11. Pulang.

553 61 2
                                    

WARNING !!!! PART PANJANG

Banyak sekali pujian yang Jeonghan dapatkan setelah balapan. Lagi, dan lagi ia menang. Siapa yang bisa meremehkan Jeonghan? Tak ada. Bahkan Sehun yang sudah 2 kali bertanding dengan Jeonghan kini mengakui kehebatan Jeonghan.

Setelah balapan, tidak seperti biasanya Jeonghan pamit untuk pulang. Entah mengapa, ia ingin bersama Alphanya malam ini. Menceritakan semuanya hari ini. Jeonghan cukup bahagia untuk sekarang. Bagaimana tidak? Ia mendapatkan 150 juta dalam sekali balapan.

Seungcheol yang berada didepan mobil tersenyum hangat menatap Jeonghan yang berjalan kearahnya. Bangga sekali rasanya ia melihat Jeonghan yang sudah berkompetisi dan bahkan menang. Walaupun ilegal, tetap saja Seungcheol merasa bangga.

Tidak banyak kata, Seungcheol dan Jeonghan langsung masuk ke dalam mobil dan meninggalkan arena. Seungcheol tak hentinya mengecup punggung tangan omeganya. tangan Jeonghan digenggam, bahkan Seungcheol merapikan surai Jeonghan.

"Gimana balapannya tadi?"

"Menang, as always." Jawab Jeonghan dengan senyuman sumringahnya. Jeonghan kini tanpa tersadar menyandarkan kepalanya di bahu milik Seungcheol. Dirinya senang sekali hari ini. Setidaknya ia masih sadar jika dewi fortuna masih berada di pihaknya.

"Mau kemana kita?" Jeonghan melirik Seungcheol yang sibuk menyetir, Seungcheol tersenyum, terlihat kedua lesung pipi Seungcheol kala dirinya tersenyum.

Entahlah, bersama Seungcheol membuat Jeonghan merasa aman dan hangat. Jeonghan tak pernah merasakan hal seperti ini sejak kematian Ibunya. Ia tumbuh menjadi anak yang dingin, tidak percaya kepada siapapun dan kasar.

Seungcheol membawa Jeonghan ke tempat favoritnya. Dimana, Seungcheol bisa melihat kerlap kerlip kota Seoul dari atas. Disana adalah tempat Seungcheol menenangkan diri kala dirinya keluar batas. 

"Whoa..." Jeonghan mengeluarkan kepalanya dari sunroof milik Seungcheol kala sampai. Ia tidak pernah tahu ada tempat seindah ini di Seoul. Sementara, Seungcheol hanya tersenyum melihat omeganya yang bersemangat seperti bocah.

Pemuda dengan surai blonde tersebut langsung duduk dan menatap Seungcheol dengan mata yang berbinar. Seungcheol hebat, bisa menemukan tempat seperti ini. Ditambah lagi, semilir angin membuat Jeonghan nyaman.

Sang Alpha membuka Sunroof  dan jendela mobil. Kini, mereka berdua tengah terdiam, namun mereka nyaman. Kini Jeonghan sedang bersandar di dada bidang milik Seungcheol sementara kedua jemari mereka saling bergenggaman sembari melihat kerlap-kerlip lampu kota. Ada keheningan diantara mereka, tetapi tak apa.

Jeonghan tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini. Terakhir saat Ibunya masih hidup. Itu lama sekali. Mungkin sekitar 12 tahun? Entahlah. Lama sekali Jeonghan tidak merasakan kenyamanan dan kehangatan seperti ini.

"Nyaman?" Sang Omega mengangguk. Ia nyaman sekali berada di dekat sang Alpha.

Seungcheol hanya terkekeh pelan, sesekali jemarinya mengusap surai milik Jeonghan yang halus dan wangi itu. Seungcheol juga menikmati keadaan seperti ini. Kalau bisa, ia akan minta tuhan untuk menghentikan waktu.

"Aku rindu mama." Ucap Jeonghan serak. 

Kehangatan dari Seungcheol membuat Jeonghan rindu Ibunya. Rasanya masih terekam jelas senyuman manis ibunya, pelukan hangat ibunya dan kali terakhir ia melihat Ibunya. Masih terekam jelas.

Jeonghan takut, takut sekali.

Takut bila Seungcheol akan pergi seperti Ibunya yang meninggalkan dirinya yang masih belia. Bahkan, pada saat itu Jeonghan tak tahu apapun. Jeonghan kecil pada saat itu bersorak gembira karena mendapatkan nilai terbaik dikelas.

Kalopsia, Jeongcheol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang