2021
Sugar Please 28
*Gue menanamkan kebencian sama Lo. Lo dan keluarga Lo udah ngehancurin keluarga Gue.*
*
"Wonyoung, Lo rabun?" Jihoon nanya. Dia heran melihat Wonyoung yang pakai kacamata ke sekolah.
"Pengen aja," suara Wonyoung terdengar serak. Gadis itu baru saja masuk kelas dan dia melihat sudah banyak teman-teman yang datang ke sekolah. Biasanya dia paling cepat datang. Namun, karena sekarang dia tinggal di rumah Nenek dan jaraknya cukup jauh ke sekolah, dia jadi tidak terlalu cepat sampai sekolah.
"Suara Lo kok serak?"
Wonyoung meletakkan tasnya ke kursi. Dia kesal mendengar suara cowok yang barusan ngomong itu. Sunghoon.
"Bukan urusan Lo setan," Wonyoung benar-benar mengumpat. Jihoon, Sunghoon, dan Yujin yang mendengar itu kaget.
"Wonyoung, Lo kok gak sopan sama Sunghoon? Lo gak boleh kayak gitu," kata Yujin.
Brak!
Wonyoung menarik kursi dengan kasar hingga menabrak meja.
Teman-teman Wonyoung menoleh melihat Wonyoung yang terlihat suram akhir-akhir ini. Bawaannya juga marah-marah saja pada Sunghoon. Mereka berpikir kalau Wonyoung kesal pada Sunghoon dan seakan memainkan perasaan Wonyoung karena sebelumnya benci tapi tiba-tiba menyatakan cinta.
Perihal Sunghoon yang menyatakan cinta bukan rahasia umum lagi. Saat di perpustakaan itu, ada anak kelas lain yang mendengar dan tersebarlah gosip tentang Sunghoon dan Wonyoung. Wonyoung menolak Sunghoon.
"Diem Lo. Gue marah sama dia bukan sama Lo. Kenapa Lo yang repot?" kata Wonyoung sengol.
"Wonyoung, kenapa Lo gini?" Yujin tak habis pikir.
"Gue bilang diem ya diem! Lo punya kuping gak, sih?! Punya dua kuping itu dipake!!" Wony membentak. Matanya menatap Yujin nyalang. Ia sekarang lagi darah tinggi. Ingin rasanya ia marah pada siapapun.
Yujin terhenyak. Baru kali ini dia disentak Wonyoung, sahabat baiknya. Gadis itu terdiam karena dibentak.
Wonyoung kesal karena hari ini Mama dan Papanya akan mengurus perceraian dan mendaftar sidang perceraian. Itu berarti Mamanya akan menjadi janda dan dia tidak lagi memiliki sosok Papa. Papanya lebih memilih Ibu Sunghoon. Wanita perusak rumah tangga orang dan perusak kebahagiaannya serta keluarga.
Tidak. Bukan hanya perempuan itu saja yang harus disalahkan.
Papa juga harus disalahkan karena tidak setia dan memilih menodai pernikahan dengan perselingkuhan.
Seharusnya, Papa harus meyakini bahwa pernikahannya dan Mama adalah suatu ikatan suci. Terlepas itu perjodohan atau bukan. Bukan berarti karena perjodohan, lantas Papa dengan mudahnya mengkhianati Mama. Pernikahan bukanlah sebuah candaan.
Tindakan Papa telah menoreh luka pada banyak orang. Termasuk pada Wonyoung.
Gadis itu benar-benar berjanji tidak akan memaafkan Papa. Apalagi Wonyoung tahu dari Kak Gyuri bahwa Papa sempat main tangan pada Mama. Papa melakukan kekerasaan. Wonyoung marah pada Papa.
Termasuk pada Sunghoon, anak istri siri Papa. Dia... Benar-benar sudah membencinya. Dia marah karena Papa memilih Ibu Sunghoon. Dia benci itu.
Dia benci Mama dan Papa harus cerai.
Itu berarti, dia adalah anak broken home.
"Wonyoung?" Yujin benar-benar tak percaya Wonyoung seperti itu.
"Wonyoung, Lo kalo marah, ke gue aja. Jangan marah ke Yujin, juga," kata Sunghoon. Cowok itu bingung kenapa Wonyoung sangat tidak suka dengan dirinya sampai-sampai judes seperti sekarang.
"Jangan ngomong sama gue."
"Wonyoung, gue minta maaf sama Lo. Maaf kalo gue suka sama Lo. Tapi gak semestinya Lo bertingkah berlebihan kayak gini. Lo membingungkan," kata Sunghoon.
Wonyoung menatap Sunghoon. Kenapa dia lama-lama mirip Papa? Kenapa dia mirip dengan Eric? Kenapa tatapannya seperti tatapannya? Kenapa sorot matanya seperti Gyuri? Kenapa Sunghoon anak Papa? Kenapa?
"Wonyoung... Maaf karena gue salah sama Lo."
Wonyoung memejamkan matanya sekilas dan menarik napas dalam.
"Wonyoung, minta maaf sama Sunghoon. Lo gak boleh gini," Jake datang menghampiri mereka.
Liz, Yuri, dan Jihan juga datang menghampiri untuk meraih tangan Wonyoung. Mereka mengarahkan tangan Wonyoung ke Sunghoon.
"Kalian mau ngapain?" Wonyoung menarik tangannya.
"Lo harus minta maaf sama Sunghoon," kata Yuri.
Sunghoon mengulurkan tangannya pada Wonyoung.
"Gue minta maaf," kata Sunghoon. Tulus.
Wonyoung menatap tangan itu. Tangan anak haram hasil perzinahan Papa dan selingkuhannya sebelum Papa dan selingkuhannya menikah siri setelah kematian Park Donghae.
Wonyoung tak mau menyentuh tangan itu.
"Wonyoung?" Jihoon melirik Wonyoung yang diam. Keempat sahabat perempuannya juga melihat Wonyoung. Begitupula Jake dan Sunghoon.
Wonyoung membisu. Lebih baik dia pulang saja sekarang. Dia benar-benar tidak tahan. Dia ingin menangisi takdirnya sekarang.
Wonyoung menepis tangan sahabat-sahabatnya yang memegang tangannya. Gadis itu mengambil tas.
"Gue mau pulang."
Sunghoon mencegat Wonyoung sebelum beranjak dari tempatnya.
"Singkirkan tangan Lo dari tangan gue," kata Wonyoung dingin.
"Gak. Sebelum Lo maafin gue."
"Lepasin!!" Wonyoung mendelik dan membentak. Dia seperti orang kesetanan sekarang. Benar-benar bukan Wonyoung yang dikenal baik, ramah, dan peduli.
"Enggak."
"Gue bilang lepasin tangan gue!! Gue gak mau disentuh sama cowok pembawa sial kayak Elo!" bentak Wonyoung geram.
Semua teman-teman Wonyoung dan Sunghoon terdiam mendengar ucapan Wonyoung.
Sunghoon tersenyum kecut. "Apa Lo bilang?"
Wonyoung menatap Sunghoon tajam. "Lo... Pembawa sial. Lo udah hancurin hidup gue."
"Apa maksud Lo?" Sunghoon melepas cekalan tangannya.
Wonyoung tak menggubris pertanyaan Sunghoon. Cewek itu memilih pergi keluar kelas. Dia mau pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
1. J ✓ SUGAR, PLEASE! [ Sunghoon - Wonyoung ] ™ - (Republish)
Teen FictionTeman bisa jadi musuh. Begitu juga sebaliknya. Setelah jadi musuh? Musuh ya tetap musuh. Gak perlu pakai gula pemanis ucapan kalo ngomong. Gak bakalan berguna. Kalo loe pengen musuh loe berubah jadi manis, beliin dulu gula keramahan untuknya. Tapi...