"Kak, kak aran?!". Panggil Chika yg dari tadi memperhatikan Aran, terdiam ntah memikirkan apa.
"Kak aran knp? Kok diem aja?". Bisik Vivi dari kursi belakang mobil.
"Ga tau juga". Jawab Chika, melirik Vivi sesaat. Menarik salah satu alisnya.
"KAK ARANNN!!!"
"KAK ARANNN!!!"
teriak Chika dan Vivi secara bersamaan membuat Aran tersadar dan sedikit terkejut.
"I-iya kenapa?"
"Bengong terus knpsiii?!"
"Perasaan kka ga enak Chik". Ucap Aran dengan mata yg berkaca-kaca juga raut wajah yg terlihat begitu khawatir. Chika terdiam sesaat, menatap Vivi mengangkat kan sebelah alisnya begitupun dengan Vivi.
"Tenang aja, I'm here!". Gumam Chika, berusaha menenangkan Aran memeluknya dari samping. Aran tak merespons, dia hanya terdiam menutup kedua matanya.Tak terasa akhirnya mereka sampai juga di bandara. Selama perjalanan tadi, Chika terus menenangkan Aran, mengelus-elus bahu kekasihnya. Mungkin Aran mengalami panick attack, pikirnya.
"Penerbangan kka jam berapa?". Tanya Chika berusaha menghangatkan suasana.
"Jam 3 sore, masii ada waktu 1 jam lagi"
"Hm aku pengen es krim"
"Yaudah kita beli es krim dlu aja". Ajaknya, menggenggam tangan Chika, mulai melangkahkan kaki menuju tempat penjual es krim terdekat. Kedua nya berjalan dengan santai dan serasi, senyum pun mulai terukir manis di kedua pasangan tersebut.
Mereka sangat menikmati setiap detiknya, hingga tak terasa mereka sudah menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Keduanya mulai bergegas menuju bandara."Kak". Panggil Chika, meneteskan air matanya. Aran yg tadinya akan segera melangkahkan kakinya menuju pesawat, terhenti karena melihat Chika menangis. Dia pun segera memeluk gadis kecilnya, berusaha menenangkan nya.
"Kka ga akan lama, tenang aja". Gumamnya, mengelus-elus punggung Chika, mencium puncak kepala nya.
"Aku takut kka ga balik lagi". Rengek Chika tak bisa berhenti menangis.
"Pasti balik! Kan rumah nya disini". Sambung Aran, mencolek hidung mungilnya Chika, menghapus air mata Chika yg sedari tadi membasahi pipi chubby milik gadisnya.
Setelah dirasa Chika sudah sedikit tenang, Aran berjalan ke arah Vivi, berusaha memberikan sedikit pesan untuknya.
"Selama gw ga ada, tolong jagain Chika!"
"Ngga lu suruh juga gw pasti jagain Chiki, tenang aja"
"Thanks". Responnya, memberikan senyuman kepada Vivi, mengacak-acak rambut sahabat kekasihnya.
"Hm Chika, kka ada sesuatu buat kmu". Ucap Aran, kembali menuju Chika, memberikan amplop coklat pada Chika.
"Ini apa kak?". Tanyanya, menatap Aran dengan mata yg masih merah krna menangis.
"Ini surat dari kka, jngn dlu dibaca sebelum kka pulang!". Ucap Aran lalu mencium kening Chika, memberikan salam perpisahan nya. "Tuhan saya punya firasat buruk, semoga ini bukan yg terakhir". Batin Aran.
Setelah berpamitan dengan mama, papa,Vivi dan chika, Aran pun pergi meninggalkan mereka bertiga, berjalan menuju pesawat.
Pesawat pun mulai terbang menuju tujuannya, perlahan-lahan meninggalkan tempatnya. Vivi memperhatikan Chika yg masih menangis tidak tega jika harus membiarkannya begitu saja, ia pun memeluk Chika dari samping mengelus-elus bahu sahabatnya.
"Jangan sedih, gw sayang lu!". Gumamnya perlahan.
Pesawat pun sudah tak terlihat lagi, mereka semua memutuskan untuk pulang, Vivi juga ikut bersama mereka krna dia sudah janji akan menginap di rumah Chika. Menemani sahabatnya agar tidak kesepian dan sedih lagi."Chik suratnya buka Chik!". Ucap Vivi duduk disamping Chika.
"Ga dibolehin Vivi, nanti aja"
"Yahh padahal gw udah penasaran banget". Keluh Vivi, mengerucutkan bibirnya, menatap Chika sesaat lalu mereka pun tertawa lepas bersamaan."Hadeh cape bnget wehh!". Keluh Chika, mulai merebahkan badannya di atas ranjang. Baru saja menutup matanya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Melihat nama Aran yg tertulis di layar handphone dengan cepat Chika menggeser tombol hijau nya.
"Halo kak, tumben nlpn ada apa?". Tanyanya basa basi, padahal dia tahu bahwa Aran pasti merindukannya begitupun sebaliknya.
"Kangen"
"Hhe sama kok". Responnya tersenyum lebar. Vivi yg melihat Chika hanya bisa pasrah, yaa walaupun dia sedikit jiji tapi mau gimanapun Chika sahabatnya dia harus bisa menahan diri supaya tidak tertawa.
"Kak belum nyampe yaa?". Lanjut Chika, mengganti posisinya mulai berjalan menuju sofa.
"Belum Chika"
"Kira-kira nyampe nya kapan? Berapa jam lagi?"
"Hm klo dari Jakarta ke Inggris itu paling cuma 16 jam jadi mungkin nyampe nya jam 7 atau klo ngga juga jam 8 pagi". Jelasnya.
"Ohh gitu yaa, kak aran udah makan?"
"Baru aja selesai, Chika udah?"
"Udah dong". Bohongnya.
"Belum kak! Chika belum makan!!!". Teriak Vivi, berusaha menjahili sahabatnya tapi memang begitu faktanya.
"Heh anj, ssttt sstttt!!!". Respons Chika, mengangkat 1 jarinya ke bibir berusaha membuat Vivi untuk diam.
"Apa?! Lu emang belum makan chikiii!!"
"Udah gw!"
"Kapannn?!"
"Tadi siang"
"Yaa itu kan tadi chikii, sekarang kan udah malemmm!!!"
"Yaa gapapa, ish ni anak ga bisa di ajak kompromi banget dah!". Keluh Chika. Vivi tidak merespon lagi, dia hanya meledek Chika lalu meninggalkannya.
"Chika?!"
"Eh iya knp kak?"
"Kok dibisuin?"
"Gapapa kok gapapa hhe"
"Kka mau tidur dlu gapapa yaa?"
"Gapapa kak, silahkan! Nanti klo udah sampe kabarin yaa"