Dara menatap dinding kamarnya, otak nya masih memutarkan adegan dimana Dirinya dan Janu bertengkar. Hatinya sakit, tetapi kalut juga ingin meminta maaf akan perkataannya terhadap adiknya.
"Han, aku salah ya memperlakukan Janu?" Dara yang sudah menyambungkan videocall-nya dengan sang kekasih langsung bicara
Hanan hanya tersenyum menatap gadisnya, ia selalu mendengarkan celotehan Dara serta keluh kesahnya, selalu.
Setelah menyelesaikan panggilan video tersebut, Dara menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan yang berkecamuk
"kacau banget bunda"
ia tahu pasti, kekacauan akan segera hadir di antara mereka
memburuk
"kapan membaiknya? hati aku berat memaafkan semua orang bunda"
"aku benci banget sama nenek yang udah perlakukan aku gak adil"
"aku benci banget sama ayah yang suka main tangan"
"aku benci keadaan yang gak adil buat Endra, Janu, dan aku"
Dara mengusap ujung matanya yang sudah basah, ia memejamkan matanya membuang nafas dengan berat yang membuat dadanya terasa nyeri
"Bunda, Dara salah ya jadi pendendam? Dara mau balas semuanya bunda"
Dara mengubah posisinya menjadi meringkuk, memeluk lututnya dengan kuat
ia sudah gila.
Akal dan hatinya tak selaras, ia gila.
terbayang kembali memori yang beberapa hari ini mengganggu otaknya, beberapa saat lalu ia bertengkar dengan sang nenek
(menggunakan sudut pandang orang pertama)
"Dara! kamu punya pacar?" Nada ketus sang nenek menyinggungku yang baru saja masuk ke dalam rumah, hati ku yang tadinya bahagia berubah menjadi muram
"iya, kenapa?" aku hanya menjawab dengan ketus
"yang sopan kalau berbicara!" Wanita tersebut tampak berdiri dari sofanya, menatap tajam aku
"APA?!" aku semakin emosi karena Nenek selalu kesal tanpa alasan
"Kamu ini bisa gak jangan meniru perempuan gila itu?" mendengar ucapan Nenek membuat nafasku berburu, Bundaku dikatai dengan buruk
padahal Bunda sudah nyaris 2 tahun pergi dari dunia, tetapi Nenek masih membencinya.
"Perempuan itu hanya ingin kekayaan! memaksa anak saya supaya menghasilkan banyak uang! memeras anak saya tanpa ampun! KAMU MAU SEPERTI DIA?"
Aku mencoba menahan emosinya, tetapi tak sanggup menahan hati yang nyeri bukan main
"NENEK YANG GILA!" Aku berteriak nyaring, mengeluarkan semua amarahku
Wanita itu kejam, bicaranya selalu menyakiti
"GARA-GARA NENEK MANJAIN AYAH, BUNDA AKU JADI KESUSAHAN! MBAK ANIN JUGA DI BIKIN SUSAH KARENA HARUS NANGGUNG SEBAGIAN KEBUTUHAN ADIK-ADIKNYA!"
Nenek menatapku dengan penuh benci, sangat terpancar cerah kebencian dari matanya
"Nenek pernah gak? kepikiran sesusah apa Bunda buat bertahan sama Ayah? Bunda udah berusaha! tapi apa? Bunda malah di kasar-in! di pukul, di tendang perutnya pas lagi hamil aku! Nenek sadar gak? ANAK NENEK YANG BAJINGAN!"
"USAHA AYAH SIAPA YANG BANTU NEK?!"
"BUNDA AKU!" Aku masih berteriak-teriak, tidak memberi celah kepada nenek untuk bicara
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]
Teen Fiction[On Going; Update Setiap 1x Seminggu] "Kalau hidup kamu cuman buat bahagiain orang lain, kamu bakal capek. Belajar hidup buat diri sendiri mulai sekarang". Kebahagiaan itu bukan sekedar fatamorgana, kebahagiaan itu nyata. Semua manusia berhak merasa...