Harapan Dara akan sosok Hanan yang akan merubah perspektifnya tentang lelaki ternyata percuma, sama saja. Tanpa alasan menyakiti dirinya, dengan santai bersikap seolah tak melakukan apapun terhadapnya.
Seolah tak pernah menatap Dara dengan penuh cinta, seolah tak pernah mendekap satu sama lain, seolah tak pernah ada tawa bahagia diantaranya, seolah-olah kisah yang berlalu itu sekedar imajinasi Dara, seakan hanya Dara yang mengingat segala kenangan indah tersebut
Kenangan yang kini terasa sangat pahit bahkan pahitnya menusuk sampai ke hatinya, juga alasan putus yang sampai kini tak jelas yang membuat kepala Dara terus bertanya-tanya
Tatapan mata Hanan yang dulu bersinar saat menatapnya, kini berbeda, tatapan itu dingin dan tak acuh. Berbeda 180 derajat, Harapan yang sudah penuh akan keinginan keduanya harus pupus dan hilang, Janji-janji keduanya yang berkata akan bersama sampai tua, segala kalimat yang memiliki makna selamanya tak berarti.
Apakah selamanya bagi Hanan sesingkat ini?
Dara begitu mencintai Hanan dengan tulus dan bodoh, bahkan laki-laki itu tak menampakkan rasa bersalah dan mencoba meminta maaf kepada Dara.
Dara masih ingin Hanan melihatnya dengan mata bersinar atau mata yang tersenyum seperti dahulu, Ia masih berharap Hanan akan menjadi miliknya lagi
bodoh, gadis itu bodoh.
Mencintai seseorang yang meninggalkan dirinya tanpa perasaan, tanpa kata, tanpa basa-basi. Sungguh kejam namun membuat Dara semakin tak ingin di tinggalkan, Dara masih membutuhkan Hanan
Hampa sekali hidupnya setelah ditinggalkan Hanan, tak ada lagi panggilan saat malam, cerita melalui ponsel, atau menangis saat sedang bertengkar.
Keduanya singkat, tetapi kenangannya melekat kuat di ingatan Dara.
Saat ini Dara sudah dirumahnya lagi, tepatnya di kamar. Duduk di lantai kamar sembari memandangi kembali kenangan yang tersisa, surat-surat, bahkan barang handmade yang selalu Hanan berikan kepada Dara masih terkumpul didalam sebuah kotak, yang selalu Dara buka saat ia sangat merindukan Hanan.
Surat itu selalu basah, saat Dara baca Ia kembali menangisi kenangan yang tak pernah akan terulang, Hanan tak akan kembali.
"Han, aku boleh gak sih pengen kamu balik?" Monolog Dara sembari membaca surat yang berisi pujian, apresiasi, segala kalimat yang Dara sukai penuh dalam surat yang ditulis tangan oleh Hanan
Dara membaca kalimat Hanan yang mengatakan jika Dara adalah orang yang membuat Hanan menyadari cinta, yang membuat Hanan bahagia setiap harinya, "Bohong, kamu bahagia tanpa aku Han, Bohong!" Dara melempar lembaran kertas yang sudah basah karena air matanya
tangan gadis itu bergetar kembali melihat bunga dari kertas yang mantan kekasihnya buat dahulu, bunga ini abadi, tetapi hubungannya tidak, sudah gugur dan hancur mendahului bunga ini.
"Han, aku gak tau Han kenapa kamu ninggalin aku bisa tolong gak jelasin? aku gak paham, kenapa? aku tau aku terlalu kurang untuk menjadi perempuan harapan kamu, aku bermasalah, aku bukan perempuan yang bebas, aku susah diajak jalan, aku gila Han, aku tau, tapi kamu kenapa?"
"kenapa kamu ninggalin aku?" Dara kini sudah menunduk, air matanya masih terus mengalir deras tanpa henti, Ia masih sering menangis setiap mengingat Hanan
"Kamu bilang bisa nerima aku, nerima segalanya aku, kamu bohong Han, semua yang kamu bilang bohong" Dara semakin sesegukan, tangannya menumpu di lantai dengan kepalanya yang menunduk
"kekurangan aku bikin kamu capek ya Han?"
"semua orang ninggalin aku dengan alasan yang sama Han, maaf..maaf..maaf udah bikin kamu harus ngerasain sama aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Dara || Jung Sungchan & Park Jisung [HIATUS]
Teen Fiction[On Going; Update Setiap 1x Seminggu] "Kalau hidup kamu cuman buat bahagiain orang lain, kamu bakal capek. Belajar hidup buat diri sendiri mulai sekarang". Kebahagiaan itu bukan sekedar fatamorgana, kebahagiaan itu nyata. Semua manusia berhak merasa...