Dengan kaki pincang Dara berjalan ke kantin, berdua dengan Sekar tentunya. Wajah gadis itu tampak lelah karena harus berjalan dengan menyeret kakinya.
"Sekar, lo mau aja di babuin sama ni cewek", entah dari mana munculnya gadis berwajah tak mengenakkan itu 'menyapa' Dara dan Sekar dengan nada ketus
Sekar menatap Caca dengan tatapan nyalang, "Dih, manusia iri muncul aja lo. Gak usah berlagak sok tau deh soal gue sama Dara, ew". Dara terkekeh karena ucapan Sekar, membuat Caca semakin kesal.
Kantin sangat ramai hari itu, membuat semua mata menatap ketiga gadis yang cukup tenar karena kehebatannya masing-masing. Sekar dengan skill basketnya yang sudah mencapai tingkat nasional, Dara dengan kejuaraannya di berbagai jenis olimpiade, dan Caca yang juga terkadang memenangkan olimpiade yang sama dengan Dara.
"Gue denger-denger lo dikeluarin dari tim Olimpiade nanti deh Ra, poor you.."
Dara yang tidak mengetahui informasi mengenai hal tersebut terkejut bukan main, matanya membulat sempurna,
"Dara kehilangan satu olimpiade gak ngaruh kali! lo aja yang posisinya ke geser langsung ngamuk-ngamuk!". Sekar mencibir Caca yang masih dengan kepedean-nya mengganggu Dara.
Caca mendengus, "loh? tapi temen lo yang sebentar lagi cacat ini langsung pucet gitu? gak ngaruh? kayanya langsung sakit mentalnya"
Caca terkekeh mengejek, "pulang nanti langsung ke makam nyokap sama kakaknya terus nangis-nangis seakan-akan paling tersakiti"
Dara masih terdiam mendengar ucapan Caca yang menusuk hatinya, sakit.
"Jaga omongan lo ya anjing!" Sekar mendorong pundak Caca dengan tangannya yang tidak merangkul Dara, membuat Caca mundur beberapa langkah.
"Gue ga salah kan Ra? bener kan lo begitu?" Dara yang di rangkul kuat oleh Sekar itu maju dengan kakinya yang pincang, lalu berhadapan dengan Caca.
Sekar membiarkan Dara menyelesaikan urusannya dengan tetap berada dibelakang Dara menjaga sahabatnya dari jarak 1 meter.
"Siapa sih yang nyakitin lo Ca? sampe lo bisa se-benci ini sama gue?" Dara menatap Caca dengan tatapan lurus ke mata yang menatapnya penuh benci.
"What's got into ya?, kok bisa benci orang without reason and being rude to someone even they not doing anything! lo sadar gak sih? your attitude udah ngelewatin batas and YOU LOOK LIKE AN ATTENTION-SEEKING IDIOT! Gak malu Ca?",
Caca terdiam menatap mata Dara yang mulai berkaca-kaca.
"DAN, Jangan sekali-kali lo sebut Bunda sama Mbak gue pake mulut lo yang gak ber-manner itu!
lo punya otak gak? salah kali ya selama ini guru menilai lo? Value lo rendahan Ca!""Above all. Gue gak mau berurusan sama lo Ca, Get off my back. Gue muak harus sabar sama sikap lo yang kaya gini, jadi tolong kalo lo burn out karena tuntutan yang lo dapetin, jangan usik gue lagi! you gotta kick the habit."
Dara mengusap air matanya yang jatuh, lalu menghela nafas karena dada-nya terasa sesak luar biasa. "Snap out of it." Dara menjentikkan jarinya di depan wajah Caca yang memerah karena malu.
"Dara!" Suara Hanan menggelegar membuat Dara dan seluruh penonton pertengkaran itu menoleh ke sumber suara, laki-laki itu datang dengan gerombolannya tentu dengan Endra disana.
"Udah Ra, omongannya cukup" Hanan merangkul gadisnya mencoba menjauhkan Dara dari hadapan Caca.
"i just tryna to point out to this bad-egg, who she mess up with!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]
Roman pour Adolescents[On Going; Update Setiap 1x Seminggu] "Kalau hidup kamu cuman buat bahagiain orang lain, kamu bakal capek. Belajar hidup buat diri sendiri mulai sekarang". Kebahagiaan itu bukan sekedar fatamorgana, kebahagiaan itu nyata. Semua manusia berhak merasa...