Ujian telah usai seminggu yang lalu. Pembelajaran selama satu semester akan diketahui sebentar lagi. Biasanya, setelah ujian para siswa menikmati waktu istirahat atau liburan. Namun, berbeda dengan Cinta yang memilih berdiam di kamar.
Tentu bukan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Ia memanfaatkan meja belajarnya dengan baik. Cinta terus berlatih mengerjakan soal olimpiade yang sebelum itu dianggap sulit.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Gadis berambut lurus pun terperanjat dan membalikkan badan.
"Mama," ucap Cinta.
"Ngapain kamu dari tadi di kamar? Bereskan rumah. Sebentar lagi keluarga saudara Ayahmu datang untuk makan malam bersama," perintah Mama.
"Baik, Ma," jawabnya dengan suara lembut.
"Oh, iya? Di mana Delon?"
"Ke sekolah Cinta, Ma. Ada pengambilan rapor."
"Oh iya, setelah ini aku mau mengambil rapornya Zelo. Kamu masakin nasi saja untuk 10 orang," perintahnya lagi. Cinta hanya mengangguk sebagai jawaban.
Mama pun meninggalkan kamar Cinta. Sambil membalik badan Mama berkata, "Merepotkan saja. Begitu saja harus diambilkan kakaknya."
Walaupun pelan, suara itu terdengar ditelinga Cinta. Sudah biasa, anak tengah itu tidak ambil pusing dengan kalimat yang diucap sang mama.
Gadis itu bergegas memenuhi perintah Mama. Menyapu mulai dari ruang paling belakang menuju depan. Di tengah kegiatannya, mama Cinta melintas dan sedikit tersandung sapu yang dipegang anaknya.
"Lihat-lihat, dong!" Nada Mama meninggi.
"Maaf, Ma," ucap Cinta.
Tanpa kata, Mama melanjutkan langkah keluar dari rumah. Cinta terdiam melihat orang yang melahirkan dan membesarkannya sampai menghilang dari pandangan. Ia lupa kapan terakhir orang tuanya memperlakukan dengan baik. Gadis itu hanya mengingat sikap dingin serta cacian ketika bersalah.
Tidak, gadis berambut lurus itu tidak menangis. Ia hanya rindu kehangatan dari orang tuanya. Tersadar, ia pun melanjutkan perintah Mama.
Akhirnya selesai, lengkap dengan bersihnya ruang makan dan nasi yang sedang termasak. Cinta duduk di kursi ruang tengah sambil mengipasi diri. Seseorang memasuki rumah tanpa mengetuk. Ia memanggil nama Cinta.
Cinta sedikit mengintip ke arah ruang tamu. Dari suaranya, ia tahu bahwa itu kakak sulungnya. Kemudian, gadis itu menghampiri. Mereka bertemu tepat di depan kamar Cinta.
"Bagaimana, Kak?" tanya Cinta.
Delon terdiam dan mengarahkan adiknya memasuki kamar. Sampai di kamar, masih belum terucap satu kalimat dari keduanya. Cinta duduk di ranjang, sedangkan Delom berdiri menghadap adiknya.
"Jangan kaget, ya?" Kalimat pertama Delon akhirnya keluar.
Cinta menelan ludah. "Jangan sampai nilaiku jelek gara-gara kemarin," batinnya sambil menatap kakaknya dalam.
Rapor Cinta pun di buka tepat dihadapan pemilik. Bukan daftar nilai yang terlihat, melainkan piagam bertuliskan juara 2. Gadis itu melompat kegirangan hingga memeluk kakaknya. Hasilnya tidak seburuk yang dipikirkan.
"Selamat, ya, cantik," ucap Delon sambil mengacak rambut tetap rapi setelah membersihkan satu rumah.
Ia melihat nilai-nilai dari hasil belajarnya selama satu semester. Angka depan di hampir semua mata pelajaran adalah 9, hanya satu angka 8 di mata pelajaran Kewarganegaraan. Cinta menghela napas.
"Tidak buruk," ucapnya lega.
"Memangnya kenapa?" tanya Delon bingung.
"Tidak, Kak. Kemarin aku kesulitan waktu ujian mata pelajaran ini," jawab Cinta sambil menunjuk ke mata pelajaran Kewarganegaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK
Ficção AdolescenteMenceritakan tentang seorang siswi bernama Cinta yang bisa memasuki sekolah Internasional, tetapi tidak diizinkan kedua orang tua. Sehingga, ia bersekolah di SMA Negeri biasa. Selain itu ada siswa bernama Padu yang dituntut untuk bisa masuk di sekol...