1. Yang Paling Berharga?

5.6K 426 103
                                    

Apa yang paling berharga?

Cinta kah?

Pengabdian?

Sorot matanya lapang menatap bulir air hujan yang turun di jendela taksi yang ia tumpangi. Napasnya keluar bersamaan uap dingin di penghujung tahun, dia masih betah diam sampai satu desahan lainnya keluar dari mulutnya.

"Ini terlalu lama.." gumamnya pelan.

Hal tersebut menarik perhatian supir taksi tua yang meliriknya khawatir, pria paruh baya itu sudah keluar sejak pukul lima pagi dan wanita muda yang kini duduk di belakangnya adalah penumpang pertamanya di pukul sebelas siang. "A-aku akan cari jalan lain."

Gelengan beserta senyuman membalas perkataan si pak tua. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang, yang jumlahnya tiga kali lipat dari argo yang seharusnya ia bayar. "Ini, ambil saja kembaliannya."

"Eh.. Nona-" perkataannya terhenti karena penumpangnya itu telah pergi menembus derasnya hujan dan berlari di sepanjang trotoar.

Dia sudah pasti basah kuyup, penampilannya yang warm dan hommie dengan balutan sweater rajut tebal broken white yang dipadukan dengan skrit hitam sampai pertengahan paha hancur berantakan. Ia memeluk sesuatu di depan perutnya, membiarkan tas selempang hitam keluaran rumah mode Celine ikut basah.

Senyumnya mengembang lagi di antara rambutnya yang sudah lepek tak berbentuk, ia sampai pada selasar utama perusahaan besar yang jaraknya hanya sekitar dua blok dari tempat ia turun tadi. Manik bambinya memeriksa rolex di tangan kiri, "Aku tepat waktu."

"Ah.. Nyonya!"

Dia menoleh, pada salah satu petugas keamanan gedung yang nampak khawatir.

"Anda basah kuyup seperti ini! Astaga," Dia menawarkan sang Nyonya untuk membawa barang bawaannya, tapi dia menolak halus. "Makan siang untuk tuan?"

Kekehan kecil menyambut pertanyaan itu, "Apa aku bisa langsung menemui suamiku?"

Si satpam ikut terkekeh canggung. "Tentu saja." Dia mengantarnya sampai ke depan pintu lift, dan menekan tombol lantai tujuan si nyonya muda.

"Terimakasih."

Ting

Lift yang dingin membawanya naik, kakinya menggigil dalam diam dan dia masih sangat bersyukur jika makanan yang dimasaknya masih tetap hangat. Dalam hitungan beberapa detik, pintu lift kembali terbuka. Lantai ini khusus para petinggi dan lebih sepi dari pada lantai di bawah sana.

Derap langkahnya menggema, ia menyapa beberapa eksekutif yang bekerja di lantai ini walau mereka menatapnya sedikit aneh, mungkin karena ia yang basah kuyup? Dia mengenyahkan pikiran itu dan sampai pada pintu ruang yang ia tuju.

Sang sekretaris berdiri, membungkuk untuk menyapanya. "Nyonya.." dia tidak bertanya atau memberi pandangan yang aneh, mungkin dia menjaga batasan untuk melakukan itu.

"Apa suamiku-"

"Direktur Park ada di dalam." Jawabnya, "Bersama Manager Rose dan Direktur Jeon."

"Ah.." mendengar hal itu membuatnya menggigit bibir pelan, tapi ia tetap meneruskan langkahnya untuk masuk. Dia mengetuk pintu dua kali, dan sayup-sayup mendapat izin untuk membukanya.

Pintu tersebut terbuka, dia masih terdiam di ambang pintu sampai dua pasang mata yang sebelumnya berdiskusi mengalihkan perhatian mereka. Wanita selain dirinya tersenyum lebar, dia mendekat ke arahnya. Sangat elegan, sangat tinggi, dan sangat cantik.

Tiba-tiba ia merasa kecil.

Bahkan harum dari black opium keluaran YSL yang ia pakai benar-benar mempermalukannya yang kuyup. Tapi ia tersentak, kala menyadari kalau jarak mereka sudah begitu dekat lalu tangannya ditarik pelan ke dalam.

Falling For You [LIZKOOK][DIBUKUKAN & PDF]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang