Kehilangan mereka, adalah kehancuran terbesar di keluarga ini. Terutama Kita
Pulang sekolah hari ini Dara berjalan kaki sendirian, Endra harus di sekolah karena remedial ulangan matematika, Aren atau Alan tak menawari pulang bersama hari ini. Lagi pula, ia memang ingin sendiri untuk saat ini.
"Assalamualaikum Bunda,Kakak"
Dara bersimpuh di antara makam Bunda dan Kakaknya, membuat rok abu-abunya kotor karena tanah. "Hari ini Dara resmi jadi sekretaris kelas dan nilai ulangan tertinggi" ia menghela nafas lalu menyiram makam kedua perempuan yang ia rindukan, sangat.
"Dara gak merebut apapun dari Caca, tapi tadi dia diemin Dara Bun" lagi-lagi gadis itu bermonolog, ia tak menangis, hanya saja wajahnya sudah sangat mendung
"Yang Dara dengar, Caca gak suka posisinya di geser sama Dara, padahal Dara cuman ngelakuin yang terbaik buat diri Dara sendiri. Dara gak salah kan Kak?"
Angin berhembus, membuat anak rambut Dara bergerak-gerak pelan. Dara diam di makam, sembari menatap nisan Bunda dan Kakaknya bergantian
"Dara capek, Dara udah gak kuat ngehandle semuanya. Setiap hari Dara gak berhenti kerja, bahkan sekarang Dara di paksa buat bantuin toko Ayah. Senin sampai Jumat Dara sekolah, Sabtu Dara bantu-bantu di toko, Minggu harus ngurusin cucian Endra, Dara, sama Janu" Dara meremas tanah di dekat kakinya
"Apa Dara harus mati dulu baru bisa istirahat?"
"Lo bisa istirahat kapan aja lo mau Dar" suara familiar itu membuat Dara mengangkat wajahnya
"Hanan..?"
•••
Kini, keduanya sedang duduk di dekat halte sembari memakan gorengan yang di traktir oleh Hanan
"Kamu ngapain ke makan Nan?" Tanya Dara setelah ia meminum air mineral yang juga di belikan oleh laki-laki itu
"Tadi abis ngeliat makamnya bokap gue, terus gak sengaja liat lo lagi duduk disana. Gue kira hantu njir" Dara terkekeh pelan, lalu menepuk bahu temannya kembarannya tersebut
"Maaf ya, aku tadi lagi sedih aja. Kalau kamu denger apa yang aku keluhin, simpen aja sendiri ya?" Hanan menatap iris kelam milik Dara, lalu ia memalingkan wajahnya
"Gue denger, Aren ngedeketin lo ya?"
Dara mengangguk, lalu menoleh kearah Hanan lagi, "Mas Aren tuh kayak gimana sih Nan?" Tanya gadis itu dengan wajah penasaran
"Bang Aren tuh, cowok baik-baik sih intinya. Walaupun dia ngerokok, terus suka ngomong kalimat kasar, tapi dia gak begitu ke perempuan" Hanan menghabiskan makanannya, lalu berdiri
"Lo mau gue anter balik? Mumpung gue mau ada urusan ke deket rumah lo"
Dara menggeleng, "makasih tawarannya Nan, tapi aku mau ada mampir ke toko buku deket sini, duluan aja" Hanan hanya mengangguk dan pergi dengan motor Vespa nya
Tak lama, Dara berdiri karena sudah menemukan keberadaan Alan. Tanpa lama ia langsung menghampiri laki-laki yang tengah berjalan santai di trotoar
"Alan!" Dara menepuk pundak Alan, laki-laki itu terkesiap tetapi saat tahu itu Dara, ia tersenyum
"Hai" senyum manis milik Alan membuat Dara ikut tersenyum pula, keduanya diam dalam senyum sembari melangkahkan kakinya beriringan
"Dari makam?" Basa-basi Alan, Dara mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]
Teen Fiction[On Going; Update Setiap 1x Seminggu] "Kalau hidup kamu cuman buat bahagiain orang lain, kamu bakal capek. Belajar hidup buat diri sendiri mulai sekarang". Kebahagiaan itu bukan sekedar fatamorgana, kebahagiaan itu nyata. Semua manusia berhak merasa...