2021
*Sugar, Please 19*
*Kebetulan-kebetulan yang bertransformasi menjadi kebenaran*
***
Bruk!
Wonyoung terhuyung ke depan karena tiba-tiba saja seseorang menabrak pundak kirinya. Sunkist yang dipilih Wonyoung dari rak buah di dalam plastik terjatuh ke lantai supermarket.
"Maaf," ujar si penabrak. Orang itu membantu mengutipi sunkist yang menggelinding entah kemana.
Wonyoung tertegun melihat wajah cowok di depannya sedang menunduk dari samping.
Sunghoon?
Buru-buru Wonyoung berbalik arah untuk melarikan diri. Namun, ia melihat seorang wanita yang berjongkok di belakangnya untuk meraih sunkist miliknya.
Wanita paruh baya yang seumuran dengan Mamanya kembali bangkit dan memberikan sunkist di tangannya pada Wonyoung.
"Makasi, Tante," ucap Wonyoung ramah. Rencananya untuk kabur, gagal. Tidak mungkin ia ngibrit meninggalkan Sunghoon begitu saja. Kalau itu terjadi, ibu dengan kulit wajah minim kerutan itu pasti mengira Wonyoung aneh.
"Sama-sama," balas Ibu tersebut tak kalah ramah. Senyum simpulnya menghiasi wajahnya yang bertabur make up tipis.
"Sorry gue nabrak Mbak," ujar si penabrak yang sudah memasukkan beberapa buah sunkist di dalam plastik yang sempat terjatuh tadi.
Mata Wonyoung dan mata si penabrak bersitatap sepersekian detik.
Cowok yang kali ini menggunakan kacamatanya segera meletakkan plastik berisi sunkist tadi di atas tumpukan sunkist di dalam rak buah.
"Ayo beli minyak dulu, Ma. Buahnya nanti aja dulu," ajak cowok itu pada sang Ibu cantik di hadapan Wonyoung sambil melangkah mendekati trolinya.
Wonyoung tercekat. Ma?
"Eh, kok minyak dulu. Kita beli buah dulu," tolak sang Mama lalu melihat Wonyoung yang diam di tempat dan bertanya,"Wonyoung gimana kabarnya? Sehat? Duh, cewek yang disukai Sunghoon cantik banget, ya."
Wonyoung mengerutkan kening. Ibu itu tahu nama Wonyoung? Cewek yang disukai Sunghoon? Berarti Sunghoon gak ngada-ngada kalau dia suka Wonyoung, ya?
Sebelum Wonyoung ngomong, Sunghoon langsung berujar,"Kita beli minyak dulu yuk, Ma." Sepertinya Sunghoon mau kabur dari situasi ini.
Sang Mama mendelik takjub. "Ih, Sunghoon... Ini kan ada Wonyoung yang sering kamu ceritain itu... Kebetulan banget Mama ketemu dia," ujar sang Mama sembari memegangi pundak Wonyoung dan melihati wajah Wonyoung.
Wonyoung tersenyum kikuk.
"Gue sering diceritain sama Sunghoon? Telinga gue gak salah denger, nih?" batin Wonyoung.
"Wonyoung teman sekelas Sunghoon, kan?" tanya wanita yang memiliki alis tebal seperti Sunghoon itu, kemudian berujar genit pada Sunghoon,"Wonyoung sama kamu udah pedekate belum?" Lalu melihat Wonyoung lagi. "Wonyoung mau gak sama Sunghoon?"
Sunghoon berdecak. "Sunghoon gak suka."
"Oh, gitu... Berusaha nyangkal karena orangnya ada di sini? Hmmm... ngomong-ngomong kamu suka gak sama Sunghoon?"
Sunghoon yang mendengar itu mendelik. Mamanya terang-terangan banget.
Wonyoung bisa lihat wajah Sunghoon kaget mendengar ucapan sang Mama. Lucu banget ekspresinya. Wajahnya juga merah padam.
"Ma, udah, gak usah dibahas."
"Maunya Tante gimana?" Tanya Wonyoung melirik Sunghoon. Pengen banget ngerjain Sunghoon. Apalagi Sunghoon alasan kalau dia itu pacar Abangnya Sunghoon. Bohongnya ketahuan banget.
"Ma, udah. Kita harus beli minyak sekarang," kata Sunghoon sambil mendelik melihat Wonyoung.
Sunghoon menarik tangan Wonyoung. "Ma, adek bicara dulu sama Wonyoung, ya. Mama lanjut aja belanjanya," kata Sunghoon.
Adek?
Wonyoung senyum geli. Dih, dipanggil adek nih, ceritanya?
Mama senyum-senyum gak jelas sambil memberi tanda oke dengan isyarat jari telunjuk dan ibu jarinya.
"Lo apa-apaan sih? Jangan cari muka deh, sama Mama gue. Cukup Kakak Lo aja yang cari muka sama Abang gue," kata Sunghoon yang membuat Wonyoung yakin bahwa Sunghoon memang menyembunyikan sesuatu.
"Maksud Lo? Kakak gue? Bukannya Lo bilang gue itu mantan pacar Abang Lo?" tanya Wonyoung sewot.
Sunghoon berdecak. "Maaf, gue bohong. Sebenarnya gue suka banget sama Lo."
Kuping Wonyoung panas mendengarnya. Seorang Sunghoon yang sudah buat dia kesal suka padanya? Demi apa??
"Tapi Abang gue ngelarang gue suka sama Lo. Karena Abang gue gak mau gue berakhir menyedihkan ditinggal sama Kakak Lo pas lagi sayang-sayangnya tanpa alasan yang jelas. Abang gue gak mau gue berakhir kayak dia yang sakit hati," kata Sunghoon.
Wonyoung memiringkan kepalanya. "Kakak gue ninggalin Abang Lo tanpa alasan jelas?" Wonyoung mendengus geli. "Sembarangan Lo kalo ngomong."
"Iya, Kak Gyuri ninggalin Abang gue tanpa alasan yang jelas." kata Sunghoon. Cowok itu melihat tangan Wonyoung dan menggenggamnya.
Wonyoung mendelik.
"Wonyoung, gue bener-bener suka sama Lo. Tapi... Abang gue bener-bener gak suka kalo gue suka sama Lo. Makanya gue berusaha untuk benci sama Lo. Gue berusaha gak nganggap Elo di sekolah."
Wonyoung menarik tangannya cepat-cepat. "Lo ngomong apa sih?"
"Gue suka sama Lo. Selama ini gue cuma akting jahat ke Elo. Itu karena permintaan Abang gue supaya kita ga deket," kata Sunghoon.
Cowok itu deg-degan. Bisa-bisanya ia mengakui hal ini.
Wonyoung segera pergi kembali ke rak buah. Sunghoon mengikutinya.
Mama Sunghoon senyum melihat Wonyoung dan Sunghoon kembali lagi.
"Ngomong-ngomong, Wonyoung tinggal dimana?"
"Johor, Tante," jawab Wonyoung.
"Hmmm... Johor, ya? Kenal sama... Bu Im Yoona?" tanya Mama Sunghoon hati-hati. Sunghoon melirik mamanya. Ia terlihat tertarik dengan percakapan mamanya itu. Siapa itu Bu Im Yoona?
"Oh, itu... Mama saya Tante."
Mendadak tubuh wanita itu menegang. Matanya menelisik wajah Wonyoung seakan mencoba mengetahui suatu hal.
"Kamu lahir tiga puluh satu Agustus?" tebak perempuan paruh baya itu dengan nada khawatir.
"Iya, Tan." jawab Wonyoung bingung. Nih, si Sunghoon sampai cerita tanggal ulang tahun dirinya pada orangtuanya, ya? Tapi, kenapa wajah Sunghoon bingung banget?
Wanita berumur lima puluhan itu tersenyum canggung. Alis matanya terangkat, dan ia tampak menghela napas.
"Apa kebetulan kamu anak Pak Jang Suk?" tanya wanita itu mencoba mendapat kebenaran dari kebetulan-kebetulan yang ditemuinya hari ini.
Wonyoung menelan ludah. Ia melirik ke arah Sunghoon yang juga tampak sama bingungnya dengan dirinya.
Wonyoung kembali mengangguk.
"Kebetulan banget, ya. Hmm... ke sini sama siapa? Sendiri?"
"Sendiri, Tan."
"Oh, gitu ya. Hmm... itu sunkist-nya langsung ditimbang aja biar belanjanya cepat kelar," kata wanita dengan tubuh yang cukup berisi itu lalu berkata kembali,"Tante sama Sunghoon pilih buah yang lain dulu, ya."
Tanpa basa-basi lagi, wanita itu berjalan meninggalkan Wonyoung yang bertambah bingung. Tapi ia yakin bahwa Sunghoon tidak tahu masalah yang terjadi antar keluarga mereka karena cowok itu juga menyiratkan sinar keheranan dari wajahnya saat mendengar percakapan sang Mama dengan Wonyoung.
"Apa jangan-jangan kebetulan keluarga kami bermasalah, ya? Atau Kak Gyuri buat masalah? Aduh, bingung gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
1. J ✓ SUGAR, PLEASE! [ Sunghoon - Wonyoung ] ™ - (Republish)
JugendliteraturTeman bisa jadi musuh. Begitu juga sebaliknya. Setelah jadi musuh? Musuh ya tetap musuh. Gak perlu pakai gula pemanis ucapan kalo ngomong. Gak bakalan berguna. Kalo loe pengen musuh loe berubah jadi manis, beliin dulu gula keramahan untuknya. Tapi...