CHAPTER 1 : SMA IDAMAN

115 9 0
                                    

Gerbang sekolah terbuka lebar, mobil pun berjejer di depan. Beberapa remaja memakai seragam putih-biru dengan orang tuanya masuk ke sekolah itu, ada pula yang datang seorang diri atau dengan teman-teman. Semua siswa sudah terkumpul di lapangan, para orang tua menunggu di luar.

Seorang wanita berpakaian dinas berdiri di podium. Ia mengumumkan ruangan yang akan digunakan sebagai tempat tes. Semua mata siswa tertuju padanya, memperhatikan dengan saksama. Selesai dengan acara pembukaan, seluruh peserta tes diarahkan ke kelas masing-masing.

Seorang remaja tertatih dari gerbang sekolah. Ia berlari menuju pengawas lapangan dan menanyakan tempat tesnya. Pengawas menjulurkan tangannya, remaja itu mengeluarkan kartu peserta.

"Untung belum dimulai. Ayo, ikut saya!" ujar pengawas, kemudian berjalan menuju lokasi tes. Remaja itu mengikuti. Belum ada lima langkah, terdengar suara langkah lari.

"Tunggu!" teriaknya.

"Ini lagi. Satu cewek, satu cowok. Pas sekali satu pasang. Kalian berdua berniat sekolah di sini atau tidak sebenarnya?" Pengawas itu menaikkan suaranya.

Kedua siswa SMP itu menunduk. Tanpa kata lagi, pengawas lapangan itu pun segera mengantar mereka ke ruang ujian masing-masing. Sampai di suatu kelas, pengawas menyuruh yang perempuan untuk masuk, sedangkan siswa laki-laki yang ikut terlambat berada di ruang yang berbeda.

Semua kursi sudah penuh, termasuk bangku guru untuk pengawas tes. Semua mata tertuju pada remaja yang baru saja masuk, sehingga membuat dirinya tertunduk menuju bangku.

Pengawas tes berdiri untuk membagikan soal. Semua peserta masih terdiam karena tegang. Keterlambatan salah satu peserta membuat pengawas itu mengoceh.

"Sekolah ini tidak kenal kata terlambat. Terlambat artinya tidak menghargai waktu. Waktu untuk diri sendiri, apalagi orang lain," ocehnya sambil melirik perserta yang terlambat tadi, "Oh... Cinta," lanjutnya.

Sekali lagi semua peserta memandang peserta bernama Cinta itu. Seketika mata Cinta bergetar sambil melihat sekeliling. Walaupun pengawas sudah berlalu dan mengumumkan waktu tes sudah dimulai, tetap saja ia gugup. Remaja berambut lurus itu menarik napas dalam untuk menenangkan. Berhasil, ia bisa fokus mengerjakan tes.

Tes telah usai, seluruh peserta berhambur keluar kelas. Ada yang langsung keluar gerbang, ada yang berpelukan dengan orang tuanya kemudian bercerita, ada pula yang berkeliling sekolah unggulan di kota itu.

Cinta termasuk yang berkeliling. Ia melihat gedung tiga lantai berwarna hijau paris membungkus lapangan tengah. Pepohonan dan taman mini di depannya menambah kesan sejuk. Tidak salah jika sekolah itu menjadi idaman seluruh siswa. Cinta memejamkan mata sejenak dan berdoa dalam hati untuk bisa belajar di situ.

Selesai berkeliling, Cinta keluar gerbang menunggu angkutan menuju rumahnya. Ia melambaikan tangan pada teman yang dijemput orang tua. Setelah beberapa menit, angkutan berwarna biru berhenti di depannya. Gadis itu masuk.

Perjalanan dari sekolah ke rumahnya terhitung jauh. Tidak terasa matahari menguning, jarum pendek jam di tangan Cinta sudah menunjuk angka 4. "Pasti dimarahi," gumam Cinta.

Cinta membuka pintu rumah, keadaan terlihat sepi. Ia pun berlari kecil menuju kamar. Ketika tangan cinta menyentuh gagang pintu, terdengar seseorang berhenti di belakangnya.

"Bagus, ya, jam segini baru pulang?! Masih pakai seragam lagi."

"Maaf, Ma." Cinta menunduk.

"Itu! Cucian piring numpuk, makan malam nggak siap. Beraninya kamu pulang terlambat." Mama tidak berhenti hanya dengan mendengar kata maaf. Cinta hanya terdiam dengan menahan tangis.

[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang