06. Learn to Adaption

2K 206 2
                                    

Pada malam hari. Satoru baru sampai di depan apartemennya. Dia nampak sangat letih. Dengan gestur malas dia menekan tombol Password kunci pintunya, sebelum masuk ke rumah dan menemukan seorang wanita berkimono yang sedang sibuk memasak.

"Dimana Megumi?" pertanyaan tersebut yang pertama kali keluar semenjak ia menginjakan kakinya di tempat tersebut. Gojo Satoru bahkan tidak melirik barang sebentar pun ke arah wanita tersebut.

"Megumi-sama ada di kamarnya," jawab pelayan tersebut seraya menghentikan pekerjaannya untuk sesaat. Berbicara sambil membungkuk.

Satoru lantas bergegas menuju kamarnya. Tanpa mengetuk pintu dia langsung menerobos masuk. Megumi hampir dibuat jantungan berkatnya.

"Go-gojo sensei!?" pemuda itu latah memanggilnya seraya memasang wajah ling-lung yang menggemaskan. "Ka-kau mengagetkanku," keluhnya seraya membenahi caranya berdiri.

Ketika dilihatnya Megumi sudah berpakaian lengkap. Satoru pun dibuatnya tersenyum puas. Sesuai dugaannya Megumi sangat cocok mengenakan pakaian Tradisional. Pakaian tersebut membuatnya terlihat lebih cantik dan rapuh dalam waktu yang bersamaan.

"Itu sangat cocok untukmu," puji Satoru mengutarakan pikirannya. Megumi dibuat bersemu merah karnanya. "Terima kasih," ucapnya seraya menundukan kepalanya.

Satoru terus mengaguminya, pandangannya tidak bisa lepas dari Megumi yang sedang berdiri canggung di sudut ruangan. "Kemarilah,"panggilnya pada pemuda itu begitu dia duduk di pinggir ranjang.

Megumi menerima uluran tangannya, mendekat dengan gestur ragu-ragu yang dibumbui oleh rasa penasaran. Dia tidak bisa melihat wajah gurunya itu dengan jelas sekarang, dikarenakan penutup mata yang selalu dipakai pria tersebut.

Tapi anehnya dia bisa merasakan bahwa sentuhan lelaki itu terasa lembut dan penuh akan afeksi. Sangatlah berbeda dengan perlakuan Satoru terhadapnya selama beberapa hari terakhir ini.

Satoru mengucup punggung tangan Megumi, memperlakukannya dengan sangat lembut. Ketika mengigit pelan jemarinya, pemuda tersebut melirik ke arah lain sambil menyembunyikan rona merah di pipinya.

Namun Satoru masih belum puas. Dia lantas membuka mulutnya lalu menjilat, menghisap jemari Megumi dan memberikan sedikit gigitan pelan yang membuat pemuda itu bergidik karenanya.

"Se-sensei...tu-tunggu he-hentikan dulu.." Megumi berbisik seraya berusaha menarik tangannya dan ternyata di luar dugaan, Satoru melepaskannya begitu saja.

"Setidaknya.....biarkan aku makan terlebih dahulu," pinta Megumi memelas sambil menoleh ke arah ambang pintu keluar yang masih terbuka lebar. Karena aroma masakan yang terlalu lezat. Sedari tadi Megumi tidak bisa fokus hanya pada Satoru seorang. Dia sudah mencapai batasnya.

Ketimbang tergoda oleh keseksian pasangannya. Sekarang Megumi malah lebih tergoda oleh apapun itu yang sudah selesai dimasak oleh sang pelayan di luar sana. Aroma masakan membuatnya perutnya keroncongan dan hampir ngiler karnanya.

"Hahaha....."

Satoru lantas menertawakannya. Tidak biasanya pemuda tersebut terlihat bagaikan seekor anjing yang sedang memohon makanan pada majikannya. Selain menggemaskan, perubahan sikap itu membuatnya lebih menyegarkan. Terutama bagi Gojo Satoru yang sudah selama bertahun-tahun terus mencoba untuk menjinakannya yang selalu bertingkah bagaikan serigala kesepian.

"Sebelum kau makan malam. Kenapa kau tidak memakan makanan pembuka terlebih dahulu?"

Megumi spontan mengerutkan dahinya. Walaupun dia tidak begitu memahami apa yang sedang Satoru coba katakan. Namun senyuman pria tersebut membuatnya merinding. Sepertinya dia terlalu cepat senang karena mengira gurunya itu akan melonggar untuk malam ini terutama setelah mengetahui kalau dia belum makan apapun selama seharian.

"Jangan melihatku seperti itu," ujar Satoru seraya membelai wajah murung Megumi. "Hari ini moodku jelek. Kau boleh makan sebanyak yang kau mampu setelah kau selesai menghiburku," imbuhnya lalu memberikan perintah untuk Megumi bersujud di depannya dengan gestur tangan.

Seolah Gojo Satoru pernah mempunyai mood yang bagus. Megumi tersenyum masam pada dirinya sendiri namun tetap mengikuti kemauannya.

Ketika dia bersimpuh di bawah, diantara paha pria tersebut. Barulah Megumi menyadari permintaaan satoru yang sebenarnya. Wajahnya kembali merona. Walaupun dia bilang sudah mengerti, tetap saja Megumi yang kurang pengalaman dibuat kebingungan.

Satoru lalu tersenyum jahil atas kepolosannya. "Pakai mulutmu," titahnya seraya mendorong kepala ke selangkangannya.

Tatapannya lantas memaksa Megumi menariknya, membuka resleting celananya dengan giginya.

Mengabaikan debaran kencang di dalam dadanya. Megumi memberanikan diri untuk mengigit celana milik pria di atasnya, dan perbuatannya tersebut langsung di sambut oleh kejantanan yang setengah menegang.

Kemarin Megumi belum melihatnya dengan jelas. Dan sekarang di hadapkan oleh milik gurunya tersebut. Tiba-tiba isi mulutnya terasa kering. Bagaimana barang sebesar dan sepanjang itu memasuki lubangnya!!? Mungkin kemarin adalah salah satu keajaiban di dalam kehidupannya.

"Megumi. Buka mulutmu selebar mungkin. Masukan berlahan dan jangan pakai gigi," Satoru mulai mengintruksinya seraua mengelus puncak kepalanya.

Megumi berusaha mengikutinya, melakukan apa saja yang dia bisa hanya dengan intruksi sekilas tersebut. Mulutnya yang kecil tidak berhasil memasukan penis tersebut secara utuh, bahkan setengahnya pun belum masuk. Dia berusaha menggunakan lidahnya, menjilatinya dan menghisap bagian yang telah berada di mulutnya yang penuh. Rahangnya mulai sakit dan pegal karnanya.

Sementara Satoru menatapnya dengan sangat intens. Dari raut wajahnya, sepertinya dia masih belum puas. Lantaran Megumi masih terlalu kikuk dalam mengerjakan tugasnya.

"Kalau kau terus-terusan begini. Sampai pagi pun tidak akan pernah selesai," komen Satoru menjahili. Dengan mulut penuh Megumi tidak bisa protes apapun, pemuda itu pun hanya membalasnya dengan mata mendelik tajam.

"Tetap buka mulutmu. Dan ingat jangan pakai gigi," itu adalah peringatan terakhir dari Satoru. Sebelum pria tersebut mendorong kepalanya, memaksanya untuk menelan utuh-utuh penis yang lama-kelamaan semakin membesar di dalam rongga mulutnya.

Megumi hampir muntah. Penis tersebut menusuk tepat di dalam tenggorokannya. Namun Satoru mengacuhkan kondisinya. Malah pria tersebut memaksa Megumi menggerakan kepalanya naik-turun, memakainya seperti dia adalah sebuah boneka seks.

Gerakan tersebut mulai bertambah cepat. Megumi sudah berusaha, mengusahakan diri untuk bernafas melalui lubang hidungnya dan tidak panik. Namun gerakan tersebut terasa begitu intens baginya. Tanpa sadar dia malah menangis, ketimbang sedih atau terhina. Dia hanya merasakan rasa sakit yang entah kenapa tidak tertahankan.

Pada detik-detik terakhir. Megumi merasakan ada yang meledak di dalam mulutnya, menyembur memasuki tenggorokannya.

Spontan Megumi menarik mundur kepalanya, melepaskan penis tersebut dari mulutnya. Dia ingin memuntahkannya, cairan menjijikan yang terasa sangat tak enak di indera pengecapnya.

Sayangnya. Satoru langsung membungkamnya, menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Telan," begitu perintahnya yang tak akan sanggup dilanggarnya.

Sambil terisak. Megumi pun lantas menelannya sebelum akhirnya terbatuk-batuk di bawah lantai karnannya. Sedangkan Satoru yang sudah puas, lalu beranjak berdiri. "Aku akan menunggumu di meja makan," ujar pria itu sebelum meninggalkan kamar.

Begitu sosok pria itu menghilang. Megumi langsung berlari ke kamar mandi. Dia terburu-buru ke wastafel, dengan kasar ia membasuh mulutnya, berkumur-kumur sampai dia puas.

"Sialan...."

Suaranya terdengar begitu lirih, bahkan samar di telinganya sendiri. Megumi berpegangan pada pinggir wastafel dan berkaca. Memperhatikan betapa kacau wajahnya sekarang. Seperti yang dikatakan gurunya. Dia hanya harus terbiasa. Sebaiknya dia segera terbiasa dengan posisinya sekarang.

TO BE CONTINUE 

Negative PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang