#16 Penopang Lara

9 1 0
                                    

Sadendra, ia baru saja pulang sehabis bermain basket di lapangan komplek. Rumah ternyata sepi, sepertinya nenek dan sepupunya sedang pergi keluar.

Selama ini memang jarang sekali ia bersaudara dan sepupunya yang juga kembar itu berinteraksi, karena perbedaan kasta antar mereka yang membuat jarak dan cara pandang yang berbeda,

saat kakinya menginjak tangga terakhir, ia dapat mendengar suara bising dari kamar Dara.

"YAUDAH! yang punya masalah gak cuman kakak doang! Janu juga bisa!" Endra terkejut bukan main, matanya membesar serta emosinya sedikit terpancing mendengar ucapan yang ia kenal pasti, yaitu Janu

"Kamu jadi kasar Nu, kakak kecewa sama kamu" Dara lirih, membuat Endra semakin kesal bukan main

terdengar suara Janu tertawa dan tangan Endra sudah mengepal kuat

"aku juga kecewa sama Kakak, udah deh kak. Dari pada saling nyalahin, lebih baik kita fokus sama urusan masing-masing, Janu gak butuh Kakak lagi mulai sekarang." Kali ini, Endra sudah mau membuka pintu tetapi di dahului oleh Janu yang ternyata juga membuka pintu, keduanya bertatapan

"lo bentak Dara?" Endra sudah menekan emosinya agar tak terlalu meluap, berharap Janu akan menunjukkan rasa bersalahnya

"iya, kenapa?"

Mata Janu tampak penuh dengan rasa percaya diri, membuat Endra tanpa basa-basi langsung memukul Janu dengan penuh emosi dan kecewa

kekecewaan bersinar di mata Janu, tetapi Endra tidak peduli

"Bang, mending lo pukul gua lagi"

"biar sakit badan gue ngalahin sakit hati gua sama lo berdua" tangannya di tarik oleh Janu, membuat ia merasa di remehkan

"Lo gak usah songong yang tolol" Endra langsung menghempaskan tangan Janu

"loh? kan lo duluan yang mukul gua, anjing" tampak Janu menggertakkan giginya

"Ya karna lo berani-beraninya bentak Dara" Ia berkacak pinggang menatap Janu dengan penuh tanda tanya.

"Kalian berdua egois tau gak?" Endra hanya menatap tajam Janu, tak merespon omongan anak bungsu tersebut

"pernah gak kalian mikirin perasaan Janu?"

"Gak usah sok tau, kalian cuman orang egois yang banyak omong tapi jadi tai doang"

"muak gue sama lo berdua, anjing"

Janu berlalu, meninggalkan Dara dan Endra yang masih shock karena adik satu-satunya yang mereka miliki.

"Ra? maafin Janu ya? dia lagi puber-pubernya, jadi emosinya meluap-luap pasti" Endra dengan sigap memeluk Dara, membiarkan Dara menangis akan kekecewaan yang gadis itu dapatkan hari ini.

Setelah menenangkan Dara, Endra berjalan kembali menuju kamarnya. Ia menatap kamar Janu yang tertutup rapat, masih bertanya-tanya apa yang membuat Janu semarah dan sangat kecewa?

namun, tiba-tiba pintu kamar Janu terbuka membuat Endra kelabakan, keduanya saling menatap namun Janu lah yang memutuskan kontak mata tersebut

"lo ngomong sama gue balik futsal" ucap Endra sembari menatap Janu yang berjalan melewatinya, entah di dengar atau tidak yang penting ia sudah mengatakannya.

entah mengapa, Endra penasaran dengan kamar Janu. Kamar yang jarang sekali ia masuki kalaupun iya, ia tak pernah begitu memperhatikan kamar adik bungsunya tersebut

perlahan Endra berjalan menuju kamar tersebut, membuka knop pintu lalu masuk kedalam. Dapat ia lihat kamar tersebut tampak kosong dan rapih, hanya ada kasur dan meja nakas, meja belajar juga kursinya serta lemari baju 2 pintu tanpa ada barang apapun selain hal tersebut

Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang