#15 Masih Kecil

14 1 0
                                    

Janu duduk di kelas bersama Carlo, seperti biasa. Carlo sibuk mendengar lagu sembari bersenandung kecil. Janu fokus melihat novel yang ia selalu bawa kesekolah, tetapi pikirannya tak dapat fokus terhadap kalimat pada novel, ntah kemana fokusnya pergi.

Belakangan ini pikiran Janu sering penuh karena kalut akan rasa kesal terhadap kedua saudaranya, yang membuat ia mulai ingin rasanya mencaci Dara, padahal Janu tidak ingin menyakiti perasaan kakak perempuannya tersebut

"Nu, futsal kaga?", Alfi teman sekelas Janu menghampiri dan mengajak laki-laki itu untuk bermain futsal di lapangan sekolah, namun Janu menggeleng

Carlo yang memperhatikan dari pojok dekat jendela menyerngit bingung karena Janu menolak ajakan yang tak pernah ia tolak selama ini.

"Kaga dulu Fi, gua kaga mau keringetan masih siang" Janu kembali melihat ke buku novelnya yang tak dapat ia pahami karena isi pikirannya.

Pusing yang ia rasakan, sangat.

Mata Janu tampak terpejam lalu menggelengkan kepalanya mengusir sakit walaupun tak benar-benar hilang, Carlo yang menyadari langsung melepas earphone-nya dan memegang pundak Janu

"Nu, lo gak papa?" Carlo khawatir karena Janu tampak kesakitan

"sakit dikit pala gua" Janu memijat pelipisnya pelan sembari menghalau Carlo agar tak terlalu khawatir dengan dirinya

Carlo menggeleng, "gua liatin dari tadi lo satu halaman gak selese-selese, soal kakak lo ye?"

Janu hanya terdiam tak langsung merespon, ia hanya menghela nafas dan menundukkan wajahnya ke antara tangannya.

"Lo mau beli makanan atau minuman? gua beliin ke kantin" Carlo berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari tempat duduknya melewati belakang bangku Janu,

Janu hanya menggeleng yang membuat Carlo tahu harus membeli apa untuk temannya, Janu hanya menyukai roti berisi coklat keju dan susu fullcream jika ia sedang kesal. Maka Carlo tahu akan membelikan apa.

Di kantin, Carlo berjalan dengan telinga yang ia tutupi earphone. Ia memang terlahir 'bodo amat' sehingga orang-orang yang menjauhinya pun jadi tak selera lagi mengganggu Carlo, apalagi ia berteman dengan Janu yang disukai oleh nyaris seantero sekolah.

"Gue masih heran kenapa Janu mau ae main sama si pembunuh" Suara gadis-gadis berotak kosong yang hanya sibuk membicarakan hidup orang lain, mereka berbincang di depan kelasnya sembari menatap Carlo yang berjalan melewati mereka

"iya, jangan-jangan mah di ancem sama dia! heran kan juga lo?" gadis lainnya menimpali, Carlo hanya menggeleng mendengar spekulasi terhadap dirinya dan Janu

"pada sok tau banget, sialan" Carlo mendecih dan berlalu tanpa memedulikan kelanjutan perbincangan gadis-gadis tersebut.

Ia sudah membelikan roti dan susu untuk Janu, ia berjalan cepat menuju kelasnya untuk memberikan makanan tersebut kepada Janu

Sampainya di kelas, ternyata sedang kosong dan sepi. Benar-benar hanya ada Janu yang sedang menunduk di pojok kelas, Carlo berjalan menghampiri Janu. Semakin dekat dengan posisi Janu, ia mendengar suara nafas dan isakan yang membuat ia mempercepat langkahnya

"Nu? makan nih" Carlo meletakkan makanan tersebut di meja Janu, ia mengangkat kepalanya dan tampak matanya sembab Carlo tak bertanya atau penasaran akan apa yang Janu tangisi, toh, nanti Janu akan cerita sendiri.

Janu menikmati roti dan susunya sambil terdiam, Carlo pun tak banyak berbicara ia hanya mendengarkan musik sembari menatap keluar jendela. Ia membiarkan Janu menenangkan dirinya sendiri.


•••


Janu sedang berbaring di kamarnya, ia menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Janu menghela nafasnya, kesal, marah, namun ia tak bisa meluapkan itu semua.

Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang