6

806 98 0
                                    

"Chika ayoo buruan nnti keburu telat loh". Teriak mama, menyuruh Chika untuk segera berangkat sekolah.
"Iyaa maa". Jawab Chika yg masii saja sibuk memasang dasi.
"Ma Chika berangkat dlu yaa". Ucap Chika sembari mencium tangan mama.
"Inget yaa sayang klo perutnya sakit lagi minta izin buat pulang aja".
"Siap Bu bos hhe". Sambung Chika, lalu meninggalkan mama.
"Maaf pa chikanya lama". Ucap Chika setelah memasuki mobil papa.
"Gapapa sayang". Respons papa sopan dan lembut.
"Pa Chika cantik ga?". Tanya Chika kepada papa dengan tatapan agak memohon.
"Cantik, putri papa selalu cantik".
Setiap kali Chika bertanya soal itu, jawaban papa selalu saja begitu. Yaa memang seperti itulah jawaban yg Chika inginkan.
"Pa kok lewat sini? bukannya lewat halte yaa?". Tanya Chika yg heran melihat papa yg biasanya jika mengantar Chika selalu melewati jalan pintas, tapi sekarang berbeda.
"Papa mau mampir dlu ke rmh Aran"
"Mau ngapain? Ada bisnis yaa?". Tanya Chika perasaan.
"Papa mau nawarin kerjaan buat Aran".
"Lohh emg karyawan di kantor papa kurang yaa?"
"Iyaa begitulah"
"Yasudahhhh".
Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di rumah Aran. Chika tidak ikut mengunjungi Aran, karena ia tidak mau ikut campur urusan papanya.
"Chika maaf lama". Ucap papa setelah selesai dari rumah Aran.
"Gapapa pa".
Tidak lama dari rumah Aran, Chika sampai di sekolahnya tanpa terlambat.
"Chika klo sakit lagi izin pulang aja yaa"
"Iyaa papaa"
"Minum air putih yg banyak, dah gih sekolah dlu". Lanjut papa sembari mencium kening Chika.
"Dahh paa".

Bel istirahat sudah berbunyi, Chika juga sudah stay di lapangan sekolah untuk latihan basket bersama yg lainnya.
"Chik lu yakin mau latihan? Lu baru sembuh loh". Tanya Vivi yg sedikit ragu dengan kesehatan Chika.
"Yakinlah, gw kuat kok". Ucap Chika, meyakinkan Vivi bahwa dirinya baik-baik saja.
Vivi tidak ikut bermain, karena dia trauma dengan bola basket, karena itulah ia hanya mengawasi Chika dari jauh. Memastikan bahwa sahabatnya akan baik-baik saja.
"Chik lu bandel bnget sii, gatau apa klo gw khawatir bnget sama lu". Ucap Vivi sedikit kesal kepada Chika, tapi dia juga tidak bisa menghentikan Chika karena ia tidak bisa lepas dari basket.
Tidak lama setelah Vivi mengatakan itu, tiba-tiba Chika terjatuh, dengan cepat Vivi menghampiri Chika.
"Chik, Chik bangun Chik, chikiiiiiii!!!"
Melihat' Chika yg tak kunjung bangun, Vivi benar-benar panik bahkan ia sampai meneteskan air matanya.
"Ehh tolong, tolong bawa Chika ke UKS". Minta Vivi kepada org-org untuk membawa Chika ke UKS.
"Hp nya jatoh hp nya jatoh". Teriak seseorang kepada Vivi. Dengan cepat Vivi mengambil ponselnya Chika.
"Gw tlpn siapa dongggg". Ucap Vivi kepanikan.
"Kak aran! Iyaa kak aran gw tlpn kak aran aja". Dengan cepat Vivi mencari kontak Aran di hpnya Chika.
"Halo kak ini Vivi, tmnnya Chika"
"Ada apa?". Tanya Aran yg masii terdengar santai.
"Chika pingsan"
Mendengar itu Aran dengan cepat menutup tlpn, dan bersiap-siap menuju sekolah.
"Anjg dimatiin".
Tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, tanpa basa-basi Vivi menyusul Chika ke UKS.
Karena jarak rumah Aran dengan sekolah tidak terlalu jauh, Aran sampai ke sekolah lbih cepat bahkan bisa di bilang sangat cepat.
"UKS di sebelah mana?!". Tanya Aran kepada salah satu siswa sekolah.
"Lurus, belok kiri, sebelah kanan, Deket tangga"
"Oke thank"
Setelah mengetahui lokasi ruang UKS, Aran dengan cepat dan tergesa-gesa bahkan sampai menabrak beberapa org yg ada di sekitar sekolah.
"Chikaa!!". Panggil Aran memasuki ruang UKS tanpa mengucapkan permisi.
"Kak". Panggil Vivi perlahan.
"Knp Chika bisa pingsan?". Tanya Aran kepada Vivi dengan tatapan tajam hingga membuat Vivi mengalihkan pandangannya.
"T-tadi Chika maksain buat main basket kak". Jawab Vivi gelagapan. "T-tapi gw udh ngelarang dia kok cmn yaa g-gitu deh k-kak". Lanjutnya.
"Bandel". Ucap Aran perlahan.
"Chik, Chika, bangun Chik". Panggil Aran berusaha membangunkan Chika.
"K-kak Aran?". Ucap Chika yg baru saja membukakan matanya. Tanpa basa-basi Aran dengan cepat memeluk Chika, yg masih terbaring.
Bingung dengan tingkah Aran, Chika hanya terdiam tak bersuara.
"Tolong jngn buat gw khawatir". Bisik Aran kepada Chika dengan meneteskan sedikit air mata.
Vivi yg melihat Aran seperti itu membuat dirinya sedikit iri, karena Chika dikelilingi oleh orang-orang yg menyayanginya, sedangkan ia sebaliknya.
"Gw baik-baik aja kok"
Setelah mendengar kata itu, Aran langsung terbangun, lalu berterimakasih kepada Vivi karena sudah memberitahu Aran pada saat itu.
"Chika kita pulang yaa". Ajak Aran kepada Chika.
"Ngga kak, gw ga mau pulang, gw pengen disekolah"
"Tapi chi-"
"Gw baik-baik aja serius deh, ada Vivi juga kan, dia pasti jagain gw kok". Ucap Chika meyakinkan Aran bahwa kali ini dia benar-benar baik-baik saja.
"Yaudah, jaga diri baik-baik yaa". Ucap Aran, mengelus-elus kepala Chika perlahan.
"Iyaa kak"
"Gw pamit, tolong jagain Chika". Minta Aran kepada Vivi untuk menjaga Chika.
"Siappp". Balas Vivi.
Setelah Aran keluar dari ruangan UKS, dengan cepat Vivi menghampiri Chika.
"Lu ngapain tlpn kak aran?!!". Tanya Chika sedikit kesal.
"Yaa maap abisnya gw panik bnget, di pikiran gw jga adanya kak aran"
"Yaudah deh gapapa"
"Chik". Panggil Vivi kepada Chika.
"Kenapa?"
"Kayanya kak aran sayang bnget deh sama lu, dia sampe nangis gitu"
"Dia nangis?!!". Tanya Chika yg sedikit tidak percaya dengan apa yg Vivi katakan.
"Iyaaa, tadi pas dia meluk lu dia nangis". Jawab Vivi. "Btw dia siapanya lu?" Lanjutnya.
"Calon suami gw"
"Whatt?!!!! Chik lu udh di jodohin gitu?!"
"Iyaa".
"Kok bisa?!"
"Yaa bisa dong".
Karena Vivi terlalu banyak nanya, dengan terpaksa Chika harus menjelaskan semuanya kepada Vivi.

Tidak terasa hari berlalu sangat cepat, pagi berganti siang, siang berganti sore, sore berganti malam. Matahari sudah tenggelam dan sekarang bulan yg terbit.
"Chika makan malem dlu sayang". Teriak mama kepada Chika dari lantai bawah. Mendengar itu, Chika keluar kamarnya untuk makan malem.
"Pa klo kak aran nyakitin Chika gimana?". Tanya Chika kepada papa yg masii mengunyah makanan.
"Chika kebiasaan deh". Respons mama.
"Gapapa ma". Balas papa dengan suara lembutnya.
"Papa emang ga bisa jamin klo Chika sama kak aran itu berjodoh, tapi papa bisa jamin klo Kak Aran bisa bahagiain Chika. Klo seandainya kak aran nyakitin Chika, Chika jangan benci yaa sama kak aran, tapi berterimakasih lah karena kak aran sudah memberi kesempatan buat Chika untuk menemukan org yg lbih baik lagi, paham sayang?". Lanjut papa kepada Chika.
"Chika paham kok pa"
"Putri papa memang hebat".
________
Jangan lupa tinggalin jejak dulu hha.
see you in the next part, thank u-!!!.

Love and Lost (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang