17. New World

1.7K 152 23
                                    

Di pagi hari. Megumi menemukan dirinya terbangun di atas Futon, di dalam ruangan yang berbeda. Pakaiannya yang terakhir kali dia pakai sudah entah kemana. Ketika dia memperhatikan dirinya, dia sudah mengenakan sebuah Yukata putih.

Lantas dia menyingkap selimutnya dan berdiri. Dia berjalan menuju pintu keluar. Namun sebelum dia sendiri yang mengeser pintu dihadapannya, pintu itu malah terbuka duluan.

"Selamat pagi Megumi-sama," sapa wanita yang tak terlihat asing. Dia adalah pelayan yang pernah datang ke apartemen Satoru. Mana mungkin Megumi bisa melupakannya? Di awal pertemuan, dia hampir saja tak sengaja memukul wanita tersebut.

"Selamat pagi," jawab Megumi datar seraya terdiam ditempatnya. Sekilas terlihat ragu untuk menginjakan kakinya keluar dari garis pembatas pintu ruangan.

Dari raut wajah wanita itu, sepertinya dia mulai memahami apa yang sedang dirisaukan remaja tersebut. Lantas dia tersenyum ramah sebelum memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Sawamura Michiru. Mulai hari ini saya yang akan bertanggung jawab atas segala kebutuhan Megumi-sama," terangnya lalu bersujud di depan kaki Megumi yang langsung kebingungan menghadapinya.

Wajar saja Megumi langsung merasa frustasi. Dia tak pernah terbiasa diperlakukan sebagai orang penting, malahan kemungkinan besar mustahil untuknya terbiasa.

Latar belakangnya, bagaimana caranya memandang diri sebagai anak orang miskin telah mendarah daging. Namun mengingat statusnya sekarang. Sebagai istri kepala klan, sebaiknya pada dini hari ini, dia harus secepatnya belajar untuk segera membiasakan diri dengan kehidupan barunya.

Mengotori nama Gojo Satoru merupakan hal terakhir yang ingin dilakukannya.

"......apa yang harus kulakukan hari ini?" Megumi memilih bertanya dengan nada dingin. Seingatnya semua pelayan di keluarga Gojo mempunyai kebiasaan takut akan majikan mereka. Dan hal tersebut merupakan sesuatu yang pantas. Membiarkan pelayan mendekatinya hanya akan memberikan kesempatan anggota keluarga yang lain untuk mencemoohnya.

"Pagi ini. Toushu-sama meminta saya untuk mengobati luka yang di derita Megumi-sama," jawab Michiru masih dalam posisi bersujudnya. Sama sekali tak berniat mengangkat kepalanya sebelum Megumi membiarkannya masuk kedalam kamar.

"Kalau dia memang merasa bersalah. Seharusnya dia sendiri yang datang," keluh Megumi pada keantikan Satoru. Bagaimana bisa dia tanpa malu menyuruh pelayannya mengobati luka sepele yang berasal dari aktivitas malam mereka berdua?

Megumi lalu menghela nafas. "Yang benar saja..." gumamnya seraya duduk diatas Futon.

"Kemarikan salepnya. Biarkan aku sendiri yang melakukannya,"pinta Megumi tak sabaran. Dia mengadahkan tangannya dan menunggu beberapa saat sampai Michiru melakukan apa yang diinginkannya. Memberikan salep dan plester padanya.

Walaupun Megumi bilang akan melakukannya sendiri. Michiru tidak langsung pamit pergi. Wanita itu masih menunggunya, dan mengamatinya yang masih sibuk mengoleskan salep pada bagian tubuhnya yang lebam dan lecet. Mungkin itu juga termasuk di dalam perintah Satoru. Memastikan bahwa Megumi merawat luka-lukanya. Apalagi tidak seperti Satoru, remaja itu tidak menguasai teknik kutukan yang bisa menyembuhkan luka secara instan.

Beberapa saat Megumi menghabiskan waktunya dalam keheningan sekaligus kecanggungan. Pemuda itu terus berusaha mengabaikan kehadiran si pelayan, memilih fokus untuk mengoleskan obat pada lukanya.

Bersamaan dengan Megumi menutup botol salepnya. Michiru menyerahkan satu set Kimono ke hadapannya. "Setelah ini akan ada pelayan lain yang datang untuk mengantarkan sarapan. Selagi menunggu silahkan Megumi-sama berganti pakaian terlebih dahulu," terang pelayan itu sebelum akhirnya berpamitan meninggalkan ruangan untuk sejenak. Memberikan privasi untuk Megumi berganti pakaian.

Negative PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang