16 : Teman?

184 20 2
                                    

Tiga hari berlalu sejak kejadian Cika menabrak anak baru --Raditya-- itu. Dan seperti yang sudah Cika duga, Raditya tidak menampilkan batang hidungnya sekalipun di hadapan Cika.

Yah, sebenarnya tidak masalah sih. Cika juga tak mempedulikan hal itu. Hanya saja... jauh di dalam hatinya, Cika merasa sedikit kecewa. Dia... sebenarnya kesepian. Kedatangan Raditya kala itu sebenarnya membawa secercah harapan dalam hatinya. Bagai melihat oasis di tengah gurun, Cika seolah melihat harapan bahwa Ia akan mendapat teman.

Apalagi, kesan Raditya di otaknya cukup bagus. Cowok itu tampak baik. Namun, ternyata Raditya tak jauh berbeda dari teman-temannya yang lain. Raditya juga mudah terpengaruh. Bahkan dia lebih parah karena langsung terpengaruh omong kosong Tama kala itu.

Lantas, mengapa tiba-tiba Cika memikirkan hal itu?. Cika mengerjap kecil, dia menggelengkan kepalanya kala tersadar dari apa yang baru saja ia lakukan secara tidak sadar.

Gadis itu melangkah dengan cepat kini, dipelukannya ada setumpuk buku cetak matematika yang harus dia kumpulkan di perpustakaan. Jika ada yang penasaran tentang alasan Cika membawa buku-buku tersebut ke perpustakaan, itu ia lakukan karena usahanya untuk menambah nilai matematikanya yang kemarin lusa sempat turun drastis. Dia harus memperbaikinya dan menjaga nilainya agar tetap stabil agar dapat masuk perguruan tinggi dengan jalur SNMPTN bahkan kalau bisa ia ingin mencoba program beasiswa agar dapat bebas dari belenggu keluarga Antaraja --keluarga Papanya-- yang sering mengolok-oloknya.

"Auch!"

'Brak!'

"Aduuuh, kenapa Lo gak liat-liat sih!"

Seruan itu membuat Cika yang terjatuh jadi tersentak. Secara refleks, matanya menatap tajam seseorang yang kini sedang tersenyum miring ke arahnya. Sial, kakinya dijegal sampai ia terjatuh, tetapi malah ia yang di salahkan?

"Lo harusnya ngaca gak sih? Kaki Lo yang ngalangin jalan Gue," Cika membalas tajam. Ia bangkit berdiri setelah membereskan beberapa buku cetak yang sempat berjatuhan.

Gadis yang tadi tersenyum merendahkan Cika itu kini memasang ekspresi kesal, alisnya menukik tajam kala melihat wajah dingin Cika. "Apa maksud 'jalan Gue'?" Dia maju selangkah mendekati Cika, menatapnya tajam. "Lo kira ini sekolah nenek moyang Lo sampe ada 'jalan Lo'?" katanya tajam.

Dengan ekspresi datarnya yang biasa, Cika ikut maju, "Secara teknis, iya. Gue juga punya darah AN.TA.RA.JA kayak lo. Jadi iya, ini sekolah nenek moyang Gue," bisiknya di telinga Gadis dihadapannya itu. 

Gadis itu mendesis, sebelum akhirnya mendorong bahu Cika cukup keras. "Antaraja gak punya darah pembunuh kayak Lo!" Dia berseru marah.

Cika tersentak, tapi kemudian tersenyum miring, "Iya emang. Darah Antaraja itu biasanya darah-darah orang ber.pres.ta.si ya kan, Tiara?" balasnya tenang. Hal ini sudah biasa terjadi, tetapi kenapa masih mengejutkan dan menyakitkan, Tuhan. 

Tiara, sepupu Cika yang sejak awal sudah terpancing emosi segera maju. Dia mendorong bahu Cika keras. "MAKSUD LO APA?!" serunya.

Cika tersenyum kecil, menggeleng ringan sebelum akhirnya tertawa geli. Selalu seperti ini, dasar sumbu pendek, batinnya. "Lo pasti tau maksud Gue, Tiara~" balas Cika singkat. "Sudah deh, Gue sibuk," Gadis itu berujar final. Dia sudah berbalik dan hendak melangkah sebelum akhirnya--

'Plak!'

"GAK TAU DIRI!"

Cika membeku kala panas dan perih menjalari pipinya. Dia mengerjap, menatap beberapa gadis yang kini berdiri di samping sepupunya. 

Ah, Najwa, Triska,Nadya. Gadis yang dulu katanya teman dekat Cika.

"LO HARUSNYA GAK BILANG GITU! SADAR! LO BUKAN SIAPA-SIAPA!"

Salah satu dari mereka berteriak lagi, membuat mau tak mau, Cika mulai menunduk. Perhatian orang-orang yang sedang melintasi koridor ke arah perpustakaan mulai terarah padanya. Cika tidak nyaman, bahunya mulai bergetar. Perasaan tak berdaya mulai menyerangnya.

"SADAR! LO TUH PEMBUNUH YANG UDAH DIBUANG ANTARAJA! JANGAN SOK BERKUASA! LO BUKAN SIAPA-SIAPA!"

Sial. Cika menunduk semakin dalam. Kata-kata itu, kata-kata yang selalu membungkam Cika. Kata-kata yang selalu membuatnya tak berdaya ketika berniat melawan semua pembullyan untuknya. Karena gadis itu seolah dipaksa sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa. Dirinya tidak punya siapa-siapa, bahkan dia dibuang oleh keluarga ayah kandungnya sendiri. Dia... tidak berharga.

"Rame amat kayak pasar."

Celetukan tiba-tiba itu membuat Cika yang sejak tadi menunduk jadi tersentak.

"Minggir-minggir, ada apa nih kumpulan? Rebutan sembako kah?"

Kerumunan yang semula mengelilingi Cika, Tiara dan ketiga temannya seolah terbelah kala suara itu terdengar.

Lantas setelah beberapa saat, pelaku yang membuka jalan tersebut terlihat. Wajahnya tampak terkejut, sebelum akhirnya bergegas menghampiri Cika. "Loh, temen Saya disini. Saya cariin loh. Dicariin Bu Tati tau, buku cetaknya ditungguin!"

Cika dan siswa-siswi yang tadinya berkumpul jadi tersentak. Apalagi Cika yang kini jadi kaget setengah mati kala bahunya dilingkari lengan, kemudian dirangkul untuk membelah kerumunan dan kembali melanjutkan perjalanannya ke arah perpustakaan.

"Minggir-minggir, ih! Saya sama teman saya mau ke perpustakaan dulu! Rame amat deh koridor ini. Sekolah apa pasar!"

"Woi minggir hus-hus! Saya kira tadi pembagian sembako! Hus!!! Bubar!!"

Pelaku yang membuat semua orang kaget itu terus menerus mengibaskan tangannya, mencoba membelah kerumunan. Lantas, karena orang-orang masih terlalu terkejut, mereka segera menepikan diri dengan ekspresi cengo dan kebingungan.

Setelah mereka berhasil membelah kerumunan, orang yang merangkul bahu Cika berbalik, Dia tersenyum lebar. "Oh iya, lupa. Temen saya ini saya bawa ya. Jangan dicariin. Mau saya pinjem lama. Soalnya Bu Tati dari tadi nyari dia sama Saya, Raditya," katanya sambil tersenyum lebar namun entah mengapa rasanya seolah menebar teror.

Cika mengerjap, menatap Raditya yang kini lanjut merangkulnya dan menyeretnya ke arah perpustakaan.

Di jalan, Gadis itu jadi bertanya-tanya.

Teman...?

Sejak kapan mereka berteman??

***

Ya ampun, ini gajelas banget AAAAAA

Semoga nyambung deh huhu

Salam

inggitariana

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang