Hiruk pikuk terdengar riuh setelah kehadiran Ustaz Hasbi. Dalam sekelebat penglihatan, lukisan-lukisan yang terpajang di sepanjang dinding bergerak seperti hendak terlepas dari gantungan.
"Ustaz bisa saya tinggal dulu sebentar, karena saya ingin ke dapur," kata Jefri.
"Oh, silakan, Pak," resposns si ustaz dengan mengedarkan senyum kecil, kemudian dia menatap lagi tiap pojok ruangan.
Tampak jelas dari mata telanjang si ustaz, bahwa kediaman Jefri dipenuhi dengan makhluk-makhluk yang mondar-mandir ke sana dan ke mari. Namun, kemungkinan pemilik rumah tidak melihat keberadaan sosok itu, sehingga mereka tak memedulikan apa pun.
Dalam posisi bergeming, Ustaz Hasbi mendapatkan sebuah bisikan gaib dari telinganya. Terdengar bahwa suara itu seperti seorang wanita, sementara dari plafon rumah seperti ada yang tengah berjalan dan merayap menuju kamar lantai dua. Secara saksama, lelaki berserban putih itu menatap sejurus ke ujung penglihatan.
Belum lama menatap, listrik pun mendadak padam. Pasalnya, semilir angin bergerak lurus memasuki rumah. Tempat pergantian sirkulasi udara menggerakkan gorden, suasana rumah dipenuhi dengan aura mistis teramat kental.
Karena Jefri tak kunjung kembali, Ustaz Hasbi pun melangkah menuju ruangan yang berada di pojok dapur. Lamat-lamat, netranya terbelalak dengan sesosok wanita bergaun pengantin sedang bermain biola. Suasana tubuh ustaz pun mendadak demam, karena penglihatan itu membawa sebuah ironi mengejutkan.
Wanita yang mengenakan kebaya cokelat itu tak memiliki kepala, serta kedua netranya juga telah terlepas dari wajah. Kemudian si ustaz kembali berjalan menuju kamar mandi, suara kecipak seperti bunyi keran datang dari ruangan minimalis itu.
Ketika dia menapak dua langkah menuju ambang pintu, sesosok makhluk gaib tanpa busana melintas dan hampir menabrak sang ustaz.
"Astaghfirullah!" pekik si ustaz karena terkejut, tampak kaki sebelah kanannya pun melangkah mundur.
Sentuhan lembut mendarat di belakang si ustaz. "Ustaz."
"Eh, Pak Jefri. Saya tadi mau permisi ke kamar mandi, ingin ambil air wudu," titah Ustaz Hasbi sekenanya.
Lalu, Jefri pun membuang senyum simpul dan menjawab, "silakan, Ustaz. Jangan sungkan-sungkan, anggap saja rumah sendiri."
"Terima kasih, Pak Jefri." Lalu, ustaz pun melanjutkan titahannya memasuki kamar mandi.
Ustaz pun menutup pintu dengan rapat. Namun, dia sengaja tidak mengunci. Ternyata pertanyaan yang tadi membuatnya gelisah terbayar lunas. Pasalnya, keran itu meneteskan cairan merah seperti sebuah darah. Dengan penuh hati-hati, Ustaz Hasbi menyentuh cairan itu.
Secara saksama, lelaki berserban putih dengan tasbih di tangan kanannya meletakkan jemari sebelah kirinya menuju lubang hidung. Ternyata benar, kalau benda cair itu adalah sebuah darah manusia.
'Darah. Dari mana datangnya darah ini?' tanya si ustaz dalam hati.
Belum lama dia menatap cermin, dari pantulan sosok diri pun menghadirkan kabut hitam yang datang merayap menuju lantai. Lamat-lamat, kabut itu membentuk sebuah sosok menyerupai seorang wanita. Spontanitas, Ustaz Hasbi menoleh ke belakang badannya.
"Siapa kau!" hardik ustaz sangat ngegas.
"Untuk apa kau datang ke sini!?" balas sosok itu.
"Oh, jadi selama ini yang mengacaukan seisi rumah adalah kau!?"
"Iya! Kenapa! Jangan campuri urusanku, Ustaz."
"Apa sebenarnya yang kau mau, Kisanak!?"
"Ha-ha-ha ... yang aku mau hanya satu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Kutukan
HorrorSetelah tragedi lima belas tahun yang lalu, membuat arwah pengantin korban mutilasi kembali muncul. Arwanya pun gentayangan hingga menginginkan seorang pemuda-beristri untuk dijadikan suaminya.