02 : Alasan

259 31 12
                                    

Sepulang sekolah, Cika harus ke rumah Neneknya.

Itu yang Cika tau dari Mama.

Katanya, akan ada acara keluarga --yang Cika tebak adalah arisan keluarga-- dan Cika harus hadir di sana karena seluruh sepupunya juga hadir.

Silahturahmi, sih, katanya.

Sekaligus studi kasus dengan topik kesuksesan saudara lain, sih. Bahasa kasarnya, ghibah.

"Cik, kamu sudah dijemput?"

Pertanyaan itu membuat Cika menoleh. Netranya menemukan sosok Tama, kekasihnya yang kini duduk diatas moge hitamnya. Sejenak, Tama memandang sekitarnya. Merasa tak menemukan mobil yang biasa dinaiki Cika, Tama menatap Cika lagi.

"Mau aku antar?" tanya cowok itu.

Cika tersenyum, "Enggak usah. Nanti ngerepotin." tolaknya halus.

Tama mendelik, dengan gemas, dia menyentil dahi Cika. "Mana ada ngerepotin, Cikaaaa!" serunya sebal.

Cika terkekeh. Sejenak, dia mengutak-atik ponselnya, sebelum akhirnya kembali menatap Tama. "Bener enggak ngerepotin, kan?"

Tama menggeleng.

"Kalo gitu, anterin aku ke rumah Nenek, yuk?"

Dan segera, senyum Tama melebar. Dia mengangguk antusias. "Ayooook!" soraknya bahagia.

Cika terkekeh kecil, dengan segera menaiki boncengan motor yang Tama bawa.

"Nanti, kita mampir ke tempat kue pancong beras dulu, ya, Cik?"

Cika yang samar-samar mendengar ucapan Tama itu mencondongkan tubuhnya mendekati Tama.

"HA? TAMA BILANG APA?" Cika sedikit berteriak karena Tama yang memang sudah melajukan motornya.

"NANTI KITA MAMPIR BELI PANCONG!"

Kali ini, Cika mendengar ucapan Tama. Dia mengangguk antusias. "Boleh, ada Nenek, kok." jawabnya riang.

Hening sejenak, sebelum akhirnya...

"HA? BULEK AJA NENEN, KOK?!"

Teriakan Tama itu membuat Cika membelalakan matanya. Gadis itu melirik kanan-kiri, dan saat menemui seluruh tatapan tertuju padanya dan Tama, Cika menabok bahu Tama keras.

"Jangan teriak!!" kata cewek itu galak.

Tama kicep.

Dia sebenarnya tidak dengar apa yang diucapkan Cika. Namun, melihat ekspresi gadis itu, Tama jadi tau satu hal. Dia harus diam.

- - # - -

"Makasih ya Tama!!"

Cika melompat turun dari motor Tama dengan ceria.

Senyum lebar gadis itu terpatri di wajahnya. Apalagi, kala menyadari wajah Tama yang cemberut tak ikhlas.

"Mau ketemu Nenekk!" cowok itu merengek kecil.

Cika terkekeh, "Rame gitu. Beneran mau?" tanya gadis itu.

Tama melirik pekarangan rumah Neneknya Cika. Dan kala menemukan nyaris 10 mobil yang terparkir di sana, Tama menghela napas. "Enggak jadi deh. Aku pulang aja." dia akhirnya mengalah.

Tawa geli Cika terlepas, "Jangan ngambek," katanya pada Tama yang kini cemberut kesal. Cika maju, mengambil helm dari tangan Tama. Dia memasangkan helm itu ke Tama. "Besok kita kesini kan bisa. Oke?" bujuknya lembut.

Lost [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang