budak

11.9K 637 69
                                    

" Tu-an saya mohon tunggu sebentar sa-" 'PLAK!!'  suara tamparan begitu keras terdengar disebuah ruangan yang terlihat seperti kandang hewan, karena disana begitu banyaknya tumpukan jerami, dan laki-laki Mungil yang bahkan belum menyelesaikan ucapannya itu,dia ditampar sangat keras, dirinya sudah tergeletak diatas jerami itu dengan seorang laki-laki bertubuh lebih besar darinya mengukung tubuhnya yang kecil, laki-laki bertubuh besar itu entah kenapa tiba-tiba datang  dan terlihat begitu marah padanya.

"DIAM!! ATAU KUBUNUH ANAKMU ITU!!" ucap  laki-laki bertubuh besar itu semakin menekan pada laki-laki Mungil dibawahnya, sedangkan laki-laki bertubuh mungil itu refleks melihat kearah anaknya yang terlihat menangis, dia sangat khawatir tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Laki-laki Mungil itu sering disebut dengan panggilan jami oleh tuannya, dia tidak pernah tahu apa maksudnya, tapi dia hanya bisa menerima itu karena selama ini dia tidak memiliki nama, ketika tuannya memanggilnya dengan Jami, nama itu langsung begitu melekat didirinya.
.
.
.

Jami hanya bisa terdiam ketika laki-laki bertubuh lebih besar darinya sudah mulai mengancamnya dengan anaknya, dia hanya bisa kembali diam ketika laki-laki bertubuh besar itu mulai melepaskan bajunya, pipi jami terlihat memerah akibat tamparan keras barusan, tubuhnyapun tidak beda jauh, begitu banyak lebam yang masih membiru kemerahan.

Jami akhirnya terdiam ketika mendengar ancaman laki-laki diatasnya ini, dia takut jika orang ini sudah mengancamnya dengan membawa-bawa anaknya, hingga akhirnya dia mencoba kembali menerima perlakuan laki-laki diatasnya ini, tapi dengan hati-hati dia kembali memohon, agar setidaknya dia tidak melakukan hal seperti ini didepan anaknya.

"Tu-an, tolong anak saya melihat ini, saya mohon tunggu sebentar ja-ngan disini..." ucap kami, dia memohon bahkan memelas pada tuannya itu, dia terlihat khawatir matanya tidak lepas dari anaknya yang melihatnya sambil menangis tidak jauh darinya, dia tidak peduli ketika tuanya itu mulai melakukan hal bejad itu lagi padanya, yang ada dipikiran jami, dia tidak mau anaknya terus melihatnya dalam keadaan seperti ini, tapi tuannya tidak peduli sama sekali.

baju jami sudah sangat berantakan, bahkan celananya sudah terlepas dari tubuhnya, bagian bawahnya sudah polos tidak terhalang apapun.

Kakinya dilebarkan paksa oleh tuannya membuatnya menangangkang dihadapan tuannya itu, lalu tanpa persiapan apapun laki-laki yang disebut tuan itu, langsung memasukkan kejantanannya pada lubang anal Jami dan membuatnya mengerang kesakitan.

"AKHH!!-MMMpphh!-" erangan Jami hampir saja keluar dengan keras, tapi dia langsung membungkam mulunya dengan tangan, agar tidak mengeluarkan suara yang malah akan membuat tuannya ini semakin senang.

"Oh kau mendesah juga akhirnya !!!". Ucap laki-laki itu berbisik pada jami dibawahnya, dia mendesah ketika dia merasakan lubang laki-laki Mungil dibawahnya ini begitu menjepit nya, dia dengan perlahan menggerakkan pinggulnya lalu mengeluar masukkan penisnya.

Laki-laki yang sedari tadi dipanggil tuan, itu menatap kagum pada wajah jami, wajah dan tubuhnya begitu indah, dia begitu manis menjurus ke cantik, dengan mata yang juga cantik berwarna hijau jernih sangat aneh tapi begitu indah, tubuhnya begitu menggoda dan bibir yang berwarna pink alami itu selalu terlihat menggiurkan.

Tuannya ini sebenarnya tidak tahan ingin mencium bibir jami, tapi dia tidak bisa melakukannya, karena status mereka yang berbeda jauh, menurutnya ciuman merupakan hal yang sangat sakral dan tidak bisa dia berikan pada sembarang orang, termasuk laki-laki mungil ini, dia hanyalah seorang budak yang dia beli bahkan dengan harga yang sangat murah.

Dulu dia membeli jami saat masih berumur 9 tahun,  begitu kotor tidak terurus, dia tidak tahu ketika budak yang dia beli tumbuh semakin dewasa dia bisa semenawan ini, hingga bisa membuanya tidak terkendali, dan tergoda untuk mencicipi tubuh ranum budak yang dibelinya ini.

Sekali tamat mpreg (ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang