"Apel jatuh aja pake segala di itung"
Itulah kalimat yang selalu Chika ucapkan setiap kali dirinya belajar matematika.
Meskipun gadis cantik ini kelihatan care dan goodgirl, ia tergolong gadis yang sangat-sangat cuek dan tidak peduli dengan sekitarnya.
Setiap guru matematikanya menjelaskan materi pelajaran, Chika selalu saja tertidur, hal itulah yg membuat gurunya semakin tegas kepada Chika.
"Yessica Tamara, tolong yaa... kalo saya lagi ngejelasin materi, jangan tidur!" Ucap pak Wahyu yang berharap Chika akan terbangun setelah ia meneriakinya seperti itu. Namun ternyata ekspektasi pak Wahyu tidak sesuai dengan realita nya. Alhasil ia pun menghampiri bangku yang diduduki si gadis.
"Yessica!!!" Teriak pak Wahyu yang sontak membuat si gadis tersentak, kaget.
"Eh! iya-iya, kenapa?"
"Sekarang juga, kamu buka buku matematika bab 3 halaman 16 sampai 21! saya harap kamu bisa mengumpulkannya nanti sore"
"Banyak banget wehh, bonusin dong pak!" Ujarnya, membuat orang-orang disekitarnya tertawa dengan tingkah si gadis.
"Ga ada bonus buat kamu hari ini"Pasrah sudah! Chika tidak punya pilihan lain selain mengangguk pelan.
* * *
Bel istirahat berbunyi, dan sampai sekarang pun si gadis bermata coklat belum mengerjakan tugas matematikanya itu.
"Hallo! nona Yessica Anggun Tamara" Ucap adit, mantan kekasih Chika yg katanya masih suka kepada Chika.
"Apaan?" Tanya Chika, suka tak suka."Hari ini belajar apa aja? Ada yg susah ga? Kalo ada, sini Adit bantuin deh!" Ujar si lelaki dengan semangat 4G nya.
"Gw ada tugas matematika nih! banyak banget."
"Mana? sayang mana?"
"Jijiikkk, yaa Tuhannn!"Adit adalah satu-satunya mantan Chika yang sampai sekarang ini masih berteman akrab dengannya. Yah, hubungan mereka selama masa pacaran juga terbilang cukup labil layaknya orang-orang pacaran pada umumnya. Tapi, itulah yang membuat Chika bosan. Dan ternyata... Dia juga bukan gadis satu-satunya yang dimiliki Adit.
"Ya Tuhannn! gw lupa klo sekarang ada praktek biologi" ucap Chika sembari meninggalkan Adit, padahal dia sama sekali belum mengucapkan terimakasih padanya.
Chika yang melangkah dengan sangat tergesa-gesa, berusaha melewati orang-orang yang berjalan berbalik arah dengannya."Maaf brother" teriak Chika setiap kali menabrak murid lainnya. Untung saja dia cantik. Beruntung memang.
"Maaf gw telat" ujar si gadis bermata coklat yang baru saja memasuki ruang praktek.
"Chik, lu kenapa sii?! Kita hampir gak dapet nilai samasekali gara-gara lu telat" ucap Aldi dengan nada bicara yg terbilang cukup tinggi.
"Yaa, maaf. Kan tadi gw masih ada tugas" jelas si gadis, masih dengan nafas terengahnya
"Terserah!!"
"Dihh"Badmood dengan perkataan Aldi, Chika menjadi tidak konsen saat praktek yang membuat kelompoknya kesal pada Chika.
"Chik, lu kalo sekiranya ga bisa ikut praktek, ga usah ikut!! Jadi ngebebanin kita tau ga?!!" Bentak Aldi dengan kasar, sembari melemparkan buku ke arah Chika.
"Yaa.. maaf napa ih!" Ujar Chika dengan mata berkacanya, siap untuk menjatuhkan cairan beningnya.
"Ga usah nangis!!" Lanjut Aldi sambil meninggalkan ruangan.
"Cengeng""Huh beban!!" timpal yang lainnya, ikut meninggalkan si ketua.
"Orang-orang pada kenapa sii?!" Gumam Chika, kesal. Dengan air matanya yang sudah berjatuhan di pipi chubby nya.
Memang Chika terkenal dengan sikap cueknya. Tapi sekuat apapun wanita, jika sudah dibentak pasti menangis juga. Karena tidak ingin terlalu lama bersedih, Chika memutuskan untuk pergi dari ruangan dan berusaha melupakan masalah yang baru saja terjadi.
Bel pulang pun berbunyi, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, dan papa nya belum juga menjemput si ratu Yessica Tamara. Dia khawatir. Karena biasanya, sebelum jam 4 pun papanya sudah stay di gerbang sekolah dengan mobil abu-abunya itu.
Chika sempat beberapa kali menelpon papanya namun tidak ada respon sama sekali.
Karena tidak ingin terlalu lama menunggu, Chika pun memutuskan untuk pulang naik bus, ia pun segera berlari menuju halte. Belum lama berlari, tiba-tiba hujan sudah turun."Chika?!" Seseorang memanggilnya dari dalam mobil.
"Kak aran?!"
"Lu ngapain ujan-ujanan?" Tanya Aran sembari membukakan pintu mobil untuk Chika.
"Makasiii, kak" ujarnya, tersenyum lalu memasuki mobil sport hitam itu.
"Ga ada yang jemput lu, Chik?!"
"Biasanya sii papa, cuman hari ini ga tau deh, ga dateng." Jelas si gadis bermata coklat.setelah itu, Chika hanya fokus dengan pakaiannya yang basah akibat hujan.
"Mau mampir dulu ke mall?"Tanya Aran yang sedari tadi memperhatikan chika.
"Hah? buat apaan kak?!"
"Yaa, buat lu ganti baju"
"Ga usah deh, lagian rumah gw juga udah ga jauh dari sini." Balas Chika dengan tubuh gemetar kedinginan.
"Yaudah".
Dari situ mereka tidak lagi mengobrol, keduanya hanya diam, tak bersuara. Chika juga tidak berusaha membuka topik pembicaraan karena sedang asyik tertidur, masuk di dunia mimpinya."Kak, ini ke jauhannnnnn!!" Teriak si nona Yessica Tamara.
Mendengar teriakkan Chika, Aran memberhentikan mobilnya dengan mendadak, membuat si gadis terpental ke depan.
Dukkk!!"Sorry..."
"Sorry-sorry, sakitt tau kak! ih, ya Tuhann."Karena ke jauhan, mau tak mau Aran harus putar balik, mengantar gadis cerewet ini sampai ke rumahnya. Tidak lama dari sana, mereka sampai di tujuan setelah berhasil melewati drama-drama tadi.
"Makasii, kak. Luka sama kebaikannya ga bakalan gw lupain" ucap Chika dengan senyuman yang sedikit di paksakan.Setelah turun dari mobil, Aran pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Chika.
"Tu orang ngeselin banget anjir! seenggaknya bilang sama-sama atau apa kek gitu, ini main gas aja" ucap Chika sembari menendang-nendang batu yang ada di depannya. "Yaudah lah, udah nyampe rumah juga" lanjutnya.Tanpa Chika ketahui, sebenarnya Aran tidak benar-benar pergi. Aran sudah memperhatikan Chika dari kejauhan.
"So cute, haha" Ucapnya, dibarengi dengan kekehan kecil. Padahal sebelumnya Aran tidak pernah seperti itu. Berbicara, bertemu, dan mengobrol pun ia hanya memasang muka yang datar tanpa ekspresi..
.
.
Continued