23. Attempt to Vengeance

1.5K 121 19
                                    

"Suguru....."

Megumi berlahan membuka mata, terbangunkan oleh suara serak Satoru yang memanggil-manggil nama orang yang terdengar sangat familiar dan gerakan kecil yang dibuat pria tersebut.

Kepala Megumi berdenyut, ia mengalami sakit kepala ringan setelah melakukan aktivitas berat yang melelahkan. Tenggorokannya kering, sedikit serak, mungkin karena seharian dia menangis dan berteriak karena ulah Satoru. Badannya penuh bekas gigitan dan luka memar berbentuk cetakan tangan seorang pria----siapa lagi pelakunya kalau bukan pria Albino yang bisa-bisanya tidur lelap di sebelahnya, sambil menyebut-nyebut nama pria lain.

Semua rasa sakit yang di alami Megumi, langsung menghilang begitu saja setelah mendengar nama Suguru keluar dari bibir Satoru. Kelelahannya dalam sekejap langsung berganti dengan kemarahan, walaupun dia memutuskan untuk tak menunjukannya di raut wajahnya yang datar.

Dia tahu suaminya tidak pernah mencintainya----Megumi lalu tertawa pahit setelah mengatakannya di dalam kepalanya. Selama ini dia berusaha mengabaikan kenyataan tersebut, karena dia tidak ingin bertingkah seperti wanita cemburuan, dan juga dia yang paling tahu Satoru membenci orang-orang yang mencoba menggangu urusan pribadinya.

Persetan dengan pernikahan. Inilah mengapa Satoru adalah kandidat terakhir dalam daftar calonnya. Selain karena urusan bodoh diantara ketiga keluarga besar yang di bencinya, menikah dengan Satoru merupakan kesialannya karena dia yakin, pria itu tidak akan pernah mencintainya.

Sekalipun dia telah menjadikan pria itu menjadi seluruh dunianya. Satoru tidak akan memperlakukannya sebagai istri. Jangankan istri, Satoru tidak akan memperlakukannya sebagai manusia. Dia hanya properti milik Gojo Satoru, sebuah alat yang di gunakannya untuk melupakan mendiang sahabatnya.

"Sangat tidak adil," Megumi berbisik sambil menahan tangis, dia berusaha sebaik mungkin agar tak ada satu setetes pun air mata yang jatuh dari kelopaknya.

Sedih, marah, tapi perasaannya jauh lebih komplek ketimbang itu. Megumi seolah akan menggila. Lubang hitam melambangkan keputusasaan hampir menghisap seluruh kerasionalannya. Nafasnya memburu, bersamaan dengan tubuhnya yang mulai bergerak sendiri, seolah kesadarannya telah diambil oleh setan.

Di tengah perasaannya yang berkecambukan. Megumi lalu berlahan menaiki tubuh Satoru, dan mendudukan pantatnya di atas perut pria yang masih tidur lelap itu. Dia melihat wajah Satoru dengan tatapan kosong, tanpa memiliki rencana lanjutan setelah dia menduduki pria tersebut.

"Andai aku cukup kuat untuk membunuhnya," batinnya berkata meskipun tak ada tanda-tanda kebencian terlihat di wajahnya. Tetapi Megumi yakin kalau dia sudah sangat-sangat membenci Satoru, membencinya dengan segenap jiwanya.

Dari awal dia lahir ke dunia ini, orang sepertinya di takdirkan mati dengan pintu neraka menyambut dirinya. Membunuh satu atau dua orang tidak akan mengubah takdirnya. Andai Gojo Satoru termasuk dalam orang-orang yang sanggup di bunuhnya dalam sekali tebas. Megumi pasti sudah lama membunuhnya.

Semakin dia memikirkan betapa dia membenci pria yang bagaikan penyakit di dalam hidupnya. Dadanya seolah terbakar oleh api kebencian, tetapi matanya mulai berair karena air mata kesedihan dan kekecewaan yang telah lama menumpuk.

Lalu diamatinya tubuh Satoru yang tak kalah buruk kondisinya dibandingkan dirinya. Kulit pucat bagaikan porselen putih milik pria tersebut dihiasi bekas cakaran yang masih terlihat jelas dan segar, bahkan di antara luka-luka tersebut ada luka yang masih mengeluarkan darah.

Salah satunya adalah luka di pundak Satoru. Kemarin Megumi menancapkan kukunya di sana seolah hidupnya tergantung dari perbuatannya tersebut. "Haha." Mengingat kembali bagaimana dia mampu memberikan luka dalam pada Sang penyihir terkuat lantas membuat Megumi tanpa sadar tertawa.

Negative PossessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang