18. Insecurity

1.3K 141 8
                                    

10 tahun lamanya dia telah mendidik anak itu. Sudah sekian lama mereka bersama dan Satoru selalu sukses menahan dirinya sepanjang waktu tersebut. Menambah satu atau dua tahun lagi tidak akan mempegaruhi obsesinya terhadap Megumi. Dia memang selalu menginginkan segala yang ada pada pemuda tersebut dan awalnya dia berencana melakukannya ketika Megumi lulus SMA.

Mungkin dia harus berterima kasih pada Yuuji dan Sukuna. Mereka berdualah yang mendorong Megumi untuk masuk ke dalam pelukannya lebih cepat. Berkat mereka dia tidak perlu menunggu lebih lama lagi untuk menguasai pemuda idamannya.

Akan tetapi tak kepatuhan Megumi terhadap perintahnya mulai mengingatkannya akan satu dua hal yang hampir dilupakannya.

Jangan pernah menarik pancingan sekuat tenaga atau tali pancingan akan putus dan tongkat mu akan patah. Melatih seekor anjing lebih mudah ketimbang mengurung seekor babi hutan yang kapanpun siap melarikan diri.

Seperti apa yang diketahuinya. Sebaiknya dia tidak terburu-buru mengeklaim Megumi. Dia harus lebih pelan, secara bertahap menyita ruang lingkup kehidupan remaja tersebut. Pernikahan mereka hanyalah salah satu dari rencananya untuk mengurangi pergerakan Megumi---sebagaimana remaja itu mencurigainya.

Dan, perkara rencananya yang lain.....mungkin anak itu akan menangis sejadi-jadinya apabila dia mengetahuinya. Sebaiknya dia berhati-hati agar Megumi tak menyadarinya. Dia ingin Megumi tergantung seutuhnya kepadanya, membuatnya menjadi dunianya.

Gojo Satoru lantas diam-diam tersenyum, dia tak sabar menanti kedatangan hari tersebut. Megumi yang kini berjalan di sebelahnya, menatapnya dengan polos, tanpa mengetahui jalan pikirannya. Tentu hal tersebut menjadikan pemuda itu terlihat lebih manis serta menggemaskan di mata Satoru.

Tak lama kemudian. Pasangan pengantin baru itu sampai di ruang perjamuan teh, dimana ayah dan ibu Satoru telah duduk di tempat mereka, beserta sanak saudara dekat yang menyempatkan waktu mereka untuk berkenalan dengan istri muda sang kepala klan yang sebelumnya selalu menolak perjodohan.

Satoru pun menyadari betapa gugupnya Megumi ketika mereka dihadapkan oleh para anggota keluarga Satoru. Pemuda itu menutup rapat mulutnya dan terkadang memaksakan senyum ramahnya. Penampilan tersebut terlihat menyegarkan bagi Satoru, karena setahunya Megumi biasanya adalah anak yang tak peduli akan pandangan orang lain terhadap dirinya.

Satoru pun tak mengomentarinya, hanya sekedar memperhatikan tingkah Megumi. Bagaimana remaja itu nampak sangat segan menghadapi kedua mertuanya. Dia pasti ingin memberikan kesan yang terbaik di depan orang tua Satoru----yang sebenarnya tidak perlu. Lantaran Satoru sendiri tak begitu menghormati kedua orang tuanya yang selama ini memiliharanya hanya untuk dijadikan alat.

Alat yang berujung ditakuti oleh penggunanya.

Megumi bersimpuh dengan postur tubuh tegap, menerima cawan teh pemberian ibu mertuanya dengan kedua tangannya. Sebelum meminumnya, dia memutar cawan teh tersebut beberapa kali, agar lambang klan Gojo terlihat di bagian depan.

Walau jarang dulu Satoru pernah mengajaknya ke acara-acara resmi yang menyangkut relasi klan-klan dunia Jujutsu. Dari sanalah nama Megumi mulai terkenal, menjadikan anak itu sebagai anak Zen'in yang tersesat di rumah Gojo.

Siapa sangka didikan Satoru akan berguna di saat seperti ini? Etika Megumi nampaknya tidak mendapatkan komplain dari anggota keluarganya.

Ditambah lagi. Megumi terlalu cantik untuk mendapatkan komplain. Satoru bisa mengatahui tatapan takjub orang-orang itu hanya dalam sekali lihat, dari semenjak mereka memasuki ruangan.

"Bermain musik, menyusun vas bunga, menari, menulis kaligrafi dan puisi. Semua itu adalah talenta yang seharusnya dimiliki oleh nyonya keluarga kita," terang seorang wanita sepuh berwajah garang dan keras kepala. Dia adalah nenek Satoru yang katanya usianya hampir 100 tahun---Megumi sering mendengar keluhan Satoru mengenai neneknya yang strict dan berpemikiran kuno. Neneknya itu juga yang hampir setiap hari mengundang nona muda dari keluarga lain untuk dijodohkan dengan cucunya yang sama-sama keras kepalanya.

Tapi ini adalah pertama kalinya Megumi bertemu dengan sang nenek. Sekarang dia mulai paham kenapa Satoru senantiasa berkeluh kesah panjang lebar setiap kali menyangkut si wanita tua itu.

"Bukannya kita sudah membahasnya? Megumi adalah seorang ahli Jujutsu. Tidak ada gunanya kau melatihnya sesuatu yang tak penting seperti itu. Apalagi, selama ini aku yang menjadi gurunya...." ketus Satoru sebelum neneknya selesai berbicara.

"Dan itu salahmu karena menikahi orang yang berprofesi sama denganmu, apalagi dengan seorang laki-laki!!"

"Nah. Megumi seribu kali lebih berharga ketimbang pelacur-pelacur yang kau kenalkan padaku. Kau ingat? Megumi adalah pemilik teknik sepuluh bayangan."

"Kalau alasanmu cuma untuk menambah kekuatan klan kita. Kau bisa mengadopsinya atau mengangkatnya sebagai adikmu!!"

Sementara mereka mengacaukan acara perjamuan teh yang tadinya sangat kusyuk. Megumi yang duduk diantara mereka hanya bisa memasang senyum ketir sambil membawa cawan tehnya.

Sepertinya Megumi salah sangka mengenai Satoru yang dengan mudahnya mengendalikan pendapat keluarganya. Rupanya masih ada wanita tua yang tidak takut Satoru.

Megumi pun tiba-tiba merasa salut akan si nenek. Andai anggota keluarga yang lain berani membelanya, Megumi tidak akan berakhir menjadi istri Satoru sekarang.

Cukup lama waktu yang terbuang akibat perdebatan nenek-cucu itu. Megumi bosan mendengarnya dan tak ada niat untuk menengahinya, dan sepertinya kerabat yang lain juga berpikiran sama dengannya. Sampai akhirnya ibu Satoru menyelamatkannya.

Wanita paruh baya itu berdiri terlebih dahulu lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Megumi berdiri. "Kalau sudah begini. Ibunda tidak mungkin akan melepaskan Satoru begitu saja. Makanya, bagaimana kalau kita mencari tempat lain untuk berbicara?" tawarnya dengan suara dan senyuman lembut.

Begitu Megumi menerima uluran tangannya. Ada rasa aman yang tiba-tiba muncul. Entah mengapa dia nyaman akan kehadiran wanita tersebut, seolah dia telah diterima di rumah ini.











OXO

Wanita tua bangka yang sudah bau tanah itu masih tak lelah mengomelinya. Sekaligus tak langsung meremehkan dan menjelekan Megumi dihadapannya. Seperti biasanya hanya pelacur tua itu yang berani membangkangnya. Entah kutukan laknat macam apa yang merasukinya, sampai-sampai mengira Satoru tak akan pernah membunuhnya di tempat.

"......hah. Aku terlalu sibuk untuk meladeni tua bangka separtimu. Dari awal aku sama sekali tak membutuhkan restu dari kalian semua. Mau kalian bisa menerima Megumi atau tidak, itu bukanlah urusanku."

"Satu hal yang perlu kalian camkan adalah jangan sampai ada yang menggangunya," ujar Satoru menekan dengan tatapan mematikannya. Dia harus menanamkan pada orang-orangnya. Kalau dia serius terhadap segala sesuatu yang menyangkut Megumi.

"Karena sekarang dia adalah istriku. Pastikan----" Satoru berhenti berbicara. Barusan dia sangat kesal sampai-sampai tak menyadari hilangnya Megumi yang harusnya duduk di sampingnya.

"Ibumu mengajaknya keluar tadi," jawab pamannya tepat sebelum ditanya.

Satu demi satu masalah terus berdatangan saja. Dengan geram Satoru mengacak rambutnya lalu langsung beranjak keluar ruangan tanpa pamitan. Dia tidak peduli apa kata orang. Dia masih belum rela melepaskan Megumi untuk berkeliaran dirumahnya sendirian.

Mungkin konyol di telinga orang lain. Karena Satoru menganggap rumahnya sendiri jauh lebih berbahaya ketimbang sarang kutukan manapun.

Dari kecil Satoru tidak pernah bisa mempercayai keluarganya sendiri.

Sekalipun pada wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini sekalipun.

TO BE CONTINUE 

Negative PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang