10

676 90 2
                                    

"Chika skrng ga ada kegiatan kan? Tolong anterin bekal papa yaa, ketinggalan soalnya". Ucap mama, memberikan sewadah bekal.
"Hm?... Okee"

"Udah lama ga main ke kantornya papa". Ucap Chika kepada dirinya sendiri sembari menatap bekal yang dia pegang ditangannya.

"Harii ini ada meeting, tolong panggilkan Aran untuk segera ke ruangan rapat". Minta papa Chika kepada Anin untuk memanggilkan Aran.

"Aran hari ini ada meeting, kmu disuruh ke ruangan rapat sekalian sama dokumen yg kmren kmu isi". Ucap Anin yg sudah ada di ruangan Aran.
"Mnding skrng kita lngsung ke ruangan rapat". Ajak Aran, mendorong Anin untuk melangkahkan kakinya. Baru sampai di pintu luar, tiba-tiba Anin memberhentikan langkah kakinya.
"Bentar!"
"Ada apa?"
"Dasii kmu berantakan arann, kebiasaan yaa dari dlu suka gini". Ucap Anin sembari merapihkan dasi yg dipakai Aran. Tanpa Anin ketahui ternyata Chika melihat itu, bahkan tepat didepan matanya. Tanpa basa-basi Chika segera meninggalkan Anin dan Aran. Chika melewati mereka berdua dengan menundukkan kepalanya berharap Aran tidak mengetahuinya.
"Kak ini bekal buat papa tolong nanti dikasiin yaa". Ucap chika pada salah satu karyawan yang ada disana.
"Sepertinya saya kenal sama suara ini". Ucap Aran dalam hatinya. Wajar jika Aran bisa mendengar suara Chika, karena Chika tepat berada di belakangnya.
"Chika?!"
Berapa kagetnya Aran melihat org yg ada dibelakangnya itu adalah Chika. Chika tidak merespon Aran karena ia sudah dibakar api cemburu olehnya. Chika tidak mengucapkan kata apapun, mulutnya terasa dikunci, ia hanya bisa meneteskan air mata lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Chik Chika tunggu Chik!!"
Aran yg berusaha mengejar Chika, niatnya terhalang oleh Anin yg kini ada dihadapannya.
"Aran kita ada meeting, ga ada waktu buat ngejar dia!". Ucap Anin yg tidak mengizinkan Aran pergi memegang erat tangannya.
"Ga bisa Anin saya harus ngejar dia". Sambungnya, menepiskan tangan Anin yg dari tadi memegang dirinya.
"Ini pekerjaan kmu lbih penting loh dari pada bocah tadi!"
"Dia Chika, calon istri saya! Dia lbih penting daripada apapun!!!". Bentak Aran yg membuat karyawan lainnya kaget dan memperhatikan mereka. Mendengar itu, Anin melepaskan tangannya dari Aran, wajahnya mulai terlihat putus asa, apalagi ditambah dengan tatapan mata yang kini mulai terlihat kosong.
Aran tidak memperdulikan itu, ia mulai berlari mengejar Chika, berharap Chika masih tidak jauh dari kantor.

"Lu jahat kak!". Ucap Chika, meneteskan air matanya. Berjalan melewati orang-orang di depannya sambil menangis, membuat dirinya menjadi pusat perhatian.
"Chiki? Lu knp nngis?!". Panggil Vivi, yg tidak sengaja berpapasan dengan Chika dijalan.

"Minum dlu minum dlu". Ucapnya, memberikan sebotol air mineral kepada Chika. "Lu knp nngis sii... Hm?". Lanjutnya.
"G-gw tadi liat kak aran sama cwe dikantor papa"
"Hah? Srius Chik?". Ucap Vivi, tidak percaya dengan apa yg Chika katakan. "Lu salah paham kali, ga mungkin kak aran kaya gitu, kan?". Lanjut Vivi meyakinkan Chika bahwa apa yang dirinya lihat itu hanya salah paham.
"Gw srius Vii, gw liat pake mata kepala gw sndrii! Mna cwenya cntik lagi". Keluh Chika.
"Lu pasti salah paham Chik, gw yakin kok klo kak aran bukan org yg kaya gitu, dia baik"
"Tapi Vii"
"Cupp cupp cupp ga usah sedih-sedih gw syng lu kok". Ucap Vivi yg berusaha menenangkan Chika sembari memeluknya.

"Chika!". Panggil Aran menghela nafasnya, kecapean.
"Vi mending kita pergi aja". Ucap Chika mengalihkan pandangan, berusaha untuk tidak memperdulikan Aran.
"Chik mnding kita dnger penjelasan dari kak aran du-"
"Ohh jadi lu nolak gw?". Tanya Chika dengan tatapan sedikit memaksa.
"Y-yaa klo gw mah ga bisa nolak apa yg udh jdi ke mauan ku Chik"
"Yaudah ayoo pergi"
"Ta-"
"Lu mau ke toko buku kan?". Ucap Chika, menarik Vivi secara paksa.
"Sejak kapan gw blng klo gw mau ke toko buku". Ujar Vivi dalam hatinya.
"Chik!"
"Udh kak lu pergi aja, biar gw yg urus Chika". Teriak Vivi, meyakinkan Aran bahwa kesalah pahaman ini akan segera usai.

"Apansii lu treak-treak kaya gitu"
"Yaa klo lu ga narik gw, gw jga ga bakalan treak-treak kaya gitu chik". Ucap Vivi yg masii menghela nafasnya dengan posisi setengah jongkok.
"Yaa maaf deh"
"Udh gw mau beli minum dlu"
"Apansii emg gw kurang cantik apaa yaa sampe-sampe gw diselingkuhin, yaa tpi dia jga emg cntik bngett sii, tapi ka-"
"Busett dah ni anak masii aja mikirin yg tadii, udh itu tu cmn salah paham lu percaya dh sama gw". Ucap Vivi memukul kepala Chika dengan tangannya.
"Sakittttttttttt"
"Iyaaa maaff yaa". Ucap Vivi, mengelus-elus kepala Chika. "Abisnya gw kesel bngett sama lu". Lanjutnya.
"Gw yg di selingkuhin kok malah gw jga yg dimarahin"
"Chikiiiiiii!". Panggil Vivi, melototi Chika dengan srius.
"Iyaa salah paham iyaa, jangan dipelototin gw nya". Minta Chika, sembari menarik-narik ujung baju bagian bawah milik Vivi. "Jangan melototin gw trus napa, ntar mata lu copot gmna, bahaya wehh". Lanjutnya.
"Chikiii, nerbner yaa"
"Bercanda"
"Iyaaa iyaaa, udh ah abis ini kita beli es krim"
"Demiii apaa?!"
"Demiii lu, udh ayooo cpettt"

  "Chikiii, nerbner yaa"  "Bercanda"  "Iyaaa iyaaa, udh ah abis ini kita beli es krim"  "Demiii apaa?!"  "Demiii lu, udh ayooo cpettt"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jngn lupa tinggalin jejak dulu hha.
see you in the next part, thank u-!!!.

Love and Lost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang