Berbanding terbalik dengan ekspresi kegirangan Marc, Dokter Vitc justru menghindari pembicaraan dengan Vinca mengetahui gadis itu bertindak tanpa sepengetahuan dirinya.
"Ehem!" Vinca mencegat Dokter Vitc ketika hendak menaiki anak tangga.
Menenteng sebotol infused water berisi potongan semangka dan lemon, Dokter Vitc memilih melengos saja tak menghiraukan gadis itu.
"Kau marah, Dok?"
Dokter Vitc bergeming. Malas meladeni Vinca. Sungguh ia tak menyangka Vinca sembrono sekali mengambil keputusan mengizinkan Marc mengendarai motor tanpa mendiskusikan dulu dengannya. Padahal sesuai kontrak kerja, baik Vinca maupun Dokter Vitc sepakat akan saling terbuka dalam menangani penyembuhan Marc.
"Kau tidak bisa diam begini, Dok. Katakan, kau marah kenapa?" Vinca mengekor Dokter Vitc. Bersikeras meminta pria itu menjelaskan alasan 'mendiamkannya' selama makan siang tadi.
Dokter Vitc membalikkan badan. Menatap tajam Vinca. "Berani sekali kau mengambil keputusan tanpa bicara dulu denganku. Kau pikir fisik Marc sudah siap menunggangi motor yang kau dapat itu. Apa kau tidak menggunakan otakmu sebelum memutuskan semuanya!"
Vinca terenyak, tidak menyangka Dokter Vitc yang selama ini selalu ramah dan berwibawa tiba-tiba melontarkan kata-kata begitu kasar.
"Aku selalu berhati-hati mengambil keputusan. Aku tidak ingin setiap keputusan yang kubuat justru merugikan Marc. Kau tahu kan siapa dia? Dia seribu kali lebih mengerikan saat menunggangi motor. Dan kau, astaga, kau memberinya motor saat kondisi fisiknya belum seratus persen pulih. Apa jadinya kalau Marc jatuh? Cedera? Kau mau tanggung jawab dia tidak akan balap semusim penuh?" lanjut Dokter Vitc dengan intonasi seperti orang kesetanan.
Vinca terdiam. Mengalah. Ia tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan pria itu melampiaskan amarahnya hingga tuntas. Percuma saja ia membela diri, toh pada kenyataannya Dokter Vitc memang terlibat sepanjang karier balap Marc di MotoGP. Kekhawatirannya terhadap Marc amat beralasan sebagai Dokter yang selalu ikut andil menangani cederanya. Jadi wajarlah dia kesal mengetahui Vinca seenak jidat memutuskan Marc berlatih motor trail di tengah kondisi fisiknya yang belum seratus persen pulih.
Vinca mengangkat kepala—yang sempat tertunduk sesaat setelah mendapat omelan kasar Dokter Vitc. "Baik, Dok. Aku sangat paham kekhawatiranmu soal kondisi Marc. Aku rasa, kau memang tidak lagi menganggap Marc sekedar rekan kerja, kan? Tapi sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Memosisikan diri sebagai ayah agar memiliki ikatan batin yang kuat memanglah bagus, tapi kau lupa karena rasa memiliki itu kau malah bertindak egois. Seakan-akan melupakan fakta kalau Marc adalah pembalap hebat yang suka mengambil risiko besar. Lupa bahwa cedera adalah bagian dari dirinya untuk mencapai limit tertinggi!"
Emosi Dokter Vict kian tersulut. Wajahnya yang selalu ramah dan berwibawa mendadak berubah menakutkan ketika ia mengacungkan jari telunjuk ke wajah Vinca. "Kau ingin bertindak sok bijak, heh? Mengajariku menangani Marc dengan caramu!"
Vinca menggeleng tegas. "Aku tidak mengatakan akan mengatasi Marc dengan caraku. Aku hanya khawatir melihatmu terlalu berhati-hati mengambil keputusan. Kau takut Marc begini, kau takut Marc begitu. Kau terlihat seperti sosok ayah yang mengkhawatirkan puteranya, bukan seorang dokter yang memiliki prinsip menangani pasien!"
Dokter Vitc mengangkat tangan ke udara. Meminta Vinca berhenti bicara.
"Kau.... Aku menyesal mengajak Marc kemari. Sia-sia saja!" Dokter Vitc menghela nafas pelan, lantas berbaik arah menaiki anak tangga.
Vinca refleks menarik lengan pria itu. Menahannya. "Kita harus berani mengambil risiko, tidak lagi sekedar berkutat pada hipotesa saja. Cepat atau lambat Marc pasti kembali pada dunianya. Balap MotoGP. Jika kita hanya melakukan pendekatan dan terapi-terapi membosankan untuk menangani cederanya, aku jamin Marc bakal berontak dan nekat mengendarai motor tanpa sepengetahuan kita. Bahkan bisa saja ia nekat kembali ke Cervera tanpa dirimu. Kau bisa bayangkan sendiri jika hal itu sampai terjadi. Berlatih tanpa dokter dan terapis. Ayolah, aku juga punya andil ini. Marc punya trauma karena kecelakaan itu, dia mungkin masih bisa menunggangi motor, tapi tidak ada yang tahu apakah dia masih bermental pemenang. Aku akan mengembalikan kepercayaan dirinya, dan itu dimulai dengan mengendarai motocross!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIÒS |Marc Márquez Fanfiction|✅
Fanfic"Kau harus istirahat total Marc. Lupakan balapan! kau mesti lebih sering mengecek kondisi matamu. Atau... bagaimana kalau kuhubungi salah satu teman dokterku, kita bisa melakukan operasi tahap lanjut," kata Dokter Vitc menyarankan. Marc meremas kep...