15. Percayakan padanya.

443 41 1
                                    

"Eugh.. Kepalaku.. " Seakan diguncang, kepala Sowon sakit sekali saat terbangun. Bahkan, ia sendiri tak sadar sudah meminum berapa botol. Dan bahkan ia tidak tau dirinya dimana. Kepalanya sangat pusing kali ini.

Terdengar suara ombak air yang menenangkan dari luar. Sowon tampak mengintip, mengapa ia berada di pantai? apakah ini di surga? Ada apa yang terjadi tadi malam? Ia tidak membunuh orang kan saat ia mabuk? Semoga tidak.

"Aaaa!" Terdengar suara teriakan dari Jeonghan yang membuat Sowon menjadi sadar seratus persen. Langsung, Sowon keluar dari mobil dan melihat Jeonghan yang terjatuh di pasir sembari tertawa. Tetapi, ada yang aneh dari tampilan Jeonghan. Surai panjangnya kini menjadi pendek.

"Jeonghan--rambut--"

"Sowon-ah. Sudah sadar? syukurlah." Jeonghan tersenyum lebar. Sowon menatap Jeonghan bingung. Ada apa ini? Mengapa Jeonghan menjadi soft seperti ini? Dimana Jeonghan yang selalu mengumpat dan berbuat kasar?

"Sudah sadar? mau minum?" Suara itu membuat Sowon berbalik. Seorang pemuda dengan baju putih, kacamata hitam dan celana jeans hitam menghampiri Sowon dan Jeonghan. Ia menyodorkan air mineral dingin ke Sowon. Disambut Sowon sembari melihatnya dengan tatapan aneh.

Bukankah itu adalah musuh Jeonghan? Tetapi, Jeonghan dan Johnny tampak dekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukankah itu adalah musuh Jeonghan? Tetapi, Jeonghan dan Johnny tampak dekat. Seperti pasangan. Mereka sibuk tertawa. Johnny membantu Jeonghan berdiri lalu tertawa bersama. Aneh rasanya.

Jeonghan dengan kemeja kebesarannya itu tampak menikmati tiupan angin dan air laut yang membasahi kedua kakinya. Kapan ya Jeonghan ke pantai dan merasakan hal yang menenangkan seperti ini? sudah lama sekali.

Sementara Johnny duduk di kayu sembari melihat Jeonghan dengan senyuman puasnya. Tak salah ia membawa omega tersebut ke pantai untuk sekedar menenangkan diri. Dan lihat saja, Jeonghan tampak menyukai tempat ini.

Sowon duduk disamping Johnny, ikut menatap Jeonghan yang kini sedang mencari kerang dan ngomong sendiri. Seperti anak kecil yang terfokus kepada dunianya, hingga lupa dengan orang lain karena terlalu bahagia.

"He's know." Ujar Johnny sembari meminum kopinya. Sementara Sowon cukup terkejut mendengarnya. Sowon menyembunyikan dengan baik, tetapi Jeonghan sudah tahu apa yang dilakukan Alphanya berkat Johnny. Menurutnya, Jeonghan harus tau betapa kejinya sang Alpha.

Sowon menghela nafasnya dengan perlahan. Ia sediri cukup bingung. Apakah ia harus memberitahukan kebenarannya atau tidak. Tetapi, menurutnya Jeonghan akan tahu, cepat atau lambat.

"Bisa kuakui, permainan yang Seungcheol buat merupakan permainan yang halus. Orang yang baru kenal Seungcheol akan tidak percaya dengan apa yang dikatakan orang lain. Termasuk aku."

Sowon mengangguk. Pada awalnya ia tak percaya. Sowon sendiri sudah beberapa kali ke club itu hanya untuk memastikan kalau itu Seungcheol. Dan benar saja dugaannya. Tetapi, ia bisa apa?

Keduanya kini sedang melihat Jeonghan yang asik bermain di pantai sendirian. Entah ia berbicara dengan siapa, Jeonghan tampak senang sekali. Bahkan, baju dan celananya basah karena bermain air. Tetapi tenang saja, biasanya Sowon menyiapkan baju pengganti di mobil Jeonghan.

"I saw many unspoken feelings . Terlalu banyak yang dipendam sampai dia sendiri nggak bisa mengungkapkan atau membedakan perasaan itu sendiri." Sowon mengangguk. Apa yang dikatakan oleh Johnny benar adanya. Selama 12 tahun bersama Sowon, Jeonghan tak pernah membuka diri kalau dirinya sedih, menangis, senang dan banyak lagi. Sowon hanya melihat semua itu menjadi kemarahan dan menjadikan karakter Jeonghan menjadi jahat di mata orang.

Padahal, yang Jeonghan lakukan hanya melindungi dirinya sendiri sebelum disakiti orang lain. Yap, itu caranya untuk mempertahankan dirinya sendiri. Karena--

"Jeonghan terlalu banyak ditinggalkan banyak orang." Ujar Sowon sembari menatap desiran ombak yang berada di pinggir pantai. Angin berdesir pelan, hembusan ombak menjadi suara pemecah keheningan yang ada.

Sowon berjalan masuk ke dalam mobil. Ini aneh, mengapa hanya ada celana Jeonghan? Biasanya, Sowon menyiapkan satu setel. Tetapi, mengapa hanya ada celana? Langsung, Sowon berjalan menuju Johnny yang tersenyum menatap Jeonghan.

"Johnny. Ada baju atau hoodie?" Tanya Sowon sembari membawa celana untuk Jeonghan. Sudah lama sekali mereka di pantai. Matahari pun sudah menampakkan seluruh tubuhnya. Sebagai jawaban, Johnny mengangguk, menunjuk tasnya.

Tampak Jeonghan yang berjalan menuju Sowon dan Johnny sembari tertawa pelan. Diriya puas sekali setelah hampir semalaman bermain di pantai hingga matahari terbit. Setidaknya ia melepaskan beban yang ada. Terlebih, perihal Seungcheol.

Johnny memakaikan handuk di kepala Jeonghan dan mengusapnya pelan. Melihat Jeonghan yang bersikap layaknya anak kecil yang baru saja bermain pantai membuatnya gemas. Apalagi Jeonghan yang merengut karena Johnny. Gemas sekali.

Sowon menatap Jeonghan sembari tersenyum. Entah mengapa, Johnny dan Jeonghan terlihat sangat serasi. Terlebih, Johnny merupakan pribadi yang lembut dan bisa mengendalikan Jeonghan. Tetapi, sayang sekali mate Jeonghan bukanlah Johnny. Melainkan si manusia bajingan, Choi Seungcheol.

"Mandi sana. Habis itu pulang." Titah Sowon sembari melihat Jeonghan yang cemberut.

"Aihh... Sowonie.."

"Gak ya, gak ada Yoon Jeonghan."

Jeonghan menghela nafasnya kesal, dengan terpaksa, Jeonghan langsung pergi ke kamar mandi yang disediakan. Sementara Sowon menatap Johnny yang tampaknya menikmati semilir angin di pantai. Entahlah, angin pantai sangat nyaman untuk dinikmati.

"Johnny, terima kasih."

Yang disebut menoleh, lalu mengangguk pelan. "Anytime. kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungiku duluan."

***

Setelah menghabiskan banyak waktu di pantai, Jeonghan kembali ke kampus. Mengurus beberapa hal. Termasuk kuliahnya. Rencananya ia akan mengambil setengah semester online. karena, ini bulan milik Ibunya. Seperti biasa, ia akan tinggal di kampung halaman ibunya. Bersama neneknya.

Ia tahu, kabar ini pasti mengejutkan sang Alpha. Tak berbohong. Samar, Jeonghan merasakan kepanikan, kekhawatiran yang berasal dari matenya. Tetapi, Jeonghan dilahirkan untuk menyembunyikan perasaan dan ekspresinya. Hanya Sowon dan Seokmin yang bercerita tentang beberapa anak buah Seungcheol yang mencarinya. Bahkan, Seungcheol sendiri yang turun tangan untuk bertanya perihal omega cantiknya.

Sebenarnya, Jeonghan sudah tahu perihal Alphanya yang suka ke club dan bahkan memiliki pacar. Tetapi, Jeonghan bisa apa? Disisi lain, Jeonghan merasa sangat sakit. Baru kali ini ia nyaman dengan orang yang dirasanya tepat. Tetapi, Alphanya terlalu bajingan untuk menjadi matenya. Dan, Jeonghan bisa apa selain menerima?

Ia tidak mau, kejadian Ibunya terulang kembali dengan dirinya.

Dan kali ini ia tidak sendirian. Ia ditemani oleh Johnny yang tampaknya juga kosong. Jadilah Johnny yang menemaninya atas izin Sowon dan Seokmin. Saat pulang, Jeonghan harus ditemani. Karena, pasti kondisi Jeonghan tidak stabil. Terlebih, ia belum bisa menerima masa lalunya dengan baik.

"Sudah siap semua?" Sang Alpha dengan baju garis-garisnya yang dipadu dengan jaket cokelat dan celana jeansnya yang kini sedang menutup pintu bagasi belakang. Kini Johnny sedang berada di tempat Jeonghan. Dengan Sowon dan Seokmin yang menunggu Jeonghan bersiap.

Sementara sang Omega yang memakai celana pendek dan baju bergaris tampak mengangguk dan mengacungkan jempol kepada Johnny. Sementara, Sowon tersenyum. Ada gurat wajah khawatir, karena ini kali pertama Jeonghan pergi dengan orang lain, bukan dengannya ataupun Seokmin.

Tetapi, ia percaya dengan Johnny.

***

hii hii! yaampun maaf ya uploadnya malam malam huhuhu ide baru muncul yeaw xixixi! kapanpun kalian baca, i'm very gratefull! terima kasih sudah baca cerita ini! semoga kalian sehat terus dan bahagia selalu ya!

Kalopsia, Jeongcheol.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang