"Surat resign?"
"Hm~" Jungkook mengerenyit karena game yang ia mainkan nyaris kalah, ia menekan tombol pause lalu kembali pada Jimin yang termangu di kursinya. "Aku berhenti, tapi tenang.. aku tidak akan mengambil sahamku di sini."
"Tapi.. kenapa tiba-tiba?"
"Tidak tiba-tiba." Sergahnya, Jungkook menyimpan ponselnya. "Kau tahu kakekku baru saja meninggal, sebagai satu-satunya pewaris yang dia miliki kewajibanku tentu saja meneruskan apa yang dia tinggalkan bukan?"
Jimin menghela napas, "Aku mengerti soal itu, tapi bagaimana soal impian kita tentang perusahaan ini? Kau sendiri yang bilang ingin berdiri sendiri dan membuat tempatmu tanpa embel-embel Jeon di belakangnya."
"Aku tidak lupa." Jungkook memberi jeda, "Kini prioritasku berbeda.. kakek juga memulai usaha keluarga dari titik nol seperti yang kita lakukan, dia akan mengutukku kalau sampai Jeon grup kehilangan eksistensinya di dunia bisnis. Kau tahu, semua pengetahuanku tentang ini kudapatkan darinya. Aku dibesarkan untuk tujuan ini."
"Baiklah," Jimin mengusap wajahnya, "Kau meninggalkanku sendiri di jalan ini pada akhirnya.. apa boleh buat."
Seringai tipis tercetak pada wajah Jungkook, "Ayolah, kau tidak perlu sesedih itu. Sekarang semua tanggung jawab J construction ada di tanganmu, bapak CEO."
"Aku benar-benar tidak senang, Jeon." Desisnya, "Jangan mengejekku!"
"Sama sekali tidak!" Jungkook bergedik, lalu berdiri. "Ku harap tidak ada kemunduran yang terjadi, setelah kepergianku."
"Cih, manusia sombong!"
Jungkook tertawa, dia melenggang pergi. Ekspresi wajahnya berubah saat berpapasan dengan Rose yang baru saja memasuki ruangan Jimin, dia tidak menyapa wanita itu karena sekarang mereka sama sekali tidak terikat soal apapun. Rose sendiri nampak sedikit kesal, dia ikut mengabaikan Jungkook dan mengantarkan surat penting yang Jimin minta beberapa saat lalu.
Memangnya dia akan pikirkan? Jungkook melangkah santai menuju lift, dia bersenandung pelan dan mengambil ponselnya lagi selagi menunggu lift naik menjemputnya. Keputusan yang ia buat, bukan semata-mata hanya untuk memenuhi keinginan sang kakek saja. Tapi, juga untuk Lisa. Pembicaraan kemarin, membuatnya berpikir lebih panjang. Kala wanita itu siap menerima apa yang akan Jungkook berikan, tentu saja sebagai laki-laki dia perlu memberikan yang terbaik untuk kekasihnya.
Jungkook ingin Lisa tercukupi, ia akan berusaha untuk itu. Jungkook akan membuat Lisa lebih bahagia lagi, sebagaimana Gong Yoo memperlakukannya dulu. Jungkook berniat menjadikannya seorang ratu, tidak perlu ini dan itu, cukup diam saja di sisinya selama-lamanya. Ia terkekeh saat panggilan teleponnya tersambung, terdengar protes kecil Lisa yang mengadu kalau ia sedang memanggang kue dan Jungkook mengganggu aktifitasnya.
Ah.. menyenangkan sekali.
"Aku juga mau.."
"Mau kuenya? Kenapa tidak beli saja, kau punya banyak uang."
"Tapi buatanmu berbeda," rayunya, "kau akan menyisakannya untukku kan?"
"Kenapa harus?"
"Karena aku ingin, dan kau peduli padaku!" Tekan Jungkook, Lisa kembali menggerutu kalau Jungkook seperti anak kecil yang tengah merajuk padanya.
"Aku serius, manis." Dia memperhatikan sepasang la Costa yang ia gunakan hari ini, tidak begitu menarik sebenarnya tapi Jungkook tidak punya hal lain yang bisa ia pandang selain itu.
Lift terbuka, dia masuk dan kembali merayu Lisa. "Kau akan mengantarnya untukku kan?"
"Antar? Maksudmu ke kantor?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For You [LIZKOOK][DIBUKUKAN & PDF]✓
FanfictionLisa pikir, menikah dengan orang yang ia cintai sudah cukup. Lisa merasa, kalau ini adalah kehidupan yang ia idam-idamkan. Lisa tidak tahu, kalau untuk bertahan perlu dua orang untuk menopang pilar hubungannya. Dan ketika ia sadar, hanya ia sendiri...