Pagi ini, Janu terbangun tiba-tiba tanpa perlu dibangunkan oleh alarmnya yang super berisik. Ia menoleh ke kanan dan kiri, anak laki-laki itu tertidur dengan tangannya yang menggenggam kalung sang bunda.
Janu tersenyum melihat kalung berbentuk kupu-kupu dan tampak masih indah walaupun sang pemilik sudah tak ada di dunia. "Bunda tetap cantik".
"Janu kesepian, Kak Dara sekarang udah nemu bahagianya sama A' Hanan, Bang Endra kaya biasa sibuk sama dunianya. Ayah juga gak pernah nanyain Janu, kalau dateng cuman nyari Kak Dara" Janu menatap kalung Bunda seakan-akan ia sedang berbicara dengan sang ibu.
"Aku capek, harus bisa sendiri.. aku harus bisa tanpa mereka. Tapi mereka gak pernah ngajarin Janu bun, Janu kan gak tau apa-apa" Anak laki-laki itu meneteskan air matanya, Janu semalam sempat ingin tidur bersama Dara namun kakaknya mengusir karena ingin mengobrol dengan kekasihnya memalui telfon
"Janu padahal mau cerita, mereka sering bilang kalau apa-apa cerita Bun! tapi Janu gak dapet kesempatan buat cerita" Janu mengusap air matanya cepat, karena mendengar suara jejak kaki menuju ke kamarnya.
"Janu, sarapan keluar yuk? temenin kakak" Dara tampak berdiri dengan celana training dan hoodie hijau mint kesayangannya, Janu mengangguk dan langsung beranjak dari kasurnya.
Kedua adik kakak itu sarapan lontong padang di dekat pasar, kali ini Dara mentraktir Janu dan akan membawakan Endra sebungkus lontong untuk pulang. Keduanya tampak diam dan asik dengan makanan mereka masing-masing.
"Kak, aku boleh minta uang buat patungan futsal gak? nanti sore mau ikut futsal" Janu bersuara setelah selesai menghabiskan makanannya, sedangkan Dara masih sibuk makan
"Berapa?"
Janu tampak berfikir, ia belum bisa memastikan akan berapa orang yang hadir dan akan berapa lama memakai lapangan, "Berapa adanya aja, aku takut kurang aja"
"Buat lapangan apa rokok?" Kening Janu mengkerut, ia menghela nafas sedikit kesal dituduh seperti itu
"Lapangan kak" Janu berucap pasti
"mana tau aja sih kakak mah" Dara mengangkat bahunya seolah-olah menyindir Janu
"aku kan udah janji kak, gak bakal nyentuh rokok atau lebih dari itu" Janu mengepal kuat menahan kesalnya
"iya-iya, nanti minta ke ayah aja. Lagi megang uang kok ayah" Dara menenggak minumannya lalu menatap adiknya
"yaudah kak, nanti aku minta" Janu melipat bibirnya dengan tangannya yg sudah tak ia kepalkan, tampak bekas kuku di telapak tangannya yang mengelupas.
perih.
-
Sesampainya di kamar Janu memandang WhatsApp chatnya dengan sang ayah yang kosong, ia sama sekali tidak pernah mengirim pesan kepada sang ayah. Janu hanya akan menelfon saat butuh uang jajan, atau meminta jalur kedua saudaranya.
Tetapi kali ini, ia malas menjawab pertanyaan ayahnya perihal kakak dan abangnya, pertanyaan yang tak pernah berisi tentang dirinya hanya kedua saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]
Novela Juvenil[On Going; Update Setiap 1x Seminggu] "Kalau hidup kamu cuman buat bahagiain orang lain, kamu bakal capek. Belajar hidup buat diri sendiri mulai sekarang". Kebahagiaan itu bukan sekedar fatamorgana, kebahagiaan itu nyata. Semua manusia berhak merasa...