12 : Kehilangan

202 17 0
                                    

Sepertinya, hidup Cika makin tak terduga, ya?

Semakin berjalannya waktu, dalam hidupnya, Cika selalu mengalami hal-hal baru.

Namun... Mengapa hal-hal baru tersebut selalu menyakitkan?

"Non, jangan melamun, hiks."

Tangisan itu membuat Cika yang semula larut dalam pikirannya menoleh. Matanya menemukan Bik Sum, salah satu maid kepercayaan keluarganya yang kini tengah menangis pilu. Beliau memeluk Cika erat.

Cika menatapnya tanpa emosi. Sejenak, dia menarik napas dalam kala mengingat sesuatu, "Bik, jangan menangis. Mama sangat dekat dengan Bibik, jangan buat dia sedih," katanya.

Bik Sum menangis makin keras, "Non..." Dia berujar dengan suara bergetar.

Cika menatapnya, dia tersenyum, menguraikan pelukan Bik Sum pada tubuhnya, lantas bangkit berdiri. "Cika mau cari kain jarik dulu di kamar, Bik. Pasti butuh, kan?" Pamitnya sebelum melangkah.

Tangis Bik Sum mengeras seiring dengan menjauhnya Cika.

Selaras dengan tetesan demi tetesan air mata yang mengalir dari mata Cika seiring dengan langkahnya menjauh.

Dengan pasti, seluruh tubuhnya bergetar hebat bersamaan dengan langkahnya memasuki kamar Sang Mama dan suara riuhnya sirine yang terdengar nyaring dari arah depan rumahnya.

Mama...

Kenapa...?

Cika bergumam lirih seiring langkahnya memasuki kamar Sang Mama.

Kenapa pergi, Ma...?

Apa Cika... benar-benar mengecewakan?

Cika menangis pilu dalam kesendirian.

Dia bahkan melupakan fakta bahwa jarik yang kini ia genggam dinanti oleh banyak orang di luar kamar.

Cika memejamkan matanya, mencoba mengingat-ingat rentetan kejadian yang sejak pagi ia alami.

Dimulai kala Cika hendak berangkat sekolah, dia dikejutkan oleh Mama yang turun terburu-buru.

Beliau bahkan menabrak bahu Cika lumayan keras.

Tapi, lagi-lagi beliau tidak menyempatkan diri meminta maaf.

Mama Sekar hanya melirik Cika dingin, lantas memasuki mobil pribadinya yang biasa dipakai Beliau kala akan berangkat bekerja.

Sudah. 

Harusnya,

Harusnya sampai situ saja.

Seperti biasanya.

Seperti biasanya setelah perceraian Mama dan Papanya.

Dimana Cika akan ditinggal sendirian di rumah, sarapan sendirian, berangkat sekolah sendirian, lantas kembali pulang dari sekolah pun sendirian.

Harusnya, seperti biasanya saja.

Walaupun Cika kesepian, itu lebih baik daripada kini. Daripada sekarang.

"Non, j-jariknya..."

Lamunan Cika buyar kala suara Bik Sum terdengar dari arah pintu kamar Mama yang terbuka.

Cika menoleh, gadis cantik itu mengusap pipinya kasar sebelum berderap ke arah pintu, lalu keluar dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Perlahan tapi pasti, langkah Cika berubah jadi langkah cepat, gadis itu berlari kencang ke arah ruang tamu yang kini ramai bukan main.

Tak mempedulikan kondisi sekitarnya, gadis itu langsung memeluk sesosok tubuh yang kini terbaring kaku dan ditutupi kain putih.

"MAMA! JANGAN PERGI!!" 

Teriak Cika akhirnya lepas kendali.

Membuat puluhan orang yang kini hadir di kediamannya menatap Cika miris. Bahkan beberapa pekerja rumahnya memalingkan pandangan, tak kuasa melihat junjungan mereka menangis histeris begitu.

"Mama, Cika janji bakal memperbaiki nilai Cika. Cika janji bakal jadi anak yang membanggakan. Cika janji, Mama. Tapi tolong, jangan tinggalkan Cika. Cika sendirian, Ma. Cika mau sama siapa?" racau Cika pilu.

Bik Sum yang baru sampai di ruang tamu segera menghampiri Cika, mendekapnya erat.

"Non, sudah, Non," ujarnya sembari menangis.

Cika menatap wanita paruh baya itu sengit, "Sudah?! Sudah bagaimana, Bik?!" sentaknya emosi, "Cika sendirian! Sekarang Cika benar-benar sendirian! Kenapa Mama tega, Bik! Mama ninggalin Cika sendiri..." ujar Cika penuh emosi. Ucapannya melirih seiring dengan luruhnya tubuhnya di pelukan Bik Sum.

Cika menangis histeris.

Apalagi, kala pandangannya jatuh pada sesosok tubuh tegap dan jangkung dibalik tubuh Bik Sum yang hanya menatapnya datar.

Itu... Papanya.

Dan beliau tidak sedikitpun beranjak untuk menghampiri Cika yang kini menangis.

Beliau tak menghampirinya ataupun mencoba menenangkannya.

Seolah... Cika itu bukan siapa-siapa.

Dan fakta itu memukul Cika telak.

Dia... kini benar-benar sendirian.

Dia... benar-benar sudah kehilangan semuanya.

Bahkan Mama dan Papanya.

***

WOHOO DOUBLE UP WKWKW

Mumpung mood gasken



Lost [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang