Shikamaru baru saja selesai makan malam di rumah dengan keluarganya untuk pertama kali setelah sekian lama. Ia punya waktu untuk bersantai, bahkan mandi. Temari telah tenang setelah insiden peringatan pernikahan yang terlupakan. Shikamaru memutuskan untuk membiarkannya dahulu, karena ia tahu ia akan menghadapi hari hari yang sibuk.
Temari mencuci piring setelah mereka makan, Shikamaru duduk di meja antara dapur dan beranda, melihat keluarganya.
Apakah ia harus mengatakan pada mereka tentang masalah Negara Tanah?
Tidak. Dia tak ingin membebani mereka dengan masalahnya, dia bahkan tidak tahu bagaimana mengatakannya. Dia tak tahu apa yang harus dilakukan.
Shikamaru memikirkan saat ketika dia pergi membeli bunga, yang benar benar ia lupakan. Bunga itu adalah bagian permintaan maafnya pada Temari, yang diketahui Ino.
Dia benar benar lupa membelinya. Dia berkali kali memikirkan akan membawanya ke rumah untuk Temari, Ia tahu suatu saat ia harus kembali ke toko itu.
Sementara menyesali kesalahannya, Shikamaru melihat seseorang yang duduk di beranda menghadap taman, menikmati kehangatan. Shikadai sedang bermain game pada salah satu konsolnya. Shikamaru tidak tahu yang mana. Shikadai membelinya sendiri. Itu adalah caranya mengisi waktu luang, hal yang ia lakukan saat Temari tak memperhatikan. Temari memarahinya ketika tahu Shikadai membelinya.
Shikadai adalah Shikadai, pikir Shikamaru.
Temari menggumamkan sesuatu dari dapur. Shikamaru berdiri dan duduk di belakang putranya.
Shikamaru melihat layar game, ada sebuah figur dengan armor yang aneh bertarung melawan monster yang aneh. Jari Shikadai bergerak di konsol setiap pria di layar itu menggunakan pedangnya.
" Apakah itu menyenangkan?" tanya Shikamaru.
" Mm-Tunggu!"
Shikadai memberikan jawaban yang tidak jelas. Shikamaru tahu putranya tidak bisa mengalihkan pandangan dari game.
Shikadai bahkan tak punya waktu untuk menjawab pertanyaan. Mereka berdua diam memandang layar beberapa saat. Setiap karakter itu bergerak, Shikadai mengeluarkan kata "Oops" atau " Yes". Shikamaru bertanya tanya apa yang ada di pikiran putranya.
Ketika Shikamaru bermain Shogi, dia membayangkan medan perang. Semua indranya fokus pada langkah selanjutnya. Ia hanya bisa melihat bidak di papan.
Ada waktu kau tidak bisa melihat apa yang musuh lakukan. Kadang kadang dia akan fokus pada game sehingga ia tidak bisa mendengar apapun di sekitarnya. Lawannya harus menyadarkannya,
Sepertinya itu menurun pada anaknya.
" Argh!"
Ketika pria dengan armor itu mati, Shikadai mengeram dan mengangkat tangannya. Shikamaru juga meletakan tangannya karena Shikadai pernah sekali membuang game nya ke taman,
" Sial! Aku sudah bermain dengan baik, tapi booster pack nya tidak ada di sana. Sekarang aku harus kembali dari awal! Merepotkan sekali!" Shikadai mengeluh.
" Jadi, apa itu menyenangkan?" Shikamaru bertanya.
Akhirnya, Shikadai menjawab ayahnya.
" Yah...Semua temanku saat ini memainkan game ini."
" Jadi kau melakukannya karena temanmu melakukannya? " tanya Shikamaru.
" Bukan seperti itu...tapi.." jawab Shikadai, menggembungkan pipinya.
Dia meletakan konsolnya diantara mereka dan menyesuaikan posisi duduknya.
" Tapi apa?" tanya Shikapmaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shikamaru Shinden-A Cloud Dancing in Forlorn Falling Petals ( translated by Me)
FanfictionWarning: Semua isi cerita adalah milik Takashi Yano dan Masashi Kishimoto All rights reserve to Takashi Yano and Masashi kishimoto Shikamaru Shinden: A cloud Dancing in Forlorn Falling Perals ( Naruto : Shikamaru Shinden: Maichiru Hana o Ureu Kumo)...