Dua Puluh Sembilan

796 102 7
                                    

2021


Sugar Please 29

*








"Wony, Lo mau kemana?" Yujin mengejar Wonyoung. Gadis itu menarik tangan Wonyoung.

Ketiga sahabat mereka juga mengejar Wonyoung.

"Lo dari semalam ilang di chat grup. Lo ditelpon juga gak ngangkat. Lo... Ada masalah?" tanya Yujin.

Wonyoung menunduk.

"Lo balik ke kelas, oke?" Liz menarik lembut tangan Wonyoung agar balik ke kelas. Begitu pula Yujin. Yuri dan Jihan memilih merangkul pundak Wonyoung.

Mereka melihat bahwa mata Wonyoung bengkak. Mungkin karena menangis. Untuk saat ini mereka tidak akan menanyakan itu dulu.

Wonyoung teringat Mamanya. Apakah Mama bertemu dengan Papa pukul sembilan nanti untuk mendaftar sidang perceraian? Pikiran Wonyoung kacau mengingat hal itu.

*






Sudah dua bulan berlalu. Orangtua Wonyoung pun sudah bercerai. Seiring berjalannya waktu, Wonyoung lebih banyak diam dan tak mau menceritakan masalahnya dengan sahabat-sahabatnya.

Wonyoung juga memilih untuk tidak berkomunikasi lagi dengan Sunghoon yang perlahan tidak mengajaknya bicara.

"Mama Lo mau nikah lagi?" ucapan Jihoon yang pelan di kala istirahat menyita perhatian Wonyoung yang duduk diam di kelas sambil merebahkan kepala di atas meja. Gadis itu menolak ke kantin dengan malas gerak ke kantin. Alhasil, dia diam di kelas bersama dengan Yuri dan Liz. Sedangkan Yujin dan Jihan membeli makanan ke kantin untuk mereka.

"Iya, Mama gue mau nikah lagi. Bulan depan. Tiga hari setelah pembagian raport," kata Sunghoon pelan.

"Sung, orangtua Lo mau nikah?" Yuri bertanya dengan bingung. "Mama Lo? Atau Papa Lo?"

Sunghoon dan Jihoon yang duduk di depan meja Wonyoung dan Jihoon menoleh ke belakang melihat Yuri yang duduk di samping Wonyoung.

"Mama gue. Kalo Papa gue udah gak ada sejak gue lahir, Yur," kata Sunghoon.

Yuri manggut-manggut. "Pesta besar-besaran?"

Sunghoon senyum. "Enggak. Cuma pesta kecil-kecilan dan hanya ngundang sanak keluarga sama rekan kantor orangtua gue aja. Sama... Temen-temen sekelas kita mungkin..." kata Sunghoon.

Wonyoung menegakkan badannya. Gadis itu melihat Sunghoon.

"Selamat ya," baru kali ini Wonyoung berbicara pada Sunghoon sejak insiden marah-marah gak jelasnya sehari setelah Mama dan Papanya berkelahi.

Sunghoon tertegun mendapat ucapan selamat dari Wonyoung. Cowok itu mengangguk.

"Makasi," balasnya.

"Saran gue sih... Mendingan orangtua Lo gak usah undang teman sekelas kita. Saran aja..." kata Wonyoung diakhiri dengan cengiran kecil di bibirnya.

Liz yang duduk di seberang meja Wonyoung berceletuk ringan, "Ih, undang aja kali, Sung. Wony gak usah didengerin."

"Masalahnya yang dinikahin Mamanya Sunghoon itu, Papa gue, Liz... Lo, Yujin, Yuri, sama Jihan pasti bakal shock," batin Wonyoung.

"Gak tau sih... Itu urusan Mama sama calon Papa gue," kata Sunghoon. "Tapi gue harap kalian diundang karena ini bakal jadi momen bahagia gue karena gue bakal punya Papa tiri," kata Sunghoon.

Papa tiri?

"Papa gue gak ngomong kalo Lo itu anaknya?? Wah... Wah..." Wonyoung membatin kecut.

"Intinya mau diundang atau enggak, gue doain moga Mama sama calon Papamu langgeng sampe maut memisahkan," kata Yuri.

Liz dan Jihoon mengangguk setuju. "Aamiin..."

"Aamiin... Makasi Yur," kata Sunghoon.

Sedangkan Wonyoung? Gadis itu hanya diam dan tak berniat mengamini.





*







"Kak, Papa mau nikah secara resmi sama perempuan itu," kata Wonyoung pada Gyuri.

Kakak perempuannya yang selalu datang setiap weekend ke kota dimana rumah Nenek dan rumah mereka dulu ada, hanya diam tak berniat menjawab.

Gyuri lebih asyik dengan laptopnya. Ia menonton drama sambil rebahan di kasur.

"Kak, Lo dengar gue ngomong gak, sih?" Wonyoung beranjak naik ke atas tempat tidur. Gadis itu ikut menonton drama sambil menelungkupkan badan seperti Gyuri.

"Gue tiap Jumat, Sabtu, dan Minggu ke kota ini buat nenangin pikiran dari rutinitas kuliah, Dek. Jangan bahas yang buat kepala gue mau meledak," kata Gyuri sambil melirik Wonyoung. Gyuri kuliah di provinsi yang sama dengan tempat tinggal nenek dan rumah mereka dulu, tapi beda kota. Hal itu membuatnya sering pulang dan pergi untuk melihat keluarga.

"Oh, ya udah... Gue cuma mau bilang," kata Wonyoung.

"Gimana urusan pindah sekolah? Lo sama Mama udah mulai ngurus?" Gyuri mengalihkan topik.

"Belum," kata Wonyoung. Gadis itu terlihat sedih. Ternyata permintaannya dulu ingin pindah sekolah, benar-benar akan terjadi. Ia pasti akan merindukan teman-temannya di sekolah lama.

"Santai aja. Di kota tempat Kakak ngampus, rumah kita yang di sana, orang-orangnya baik-baik kok. Sekolahnya juga lebih bagusan di sana daripada di sini," kata Gyuri. Gadis itu mencoba menghibur Wonyoung karena Wonyoung terlihat murung.

Wonyoung menghela napas. "Gue khawatir apa gue bisa sekolah di sana apa enggak."

"Bisalah. Di sana ada teman SD Lo juga, kan? Kayak si Zoa sama Xiaoting. Mereka juga sekolah di SMA baru Lo," kata Gyuri mengingat bahwa Wonyoung punya teman-teman di kota tempat ia akan pindah sekolah. Kota sebelum mereka pindah ke kota ini karena Papa ada urusan pekerjaan. Lebih tepatnya, urusan dengan istri sirinya.

"Iya, sih..."

Gyuri menepuk pundak Wonyoung dan mengusapnya lembut.

"Dah, ah, jangan sedih gitu. Anggap aja Papa dah gak ada," kata Gyuri. Gadis itu mendengus geli sambil geleng-geleng kepala merutuki ucapannya.

Wonyoung mengangguk.

"Iya, Kak..."

1. J ✓ SUGAR, PLEASE! [ Sunghoon - Wonyoung ] ™ - (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang