7. Mate.

729 60 8
                                    

Lagi-lagi hujan. Sowon hanya menghela nafas gusar. Seharusnya ia membolos di matkul ini. Benar-benar tidak ada yang ia mengerti. Layaknya kambing tuli yang mengantuk ditengah kelas yang ambisius ini.

Apalagi kelas malam. Sowon paling malas kalau harus masuk kelas malam. Biasanya jam 7 ia akan tidur, nanti bangun lagi sekitar jam 11 untuk balapan bersama Jeonghan, tentunya. Untuk saat ini, ia mengantuk.

Sowon masih ingat tatapan mata Jeonghan yang menatapnya tak percaya di kantin. Sowon pasti akan dicerca oleh Jeonghan karena pria yang ia temui. Sejujurnya pun, Sowon tidak mau menemuinya. Tetapi, gadis dengan darah Alpha itu tak punya kesempatan untuk menjelaskannya kepada Jeonghan. Seperti hilang ditelan bumi, Jeonghan tidak bisa dihubungi.

"aish, Jeonghannie." Hela Sowon gusar. dirinya kembali menatap layar laptopnya. Sibuk mencatat hal-hal yang penting pada saat perkuliahan. Walaupun Sowon tidak mengerti, ia tetap mencoba untuk mencatat.

INCOMING CALL : Beban.

Accept | Decline

memang Jeonghan benar-benar beban. Sowon sedang berada di kelas filsafat yang dosennya dikenal dengan tegas serta killer, orang ini malah menelponnya. Untung saja ponsel Sowon telah di silent agar tidak berbunyi.

"Gue lagi kelas anj--"

"Sowon nuna.. ini Dokyeomie."

Deg.

"Jeonghanie hyung s-sepertinya heat.. I-ini Dokyeom lagi di perpustakaan depan.."

"Tunggu disana. Jangan kemana-mana."

Tut.

***

Kembali ke Jeonghan. 

Dokyeom kini bingung bagaimana mengurangi bau pekat Jeonghan yang tengah heat. Jaket Sowon saja tidak cukup untuk menyamarkan bau Jeonghan. Dan kini, Jeonghan merintih kesakitan akibat heat.

"Hyung-ah..." Dokyeom panik sekali. Baru kali ini ia melihat Jeonghan yang selalu kuat, kini terkulai lemas karena heatnya. Dokyem tahu Jeonghan adalah omega. Sudah lama sekali Dokyeom tahu perihal ini. Tetapi, ia hanya diam.

Untungnya, perpustakaan sepi. Mungkin hanya ada dirinya dan Jeonghan. Dokyeom tidak tahu bagaimana bila nantinya ada orang yang masuk dengan keadaan Jeonghan seperti ini. Membawa Jeonghan keluar itu riskan. Ditambah diluar hujan, membuat susah untuk kemana-mana.

Tring!

Gawat, ada orang yang masuk.

Dokyeom langsung berdiri didepan Jeonghan. Menutupi Jeonghan dengan badannya. Sementara Jeonghan semakin merintih. Baunya memusingkan kala pemuda itu masuk. Menusuk sekali.

"Minggir." Ujar pemuda itu dengan suara rendahnya. Kedua irisnya perlahan berubah menjadi merah, aura Alphanya menguar, membuat Dokyeom yang beta takut. Tetapi, dirinya harus melindungi Jeonghan.

Dengan keberanian yang ia kumpulkan, Dokyeom tetap tangguh melindungi Omega dengan surai blonde  tersebut yang kini tengah merintih pelan, tatapannya nanar menatap sang Alpha.

"Aku matenya. Minggir." Alpha dengan jaket jeans hitam dan pink itu mendekati Jeonghan yang tampak lemas sekali. Langkahnya tak gentar mendekati Dokyeom, tatapannya tampak mematikan. Siap membunuh siapa saja yang menghalanginya.

Ditatap seperti itu, sebenarnya nyali Dokyeom ciut. Tetapi ia tetap tangguh berdiri. Menekankan dirinya untuk melindungi Jeonghan yang sudah ia anggap sebagai saudaranya. 

"A-apa b-buktinya?" Gagap Dokyeom sembari menatap Seungcheol tajam. Dirinya tidak boleh terlihat takut. Justru ia akan lengah jika dirinya terlihat lemah dihadapan Alpha ini.  Apalagi di keadaan Jeonghan yang lemah ini. Tidak akan Dokyeom biarkan Alpha mesum mendapatkan Jeonghan.

Kalopsia, Jeongcheol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang