Pagi itu dalam sebuah ruang tamu, seseorang mengetuk pintu rumah tiga kali. Tak disangka, dengan pemberitahuan pencarian seorang asisten rumah tangga dalam social media, membuat satu dari sekian banyak komentar akhirnya memboyong wanita bertubuh semampai itu.
Jefri yang masih bercokol kepada keluarganya pun beringsut ke ambang pintu, dia membuka secara saksama seraya menatap mantap seorang wanita berambut sepinggang tertegun membawa koper hitam. Sesuai perjanjian dalam social media, bahwa Darmi bersedia menginap di rumah tersebut.
"Assalammualaikum ...," sapa wanita itu.
"Wa'alaikumsallam ...," respons Jefri ditimpali Siska—istrinya.
"Mohon maaf, apakah ini adalah rumah Bapak Jefri?" tanyanya.
"Benar, kamu yang kemarin malam bersedia bekerja di sini, ya?" tanya Siska sekenanya.
"I-iya, Nyah."
"Ya, sudah, silakan masuk dulu." Mereka bertiga pun bertemu dalam ruang tamu.
Wanita itu tampaknya sangat senang berada dalam rumah tersebut, karena sedari tadi sangat semringah dalam berekspresi. Jefri dan Siska berharap, kalau dia bisa membantu setiap pekerjaan yang ada. Selain Darmi, pembantu lainnya juga ada, yaitu Diman—penjaga malam sekaligus merangkap menjadi seorang pangkas rumput.
"Oh, ya, Bi, kalau gitu kita akan menuju kamar tidur untuk beristirahat dulu, barangkali masih lelah." Siska pun memboyong wanita berbaju abu-abu itu seraya melangkah menuju ruangan yang ada di pojok dapur.
Sesampainya di dalam kamar, Siska tak habis pikir dengan keadaan yang terjadi. Kemarin dia dan suami sudah membersihkan ruang tersebut. Namun, sekarang tampak kembali berantakan seperti ada yang tengah mengacak-acak. Dalam sekelebat penglihatan, sawang-sawang hadir kembali dan memenuhi ruangan.
"Maaf, Nyah. Apakah ini gudang?" tanya Darmi sekenanya.
"Eng-enggak, Bi. Kemarin saya dan suami sudah bersihkan, kenapa bisa berantakan lagi, ya?" Siska pun mendongak tepat di ambang pintu.
Sang suami pun menghampiri mereka sembari menatap heran. Pasalnya, di atas lantai telah ada beberapa potong rambut yang berserakan, ditimpali dengan meja rias yang telah berantakan. Secara saksama, Jefri dan Siska pun memasuki ruangan seraya berjalan limbung. Demi menghindari rambut-rambut yang terlihat sangat menjijikkan itu.
Sesampainya di atas dipan, sprei pun mendadak berubah warna. Yang tadinya putih bersih tanpa noda, berubah menjadi kekuningan seperti terkena sebuah cipratan teh manis, sedikit kecokelatan. Tak berapa lama, Siska penasaran dengan sebuah benda yang ada di lantai tersebut, berbentuk bulat akan tetapi bukan bola.
Ketika netranya mendongak serius, secara spontan benda itu diraih oleh sebuah tangan berkulit pucat yang datang dari bawah kolong dipan.
"Astaga!" pekik Siska terkejut.
"Kenapa, Nyah?" tanya Darmi penasaran.
"Ah, eng-enggak, ada tikus yang lewat." Wanita berbandana merah itu seakan mengalihkan topik, dia pun beringsut dari samping dipan menuju ambang pintu.
Sang suami yang tadinya pergi, kini datang kembali, dia membawa beberapa sampu dan kain pel untuk membersihkan lantai kamar. Akhirnya mau tidak mau, mereka kembali membersihkan ruangan demi untuk menjaga kesehatan.
Dengan dibantu oleh Darmi, sepasang suami—istri itu tampak sangat kompak. Kendati logika masih berkutat perihal penglihatan tak lazim telah terjadi lagi, mereka mencoba untuk menyibak segala keanehan agar asisten rumah tangga mereka dapat betah dan bekerja sebagai mana mestinya.
Setelah ruangan bersih dan wangi, Jefri dan Siska membiarkan pembantu barunya itu untuk merapikan pakaiannya di dalam lemari. Posisi masing-masing suami—istri itu tertegun menatap aksi lembut pembantu mereka. Pasalnya, wanita yang saat ini melamar menjadi asisten rumah tangga adalah seorang janda beranak dua. Sehingga Jefri merasa bahwa nantinya dia bisa menjaga anak-anaknya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Kutukan
HorrorSetelah tragedi lima belas tahun yang lalu, membuat arwah pengantin korban mutilasi kembali muncul. Arwanya pun gentayangan hingga menginginkan seorang pemuda-beristri untuk dijadikan suaminya.