14

710 85 1
                                    

Awan hitam kembali menyelimuti kota Seoul. Beberapa orang mulai mencari tempat untuk berteduh demi menghindari rintikan hujan yang mulai turun.

Tak terkecuali Changbin, pria itu ikut memarkirkan motor miliknya disebuah warung sederhana yang ada dipinggir jalan.

"Sialan banget nih ujan. Kalo tau gini, mending gue bawa mobil aja tadi." Ucapnya sedikit kesal. Sepertinya dia akan terlambat.

Changbin memicingkan matanya, melihat kearah dua orang yang sedang mengobrol di pojok sana.

"Yeji bukan sih?" Demi menuntaskan rasa penasarannya, Changbin perlahan mendekati orang itu. Beruntungnya tadi dia mengenakan hoodie disertai topi dan juga masker. Sehingga dirinya tidak mudah dikenali orang-orang yang berada disekitarnya.

"Lah iya anjir, si Yeji. ngapain dia disini?" Changbin bergumam lirih namun tetap memperhatikan orang itu.

Jarak diantara mereka hanya sekitar enam meter, Changbin berusaha menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar apa yang dua orang itu bicarakan.

"Mana duitnya?"

"Lo yakin nggak salah sasaran kan?"

"Sesuai sama yang lo suruh."

"Coba sebutin ciri-cirinya."

"Muka bule, badan kecil, punya freckless dan kemana-mana selalu pake masker. Gue ada fotonya"

Changbin merasakan hening beberapa saat.

"Kerja bagus. Nih bayaran lo."

"Thanks, baby."

Kemudian dua sejoli itu menyatukan bibir mereka membuat Changbin sontak mengalihkan pandangannya. "Menjijikan, ga tau tempat banget." gumamnya.

Changbin hendak pergi namun ia berhenti, menengok kembali kearah dua sejoli yang masih asik bercumbu itu.

"Dia siapa?" Posisi pria itu membelakangi dirinya, sehingga Changbin tidak bisa melihat wajahnya.

Changbin mengambil ponsel miliknya lalu beberapa kali memotret keduanya, kemudian pergi menjauh dari sana.

*****

"MINHO, HENTIKAN!!"

Suara Chan menggema memenuhi seluruh ruangan. Tangannya dengan cepat melempar asal obat-obatan yang berada dimeja kerja milik Minho, Termasuk beberapa pil ditangan pria itu.

Chan memegangi tubuh Minho yang bergetar hebat, bibir pria itu terus menggumamkan kata yang tidak terdengar jelas.

"Hey, Sadarlah!"

"Minho. Ini aku Chan."

Ucapan Chan sama sekali tidak ditanggapi. Minho terus memberontak berusaha menggapai obat-obatan yang kini berserakan dilantai namun Chan terus menahan tubuhnya.

"Kau sudah berjanji untuk tidak mengonsumsi obat-obatan itu lagi."

"Jangan membuatku khawatir. Ku mohon sadarlah."

"Ini aku Chan, Kak Chan. Kakakmu."

Chan merasakan pergerakan Minho yang mulai berkurang. Pria itu tiba-tiba menangis dengan keras.

Disela-sela tangisannya, Minho berucap "A-adikku, kenapa dia pergi? Kenapa kak?"

"Ibu? Ayah? Semuanya pergi. Mereka ninggalin aku sendirian."

"Hey, hey. Apa yang kau bicarakan." Chan terus mencoba menyadarkan pria itu.

"Aku mau ikut mereka kak. Aku pengen ketemu ibu, ayah, felix. Aku mau kumpul sama mereka lagi."

About LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang