Malam telah tiba, gerimis kembali melanda seluruh pesisir Pantai Sejarah. Suasana temaram ditimpali dingin yang kian mencekam, membuat seisi rumah tertidur meringkuk. Pasalnya, sejak beberapa hari belakangan, rumah tersebut sudah menampakkan kejanggalan beberapa kali meskipun baru dihuni sepekan saja.
Desas-desus berdesik datang dari dalam kamar mandi. Seperti biasa, semilir angin juga memasuki ventilasi dan merayap melalui lubang pori-pori. Lamat-lamat, sebuah panggilan lirih datang seperti menyingkap sebuah isyarat.
'Jefri ....'
Pemilik nama pun membuka netranya secara spontan, dia mendudukkan badan di atas dipan sembari melompat. Langkah yang kian limbung menyeret ubin menuju ambang pintu, sementara sumber suara semakin pasih terdengar dari arah luar. Kecipak air keran turut ambil andil dalam bagiannya, napas pun semakin terengah-engah bersama jiwa yang gelenyar.
Lamat-lamat, Jefri membuka pintu kamar mandi sembari menatap mantap sesosok wanita tanpa sehelai benang untuk menutup auratnya. Kemudian, terdengar juga bahwa dia tengah bersenadung.
Tatapan yang dia buang sejurus pada cermin berbentuk lingkaran itu. Karena sangat penasaran, Jefri pun mendekat sembari menempelkan dekapan lembutnya.
Jefri merasa sangat nyaman ketika dia berada dalam pelukan wanita berkulit sawo matang di posisi tertegun itu. Wangi bunga kantil sangat semerbak kian bergeming, lelaki tanpa baju itu tak mampu menahan jiwa untuk tidak gelenyar mendekati sumber penglihatan.
"Maaf, kamu siapa?" tanya Jefri sangat penasaran.
"Bukan siapa-siapa. Kamu ngapain masuk ke kamar mandi, aku tidak mengenakan busana," titah wanita itu sembari menyibak wajah Jefri yang sedikit menjorok ke posisi pipinya.
Sentuhan lembut itu membuat Jefri merasakan sebuah keindahan, dia pun kembali mendekatkan posisi wajahnya. "Emang kamu tidak kedinginan mandi malam-malam begini?"
"Sudah biasa kalau saya mandi malam." Kemudian, wanita itu memutar badannya dan menatap kedua netra lelaki yang tidak mengenakan baju itu.
Sementara Jefri membalas irama alunan permainan indah jemari-jemari lawan bicara, dia pun mencoba untuk menutup kedua bola mata pemuda yang kala itu tertegun. Dalam sekelebat penglihatan, suasana kamar mandi berubah menjadi sebuah istana sangat mewah, dilengkapi dayang-dayang di sepanjang permadani karpet merah.
"Silakan dibuka matanya, Mas," pinta wanita bersanggul itu.
Secara perlahan, Jefri pun membuka netranya, dia tercengang dengan sebuah ruang berukuran sangat lebar dilengkapi para perajurit kerajaan.
"Selamat datang, Tuan," ucap seorang pemuda yang sedang bersimpuh dan membawa pedang samurai di samping kiri badannya.
Karena sangat bingung, Jefri pun menarik pundak seseorang yang terlihat seperti kesatria perang itu. Kemudian Jefri bertanya, "mohon maaf sebelumnya, kalian mengapa membawa saya ke sini?"
"Ini adalah istana baru kita, sebagai Raja penguasa iblis hitam adalah Tuan Jefri. Ayo, silakan duduk di singgah sana." Lawan bicara mempersilakan sembari menggandeng tangan kanan Jefri.
Mau tidak mau, pemuda berusia 29 tahun itu mengikuti gelagat orang-orang yang mengenakan pakaian seperti perajurit suatu kerajaan. Namun, sampai saat ini Jefri tak mampu menafsirkan penampakan itu dalam benaknya. Bahkan dia tak habis pikir kalau ternyata ucapan Ustaz Hasbi benar, bahwa dirinya telah bersekutu pada iblis.
Tepat di kursi yang terapit oleh permadani karpet merah, Jefri merasa ragu untuk mendudukkan badannya, dia celingukan sembari mengerling sebuah nampan berisikan benda cair berwarna merah itu. Wanita bersanggul pun menyodorkan segelas minuman dan membuang senyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Kutukan
HorrorSetelah tragedi lima belas tahun yang lalu, membuat arwah pengantin korban mutilasi kembali muncul. Arwanya pun gentayangan hingga menginginkan seorang pemuda-beristri untuk dijadikan suaminya.