13. 열셋 🌻

7.2K 661 44
                                    

Suasana kamar inap Haechan terlihat dingin, baik Haechan maupun yang lain enggan untuk berbicara. sebenarnya ketimbang bertanya mereka lenih memilih menunggu Haechan menjelaskan semuanya kepada mereka.

Bagaimana pun juga mereka telah saling mengenal lama, melihat bagaimana Haechan menyembunyikan tentang penyakitnya membuat mereka bertanya-tanya.

Apakah Haechan tidak mempercayai mereka?

Atau Haechan tidak pernah menganggap mereka?

Lama mereka berdiam diri, hingga akhirnya helaan nafas dari sosok yang sedari tadi berbaring di ranjang pasien mengalihkan atensi mereka.

"Kalian akhirnya tahu." Katanya, membuka suara.

"Aku berniat menyimpannya hingga akhir, sangat disayangkan penyakit ini kambuh disaat yang tidak aku inginkan" lanjutnya.

"Awalnya hanya kram biasa, aku tidak Begitu mencurigainya, mungkin saja aku kurang pemanasan, kira-kira Begitu. Namun seiring berjalan nya waktu, aku bahkan sampai kesulitan berjalan dan akhirnya aku memeriksakannya,"

Haechan merawang kembali bagaimana dulu ia panik setengah mati saat tiba-tiba ia tidak bisa berbicara dengan benar, yang akhirnya merujuknya pergi ke rumah sakit untuk diperiksa.

"Saat hasil pemeriksaannya keluar, respon ku jelas tidak terima. aku merasa dariku baik-baik saja dan bersikeras bahwa hasil ku mungkin tertukar dengan pasien lain hingga akhirnya aku memeriksa untuk kedua kalinya dan hasilnya sama.

Aku sempat depresi, tapi pada akhirnya aku menyerah dan menerima kenyataannya. awalnya aku rajin memeriksakan diri dan melakukan berbagai terapi dan yah seperti yang kalian tahu, jadwal kita padat dan semakin lama tidak ada waktu untuk melakukan perawatan bahkan aku lupa kalau aku sakit, hahaha" Haechan terkekeh mengingat betapa bodohnya dia dulu.

"Semua berjalan lancar, selain kram dan kaku aku tidak pernah lagi merasakan gejala lainnya. tapi lagi-lagi di pertengahan bulan juli tahun ini aku merasa kan tubuhku tidak bisa diajak bekerja sama." haechan tampak menahan tangis membuat Jaemin langsung memalingkan wajahnya enggan melihat air mata itu turun di pipi sahabatnya.

"aku tidak ingat awalnya, dan akhirnya memeriksa lagi untuk ketiga kalinya, dan Begitu hasilnya keluar akhirnya aku ingat. penyakit itu kembali dan bahkan lebih menyakitkan, tampaknya tubuhku sudah lelah" ungkap Haechan tersenyum sendu, tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap kasar air matanya.

"Dan tadi malam adalah pertama kalinya aku tidak bisa bernafas, dan itu sangat menakutkan" ucapnya lagi, mata anak itu bergetar mengingat kembali bagaimana paniknya ia malam itu. andai kata Taeyong hyung tidak menemukannya, pasti haechan tidak akan bisa melihat dunia lagi.

Itu menakutkan, sekalipun haechan selalu bilang ia baik-baik saja, ia jelas tau bahwa tubuhnya tidak baik-baik saja, haechan hanya tidak ingin orang-orang khawatir padanya, haechan tidak ingin menambah beban pada orang lain.

Tapi jujur saja, Haechan benar-benar takut. ia takut mati. ia takut untuk pergi ketempat jauh.

ia tidak mau berpisah dari keluarganya, ia takut sendirian.

Haechan menangis, Taeil yang berada di dekatnya langsung mengusap lembut kepala salah satu adiknya.

Dia marah tentu saja, tapi bagaimanapun juga.

Haechan pasti lelah, memojokkan haechan atau memarahinya tidak akan menghasilkan apapun.

Apakah penyakitnya akan sembuh kalau Taeil memarahi anak ini? tentu tidak.

Taeil tidak bisa membantu banyak, ia hanya bisa membantu merawat anak ini dan mendoakan yang terbaik untuknya.

Menyesali segalanya juga percuma, takdir tidak ada yang tau.

F U L L S U NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang