18

602 63 3
                                    

"Udahan dong ngambeknya." Minho menoel-noel pipi Felix. "Lain kali nggak gitu lagi deh."

"Janji?" Felix menoleh kearah Minho.

"Enggak."

"Yaudah sana! Gausah deket-deket!" Felix semakin kesal. Dia ingin sekali memukul kepala kakaknya. tapi sayangnya Felix tidak berani. Kenapa kakaknya jadi menyebalkan sekali.

"Utututu... gemesin banget sih kalo lagi ngambek. Adek siapa sih ini? Hmm?" Minho mencubit pipi Felix dengan gemas.

Sepertinya menjahili Felix akan menjadi hobi baru Minho.

Minho tau jika Felix pasti akan sangat kesal padanya. Tapi itu lebih baik daripada Minho harus melihat wajah ketakutan adiknya setiap kali mereka bertatapan.

Minho sadar jika sikapnya selama ini sudah sangat mengekang Felix. Minho juga tau jika Felix sering kali ketakutan setiap kali berhadapan dengannya.

Dia ingin berubah. Minho tidak ingin seperti dulu lagi. Minho ingin melihat adiknya lebih leluasa melakukan apa yang dia inginkan. Ya, meskipun masih dibawah pengawasannya. Dan Minho akan berusaha menjadi kakak sekaligus teman yang baik untuk adik kesayangannya itu.

Mulai sekarang Minho tidak ingin egois dengan menyimpan Felix untuk dirinya sendiri. Adiknya juga punya impiannya sendiri dan Minho akan mendukungnya.

Meskipun sebenarnya Minho masih agak ragu, apakah keputusannya kali ini aman atau justru berbahaya. Mengingat banyaknya saingan bisnis mendiang Ayahnya yang sampai sekarang masih terus berusaha untuk mengalahkan perusahaan keluarganya membuat Minho resah sendiri.

Minho takut jika mereka mengincar Adiknya.

Tidak. Minho tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Dia akan melindungi Felix bagaimanapun caranya.

Minho Mengesampingkan kekhawatirannya, ia beralih meraih nampan berisi makanan yang tadi dibawakan oleh perawat Felix. "Sini makan dulu. Abis ini kita keluar."

"Mau kemana?"

"Jalan-jalan. Sekalian beli perlengkapan sekolah buat kamu."

Mendengar itu Felix langsung menatap Minho "Beneran?"

Minho mengangguk sebagai jawaban.

Kekesalan Felix langsung menguap begitu saja. Moodnya memang sangat cepat berubah. Felix buru-buru menghabiskan makanannya. Ia sudah tidak sabar.

"Pelan-pelan aja makannya."

Felix menyengir lebar, menampilkan deretan gigi putihnya yang tersusun sangat rapi. "Kakak nggak makan?"

"Nanti aja."

Felix mengangguk kemudian melanjutkan kegiatan makannya.

*****

"Woii bangun njing!!" Mark berteriak sangat keras hingga mengagetkan Changbin yang tengah tertidur.

"Paan sih!" Changbin yang kesal pun sontak saja melemparkan bantal sofa ke muka Mark.

"Ikut gue ke bandara sekarang."

"Pagi-pagi gini? Mau ngapain? Ngemis?" Changbin hendak melanjutkan tidurnya namun Mark buru-buru menarik tubuhnya agar terduduk.

Mark mencoba membangunkan dua sahabatnya itu. Padahal mereka baru memejamkan mata sekitar 5 menit yang lalu.

"Jeno sama Renjun balik, dia minta jemput di bandara sekarang."

"Lo sendiri aja sono, lagian barang mereka nggak mungkin banyak. Pake mobil gue aja, terserah mau make yang mana. kuncinya ada di tempat biasa." Changbin masih terus memejamkan matanya. Dia benar-benar mengantuk sekarang.

About LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang