasan.

Jadi.

Setelah balasan itu, beberapa pelanggan datang. Ia segera mengantongi ponselnya dan menyambut pelanggan. Gadis itu membuntuti dan beberapa kali menawarkan bantuan. Ia juga menjawab pertanyaan dengan ramah.

Waktu sudah menunjuk jam 1 siang. Saatnya Cinta selesai dengan tugas paruh waktunya kemudian kembali ke kos. Kini ia menjalani rutinitas baru lagi selain belajar dengan Padu. Tentu bukan tanpa tujuan ia putus sekolah dan memilih bekerja.

Padu datang lagi. Tidak lupa jajan sekolah menjadi teman untuk mereka belajar. Remaja bermata sipit itu sebenarnya tidak mengajari Cinta, karena kemampuan mereka berbeda. Ia hanya menemani teman barunya belajar, sambil sesekali berbincang ringan.

[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang