14. Sadar

2K 370 74
                                    

Berapa kalipun Lisa mencoba untuk tidur, ia tetap tidak bisa. Satu persatu rahasia, kesalahpahaman mulai ia ketahui. Persoalan lantern tadi benar-benar membuka matanya, kalau selama ini Lisa hanyalah sosok bodoh yang tak mengerti apa yang sedang terjadi. Membuatnya benar-benar menyadari, jika kata 'buta' yang Jungkook ejek padanya bukan hanya sepenggal kata.

Jimin lah yang tidak pernah ada di dalam hidupnya, bukan Jungkook.

Jimin lah yang datang sebagai masalah dalam hidupnya, bukan Jungkook.

Pria Jeon itu tulus padanya, ia tahu apapun yang Lisa sukai atau tidak. Ia mengerti apa yang Lisa butuhkan atau tidak, ia memahami apa yang Lisa inginkan atau tidak. Dan Lisa, menganggap jika semua yang dilakukannya adalah permainan belaka. Lisa menjadi malu, rasanya tak pantas ia mendapatkan tempat se spesial itu dalam hidup seseorang, apalagi orang seperti Jungkook.

Entah berapa kali perkataannya melukai pemuda itu, entah berapa kali sikapnya memojokan pemuda itu. Lisa bangun dari ranjang, dan menemukan sisinya kosong tanpa Jimin. Rasanya itu bukan hal baru lagi, memang benar jika lukanya soal sang suami belum juga sembuh, tapi prioritas di kepalanya bukan hal itu lagi.

Melainkan rasa bersalah terhadap Jeon Jungkook.

Manik bambi itu memandang lurus ke arah lantern yang sempat akan menjadi sasaran kekecewaannya. Jika benda tersebut benar-benar pecah, maka Lisa takkan mendapatkan hal yang sama lagi. Ia berjalan mendekatinya, memandanginya dari dekat dan kembali kagum soal kilau yang kristal itu miliki.

Bukan hanya soal lanternnya, tapi soal perasaan siapa yang coba diungkap dengan datangnya benda itu sebagai pemberian. Proyeksi Rusa yang muncul setelah Lisa menggerakkan lantern tadi, membuatnya menyelami si lantern lebih dalam. Jungkook tahu, jika proyeksi tersebut bukanlah tidak memiliki arti.

Ia tahu Lisa bisa memahami makna dibaliknya, tanpa ia menuliskan siapa pengirimnya. Rusa melambangkan keagungan cinta, keanggunan, kelembutan juga kebaikan. Filosofi yang bisa diambil dari sana pun, adalah seharusnya kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi atas apa yang telah kita lakukan. Pria itu menyampaikan perasaannya lewat lantern tadi, dan Lisa hampir saja menghancurkannya hanya karena berpikir itu omong kosong dari Jimin.

Hari beranjak siang, Lisa memutuskan untuk pergi dari kamarnya dengan lantern yang ia masukan ke dalam tas. Masih dengan pakaian yang ia pakai tadi, Lisa berniat keluar. Jimin baru saja menyeduh segelas teh, saat Lisa melewatinya tanpa mengatakan apapun. Hal itu cukup aneh, sehingga Jimin memutuskan mengikutinya sampai pintu keluar.

"Kau mau pergi?"

Lisa terperanjat, dia lupa kalau Jimin kembali beberapa saat lalu untuk menyusul Jungkook. "Y-ya.."

"Ke mana?"

"..."

Mereka saling menatap, dan Jimin terus menuntut jawaban dari sang istri. "Belanja."

"Belanja?"

Lisa mengangguk, "Aku... Aku memerlukan beberapa hal."

"Baiklah." Tandas Jimin sedikit ragu, "ku antar?"

"Tidak perlu, aku akan naik taksi."

"Oke," Jimin memperhatikan Lisa yang nampak buru-buru. "Dan, Lis-"

Tapi wanita itu sudah berlari kecil, menuju gerbang rumah. Jimin menghela napas, dia menutup pintu lalu kembali menuju teh yang menunggunya di meja makan.

Tidak sulit mendapatkan taksi karena perumahan Lisa memang salah satu rute taksi di Seoul, begitu ia keluar dari pekarangan, sebuah taksi kosong melintas. Di dalam taksi, Lisa mengeluarkan ponsel. Dia menatap ponsel tanpa notifikasi itu ragu, jika biasanya ponselnya selalu berisik oleh Jungkook maka kali ini pria itu tidak melakukannya.

Falling For You [LIZKOOK][DIBUKUKAN & PDF]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang