#19 Hilang dan Datang

6 1 0
                                    

Maaf telat upload, soalnya sibuk dikit nanti minggu ini aku upload 2 part lagi! sebagai bonus!

Akhirnya, malam itu Dara di antarkan pulang oleh Alan walaupun gadis itu sempat berkaca-kaca membuat Alan harus menenangkan Dara dengan mengajaknya membeli jajanan yang gadis itu suka.

"Makasih Lan, gue tadi sebenernya takut banget sendirian" Dara berucap setelah turun dari motor Alan

"Iya, lain kali jangan terlalu terpaku belajar disekolah kan jadi ga tau waktu, untung kan ketemunya sama aku bukan orang aneh" Alan berucap sembari tersenyum kepada gadis itu, Dara membalas senyumnya lalu melambaikan tangan

"Yaudah, pulang gih! gue masuk ya! Thank you Lan!" Dara langsung berbalik tanpa menunggu Alan berjalan menjauh

"Istirahat langsung Ra!" Alan langsung menyalakan motor dan melaju menjauh dari komplek rumah Dara.

Setelah melewati pintu rumah, Dara langsung melangkah keatas karena saat itu ia merasa sangat lelah dan pusing, namun langkahnya terhenti karena suara lantang seseorang

"Dara! cuci piring!" Nenek berteriak dari arah dapur sembari menatapnya, gadis itu menghela nafas lalu bersuara

"Gak bisa nek, Dara capek banget" Dara melanjutkan lagi langkahnya, namun lagi-lagi nenek berteriak

"Capek apaan?! Nenek lebih capek seharian ga berhenti! kamu cuman main-main diluar aja capek!"

Dara memejamkan matanya, mencoba mengerti neneknya

"Tapi kan Dara juga capek, baru balik dari perpustakaan" Ia masih diam di tengah tangga sembari menatap nenek yang berdiri dibawah menatapnya.

"Gak ada yang nyuruh kamu kesana!"

"Dara gak bisa, Dara capek" final Dara, tanpa menggubris sang nenek ia langsung berjalan ke kamarnya untuk bebersih dan istirahat

"Kalau begitu suruh Janu! Nenek tidak mau tau piring harus dicuci! kalau tidak buang saja piring-piring itu!" maki sang nenek yang di abaikan oleh Dara

Memang tak pernah lelahnya di hargai dan di maklumi, sejak pertama kali kakinya menginjak rumah ini hidupnya menjadi semakin berat. Awalnya hanya perihal kedua orang tuanya yang suka bertengkar, namun kini pertengkaran itu sudah tak ada tetapi hidupnya menjadi makin sulit, haruskah dahulu dia menerima pertengkaran kedua orang tuanya dan tidak berdoa agar pertengkaran itu usai?.

Pintu kamar Janu terbuka, Dara baru melihat Janu setelah sekian lama, anak itu hanya menatap Dara datar tidak seperti dahulu selalu tersenyum dan tampak matanya berkilauan, kini hilang.

"Janu, cuci piring tolong" ucap Dara tanpa basa-basi, membuat Janu menggeleng

"gue lagi banyak tugas, ga bisa"

"tolong Nu, Kakak capek" bahu Dara melemas, ia bersandar ke tembok sembari menatap Janu

"gak bisa Kak, gue sibuk" Janu kembali membalikkan badan kearah meja belajarnya dan mengabaikan Dara

"Janu! Bisa gak bantu gue?!" Dara berteriak marah, membuat Janu menatap Dara kembali namun tatapannya tetap saja datar

"gue bilang gue sibuk" Janu kembali menekankan kalimatnya, Dara semakin kesal dibuat

"lo bisa gak bantu gue? gue gak pernah minta tolong sama lo, baru kali ini loh Nu?" Dara meninggikan nada bicaranya, air mata sudah berkumpul di pelupuk matanya

"iyalah, kalo dari kemaren gue bantuin lo tanpa lo minta, ada gak lo sadar? sekarang lo minta tolong, gue udah gak mau karena dari awal lo gak anggep bantuan gue ada" Janu tak meninggikan bicaranya, tetapi berbicara dengan nada yang datar

Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang