CHAPTER 16 : BERTEMU DI RUANG BK

24 4 0
                                    

Cinta duduk sendiri di ruang BK. Gadis itu menatap kosong ke depan. Di kepalanya tidak terbayang akan memasuki ruangan yang terkenal untuk siswa nakal di sekolah.

Tidak seberapa lama, terdengar langkah kaki memasuki ruangan. Suara remaja laki-laki meminta izin untuk masuk. Karena penasaran, Cinta membalik badan. Mata mereka bertemu.

"Kamu?" Siswa itu menunjuk ke arah Cinta.

Sontak siswi berambut gelombang itu mengembalikan posisi badannya. Padu mendekat dan meletakkan kertas berisi pernyataan sebagai hukuman tempo hari. Ia menoleh untuk memastikan tidak ada orang selain mereka berdua.

Padu mendekatkan wajahnya. "Kamu Cinta, kan?"

Cinta mengangguk.

"Bukannya kamu murid pintar, kenapa kamu di sini?" tanya Padu.

"Memangnya aku tidak boleh di sini?" Cinta memalingkan wajah.

"Oh iya, ini ruang BK bukan untuk murid bermasalah saja. Maaf," ucap Padu.

Mereka terdiam sejenak. Hembusan napas terdengar dari mulut Cinta.

"Aku memang bermasalah, kok," ujar Cinta.

"Kamu? Kok bisa?" Siswa bermata sipit itu tidak percaya.

"Begini-"

Gadis itu mencoba menceritakan hal yang memawanya sampai di ruang BK. Namun, terhenti setelah dua orang dewasa masuk. Padu segera berdiri tegap. Ia terpaku melihat Bu Puji dan satu wali murid itu. Setelah sadar, ia langsung keluar. Kedua orang dewasa itu duduk di hadapan Cinta.

"Oh, ini yang membuat anak saya nangis dan tidak mau sekolah lagi?" ucap wali murid itu.

Cinta tidak bisa berkata-kata.

"Cinta, ini bundanya Nina. Mana wali kamu?" tanya Bu Puji.

"Tidak ada yang datang, Bu," jawabnya singkat.

Mereka berdua saling menatap. "Pantas saja tidak punya etika. Tidak punya orang tua rupanya," ketus bunda Nina. Gadis itu tidak menjawab dan menatap tajam ke arah depan.

"Anak itu punya orang tua, kok, Bu." Suara itu dikenal oleh Cinta.

Ia melihat ke belakang. Benar saja, sang kakak datang sebagai wali.

"Saya meminta maaf atas kesalahan adik saya." Delon menunduk. Bu Puji memberi isyarat untuk duduk di sebelah Cinta.

"Kenapa Kakak datang?" bisik Cinta.

"Mama yang menyuruh. Tadi ada telepon dari sekolah," jawab Delon.

Tangan gadis itu berubah gemetar. "Gimana nanti di rumah?" batinnya.

Delon memegang tangan adiknya. Namun, ia merasa aneh dan melirik. Ada beberapa bekas sayatan masih merah di tangan gadis itu. Karena tidak bisa langsung bertanya, anak sulung itu hanya diam. Ia mendengar penjelasan dari wali kelas dan wali murid dari Nina.

"Saya tidak terima kalau hukumannya hanya ringan. Anak saya sampai tidak mau masuk sekolah lagi." Bunda Nina masih tidak terima.

"Apa Bunda bisa membujuk Nina untuk masuk sekolah lagi? Kami tidak akan mengulang hal ini lagi, Bun," ujar Bu Puji.

Bunda Nina menggeleng. "Tidak, saya mau memindahkan Nina. Menyesal saya mendaftarkan di sini."

Bel istirahat berbunyi. Padu duduk di taman depan ruang BK dengan dua gelas es cokelat. Tangannya saling bertaut seperti menunggu. Bahkan, Jo dan Azka disuruh untuk meninggalkan sendiri.

Tidak lama, yang ditunggu Padu keluar. Setelah Bu Puji dan kedua wali murid itu pergi, remaja bermata sipit itu menghampiri Cinta.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Cinta.

[TAMAT✔] Cinta Ber(Padu) di Ruang BK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang