Dara sibuk dengan catatannya di perpustakaan sekolah, Ia fokus dengan wajah yang tampak mengkerut bingung, ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti lomba debat lagi dan ia sedang melakukan reset perihal topik debat nantinya.
Debat ini membahas perihal Perpindahan Ibu Kota ke Kalimantan, ia berada di pihak kontra tetapi karena ia belum pernah update perihal rencana ini, ia sedikit buntu
"Ah! Bingung banget, banyak pendapat" Dara bersuara sedikit keras sehingga mendapat teguran dari pengawas perpustakaan, ia hanya tersenyum malu karena tidak dalam kendali.
Akhirnya karena mulai lelah, ia pun membereskan buku dan keluar dari perpustakaan untuk istirahat. Namun, ternyata di depan perpustakaan sudah menunggu sang kekasih
Dara melangkah mendekat kearah lelaki yang terduduk sembari bersandar ke dinding,"Han!" Sapanya, yang di panggil menoleh dan tersenyum
"Udah selesai belajarnya?" Hanan mengelus kepala Dara lembut sembari tersenyum
"Udah! pusingg banget topiknya tuh pro sama kontra-nya imbang, bingung menang-in debat ini gimana biar lawan langsung skak"
"Semangat banget pacar aku, jangan terlalu di forsir ya sayang" Hanan menepuk kepala Dara, Dara hanya tersipu malu
~•~
Hanan memarkirkan motornya di halaman rumah, ia baru saja pulang mengantar Dara gadis yang ia idamkan sejak lama.
"anak bujang ibu sudah pulang?" suara lembut ibunya menyapa, Hanan tersenyum lalu menyalami sang Ibu.
"Iya Bu, wangi apa nih? lagi masak apa bu?" Anak laki-laki itu menghirup aroma yang melewati indra penciumannya sembari tersenyum
"Masak sayur sop aja sebenernya" Ibu menatap anak laki-lakinya, ia tersenyum lembut. "Ada masalah nak?"
Hanan tak terkejut jika sang Ibu sangat cepat membaca hati dan pikirannya, "Hanan belakangan ini ngerasa bersalah dan capek Bu, Dara gak bahagia sama Aku Bu...dan Aku mulai ngerasa capek sama Dara yang setiap hari banyak masalah, Aku di hantui rasa bersalah"
Sang Ibu mengelus punggung anaknya, lalu menggiring Hanan untuk duduk terlebih dahulu di ruang tengah, "Masalah Dara itu kan bukan karena kamu toh? kamu malah yang nemenin Dara kenapa ngerasa bersalah?"
"Hanan gak bisa bikin Dara bahagia Bu"
"Bahagia kan bukan ada di tangan kamu, Bahagia nya berasal dari hati dia sendiri...bisa saja kamu pikir itu gak bikin Nak Dara bahagia, tapi dia bahagia banget" Hanan menatap sang Ibu sendu
"untuk beberapa perempuan itu sebenarnya gak butuh banyak hal, cuman mau di ngertiin dan di peduliin. Itu kuncinya Nak"
"Anak Ibu baik, Ibu tau. Hanan mau yang terbaik buat Dara, tapi kamu jangan malah memberatkan diri kamu sendiri karena Dara tidak bahagia.. Kalau berat dan Hanan sudah merasa tidak bahagia, cari jalan keluar yang tepat jangan diam"
Hanan memeluk ibunya, memang rumah adalah tempat berpulangnya. Ibu selalu ada disini.
Selesai berbicara dengan Ibu, Hanan kembali ke kamar untuk beristirahat ia sedikit pusing perihal Sandara yang sudah nyaris satu tahun bersamanya. Gadis itu indah dengan segala lukanya, namun keindahannya juga membawa luka untuk seorang Hanan.
Rasa bersalah akan segala pertengkaran yang disebabkan dirinya, perihal Dara yang mempunyai kekasih atau Dara yang terlalu sibuk dengan dirinya. Banyak sekali alasan keributan Dara dengan keluarganya yang disebabkan Hanan
Dara memberikan luka kepada penyembuh lukanya.
"Dara..berat juga ya mempertahankan kamu?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]
Teen Fiction[On Going; Update Setiap 1x Seminggu] "Kalau hidup kamu cuman buat bahagiain orang lain, kamu bakal capek. Belajar hidup buat diri sendiri mulai sekarang". Kebahagiaan itu bukan sekedar fatamorgana, kebahagiaan itu nyata. Semua manusia berhak merasa...