Yongsan Senior Highschool, 2010
Terik tidak pernah jadi musuhnya. Pekikan semangat rekan tim terus memacu adrenalin Jungkook untuk bisa menendang bola tepat sasaran. Dia bisa dengar Jimin terus meneriakinya untuk segera bergerak, ini mudah baginya yang perlu dilakukan hanya berkonsentrasi penuh dan dia akan menang. Seringai tipis muncul kala ia melihat beberapa back lawan menuju ke arahnya untuk menghalau kaki yang tengah menggocek bola sepak.
Satu.
Dua.
Tiga.
Jungkook menendang, harapan penuh sampai padanya namun tidak pada kesempatan. Bola tersebut meleset jauh melewati gedung seberang lapangan olahraga tempat mereka main. Dengkusan kecewa keluar dari Jimin, tapi si pewaris keluarga Jeon itu masa bodo. Mereka menghentikan permainan sesaat, karena bola yang Jungkook tendang melambung terlalu jauh. Sekarang adalah menit ke tiga puluh jam istirahat sekolah, artinya mereka punya waktu sekitar lima belas menit lagi sebelum bel jam pelajaran terakhir berbunyi.
"Ke mana kau tendang bolanya?"
Jungkook bergedik, mana dia tahu. Intinya bola tadi melangkahi gawang bahkan gedung tingkat dua di belakang gawang. Dia bersidekap tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Ambil bolanya, Jeon!"
"Aku?"
"Tentu saja. Kau yang menendangnya tadi."
Para gadis meneriakinya saat lewat keluar dari lapangan, sambil berdecak dia memberi deathglare pada mereka karena sudah membuatnya terancam tuli karena suara sumbang. Jungkook membuka kancing seragamnya dan membiarkan angin sedikit menyejukkan tubuhnya yang terbalut kaus di dalam.
Dia paling malas soal ini, jika bola tadi melewati gedung maka sudah pasti akan mendarat di kebun belakang sekolah. Itu perjalanan yang cukup jauh menurutnya, juga cukup mengesalkan. Sesampainya di sana, dia tidak melihat siapapun. Rerumputan juga cukup tinggi sehingga Jungkook perlu tenaga ekstra mencari bola tadi.
"Brengsek, tahu begini aku tidak sudi ikut main." Gerutunya sembari menyibak rerumputan. "Di mana bola sialan itu?"
Srak srak srak
Sebelah alis Jungkook terangkat mendengar langkah kaki yang datang dari arah lain. Ia pikir itu anggota tim lain yang menyusul namun ketika ia mendongkak, ia justru menemukan punggung seorang gadis berambut sebahu di seberang.
'siapa dia?'
"Wah kalian tumbuh cepat sekali."
'Ha?'
Gadis tadi bergerak menyamping, memperlihatkan b-side visualnya yang membuat Jungkook seketika melupakan bola yang ia cari. Mata bulat dengan iris madu, hidung bangir juga plum yang tengah tersenyum itu, apa dia siswi baru? Kenapa Jungkook tidak pernah melihatnya?
Dia memiliki poni yang tebal, tapi itu justru sangat cocok pada wajahnya yang bulat. Dia bicara barusan? Tapi.. pada siapa?
"Daisy Daisy yang cantik, kalian adalah favoritku.." dia kemudian terkekeh pelan lalu menyiramnya.
'bunga?'
Mata elangnya mengawasi gadis berperawakan mungil yang tengah merapikan rumput liar di sekitar bunga yang ia sebut Daisy tersebut. Seharusnya Jungkook tidak usah terlalu peduli, tapi atensinya seolah tidak mau beranjak dari apa yang sedang dilakukan gadis itu. Mungkin cukup lama ia terdiam di sana, sampai seseorang menepuk pundaknya.
Jimin menyusulnya, dan nyengir karena menurut dia wajah Jungkook seperti orang yang kerasukan. Dia bergerak ikut mencari bola, lalu dengan mudah menemukannya. "Ayo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For You [LIZKOOK][DIBUKUKAN & PDF]✓
FanficLisa pikir, menikah dengan orang yang ia cintai sudah cukup. Lisa merasa, kalau ini adalah kehidupan yang ia idam-idamkan. Lisa tidak tahu, kalau untuk bertahan perlu dua orang untuk menopang pilar hubungannya. Dan ketika ia sadar, hanya ia sendiri...