Jangan lupa baca dulu part sebelum ini biar nggak bingung.
Happy reading
*****
Felix mendongak menatap Minho dengan mata sembabnya "kakak jangan pergi ya. Felix takut sendirian."
Minho menghapus sisa air mata adiknya."Iya. Kakak ga akan ninggalin Felix. Sekarang Felix bobo aja ya."
Tanpa menjawab, Felix kembali memeluknya erat sambil mencari-cari posisi yang nyaman.
Tak berselang lama, Felix benar-benar tertidur. Mungkin karena kelelahan setelah menangis.
Minho mengamati wajah adiknya yang tertidur pulas. Mengelus pipi bulat lucu milik adiknya dengan lembut agar tidak membangunkannya.
"Adeknya kakak makin cantik ya." Minho tersenyum, senyum yang meneduhkan yang sangat jarang di perlihatkan.
"Felix tau nggak? Sebelum Felix lahir, kakak itu pengennya adek cewek. Pokoknya dulu kakak beneran nggak mau kalo sampe punya adek cowok. Tapi, setelah Felix lahir, semuanya berubah. Kakak langsung jatuh cinta sejak pertama kali lihat wajah Felix. Cantik." Minho berucap lirih sambil mengulas senyum tipis
*****
Sekilas bayangan masa kecilnya dan Felix terlintas begitu saja. Minho sangat berterima kasih pada tuhan karena telah mengirim Felix untuk menjadi adiknya.
Minho tersenyum samar. Mengingat kembali betapa menggemaskannya Felix dulu. Tidak tidak. Bahkan hingga sekarang adik kecilnya itu masih tetap saja menggemaskan.
Seperti ruangan gelap tanpa cahaya, mungkin itu bisa mendeskripsikan kehidupan Minho jika tidak ada Felix disekitarnya.
Mereka berdua seperti simpul yang sangat susah untuk dipisahkan. Meskipun memiliki sifat yang bertolak belakang, tidak membuat keduanya merasa renggang.
Saling menggenggam, saling menguatkan, mereka berdua memiliki peranan penting dalam kehidupan masing-masing.
Mereka seperti terikat satu sama lain. Ikatan yang terlalu kuat yang justru terkadang bisa saling mencekik, membuat ruang gerak keduanya menjadi sangat terbatas.
Minho sangat sadar akan hal itu. Namun apa yang bisa ia lakukan? Minho hidup untuk adiknya, dan adiknya bertahan hidup karenanya.
Tidak ada yang bisa merubah kehendak takdir. Tapi Minho tidak mempermasalahkan itu. Selama Felix ada disisinya maka hidupnya akan baik-baik saja.
Selama ini, ada satu pertanyaan dalam benak Minho yang dia sendiri tidak tahu jawabannya.
Benarkah dirinya mencintai Felix layaknya cinta seorang kakak kepada adiknya?
*****
Hari terus berganti, namun Hyunjin tak kunjung mendapat kabar dari Felix.
Ia khawatir, Felix benar-benar seperti menghilang. Berkali-kali Hyunjin mengunjungi rumahnya namun hasilnya nihil. Hyunjin tidak tahu banyak tentang keluarga dan saudara pria manis itu. Dan lebih sialnya lagi, Hyunjin tidak menyimpan nomor ponsel kakaknya Felix.
"Sebenernya kita mau kemana sih!"
"Udah diem deh. Bawel banget sih lo"
"Ya gimana gue mau diem. Lo aja dateng-dateng langsung nyeret-nyeret gue." Changbin melihat badannya sendiri "terus maksudnya apaan gue disuruh pake baju beginian?"
"Berisik." Hyunjin fokus menyetir mobilnya, mengabaikan Changbin yang terus mengomel tidak terima lantaran dirinya di seret paksa oleh Hyunjin dan entah mau dibawa kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Lee
Fanfiction"Apa aku telah melakukan kesalahan besar?" "Kenapa harus dia?" Pemuda berparas tampan tersebut menatap kosong kearah gedung-gedung pencakar langit dihadapannya, pikirannya melayang entah kemana. Ini terlalu cepat, dia belum siap menerima semuanya [A...