Udah update nih!
Ditunggu Vommentnya ya 😁
Selamat Membaca!
Oi, Bagaimana caranya orang tua itu tiba-tiba muncul di hadapan mereka?
Marc cepat-cepat merapatkan tubuh dibalik punggung Vinca. Melihat gelagatnya, Marc tidak yakin pria tua yang mereka temui adalah seorang manusia. Lebih-lebih pakaian yang ia kenakan serba berwarna putih. Mirip sekali dengan dukun atau orang pintar sejenisnya.
“Melali Pak Wayan.” Vinca tersenyum sumringah, “wah kebetulan sekali kita bertemu disini, Pak!” dengan santai Vinca menjabat tangan pria itu. Saling bercakap santai.
“Kenalkan Pak, dia Marc. Teman saya dari Spanyol. Anak orang tua angkat saya,” Vinca mengenalkan Marc pada Pak Wayan.
“Wah dari Spanyol? Selamat datang di Bali, Nak. Semoga betah tinggal disini.” Pak Wayan menepuk-nepuk pundak Marc. Membuat pria itu terlihat sangat kebingungan.
Vinca melototi mata Marc, menyuruhnya bersikap ramah pada salah satu tetua adat di desa ini.
“Okan tidak ikut?” Pak Wayan menatap Vinca dan Marc bergantian.
Vinca menggeleng, “aku hanya pergi dengan Marc.”
“Lho? Hubungan kau dan Okan baik-baik saja, kan?”
Eh? Vinca terlihat kikuk. Ia melemparkan pandangan pada Marc, berharap pria berwajah polos itu dapat membantunya.
“Okan... ya! kami baik-baik saja.”
“Kedengarannya ucapanmu tidak jujur, Nak.” Pak Wayan mengelus janggutnya, mengangguk-anggukkan kepala setelah melihat ekspresi Vinca.
“Kau tidak bisa menyatukan matahari dan bulan. Mereka memiliki takdir sendiri-sendiri. Menggenggam keduanya bersamaan hanya akan membuatmu sengsara. Kau harus melepas salah satu, atau malah kehilangan keduanya.”
Vinca menengadah melihat langit kemerahan. Menilik ke belakang, sosok Pak Wayan tentu bukan orang asing bagi dirinya dan warga lain. Puluhan tahun orang tua itu dikenal sebagai guru spiritual berpenampilan aneh. Lihatlah, penampilannya tidak jauh-jauh dari kesan kumuh tak terurus. Rambut panjangnya terurai penuh uban dimana-mana. Pun hanya didiamkan memanjang hingga hampir menutupi seluruh wajah.
Vinc bisakah kita pergi?” bisik Marc sambil menatap kesal Pak Wayan.
“Sebentar Marc aku sedang bicara!”
“Ayolah, aku tidak suka cara dia menatapku!”
“Marc!” Vinca kembali melototi Marc. Sungguh wajahnya tak ramah dengan ekspresi seperti itu.
Marc mendesah pelan, kembali memasang kaca matanya. Dalam hati ia ingin buru-buru mengajak Vinca menjauh, perjalanan mereka jadi terganggu karena kehadiran kakek tua berpenampilan urakan itu.
“Aa... kau pasti tidak ingin membuang waktu dengan kakek tua ini. Baiklah silakan bersenang-senang. Semoga sang senja berbaik hati memberikan kesan terbaik bagi pria cerewet itu,” Pak Wayan menatap Marc takzim. Berlalu sambil memegang tongkat kayunya sebagai tumpuan berjalan.
“Bicara apa orang tua itu? Apa dia sedang mengejekku?” Marc bertanya pada Vinca. Sedang yang ditanya berusaha menahan tawa, takut membuat Marc tersinggung.
“Sudahlah, Kau ingin cepat tiba atau tidak?!”
Di penghujung jalan yang sedikit menurun, suara gemercik air menyambut kedatangan Marc dan Vinca. Bagi Marc, ini merupakan hal baru menikmati siluet senja yang berpendar diantara kilauan air sungai. Sejuknya hawa di sekitar semakin membuat Marc tidak sabaran menceburkan diri ke air. Tanpa dikomando pria itu sudah melepas baju lalu melemparnya ke arah Vinca. Aih, seketika wajahnya dibuat bersemu. Otot-otot kekar ditubuh Marc tampak begitu kontras ditimpa sinar matahari. Pantas lah begitu banyak fans wanita yang tergila-gila pada pembalap itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIÒS |Marc Márquez Fanfiction|✅
Fanfiction"Kau harus istirahat total Marc. Lupakan balapan! kau mesti lebih sering mengecek kondisi matamu. Atau... bagaimana kalau kuhubungi salah satu teman dokterku, kita bisa melakukan operasi tahap lanjut," kata Dokter Vitc menyarankan. Marc meremas kep...