budak part 2

13.1K 608 74
                                    

.......

sudah 2 hari setelah kedatangan tamu itu, keadaan dirumah tuannya masih seperti biasanya, tuannya akan berangkat kerja pada pagi hari dan pulang pada sore hari dan kadang sampai larut malam.

Tuannya memang sedikit aneh semenjak dua hari ini, dia terlihat terlalu banyak melamun, dan sepertinya banyak pikiran, entah apa yang terjadi, tuannya yang memang dasarnya sangat pendiam menjadi lebih pendiam, dan terlihat sangat tidak baik-baik saja.

Jami tentu saja sangat khawatir tapi dia tidak berani bertanya, dia hanya bisa memerhatikan tuannya itu dari jauh, tanpa bisa melakukan apapun, dia hanya bisa melakukan apa yang tuannya suruh, Jami terlalu takut dan merasa dirinya tidak pantas jika mencampuri urusan tuannya itu.

"Kau mulai hari ini tidak usah berjualan sayur kepasar, tinggallah dirumah, dan jangan sekali-kali membukakan pintu untuk orang lain selain aku, hari ini aku akan pulang larut malam, makan malamlah terlebih dahulu, aku pergi." Ucap tuannya tiba-tiba pada pagi itu, sedikit aneh karena tuannya biasanya tidak pernah berkata apa-apa sebelum berangkat kerja, dan kenapa tuannya tidak memperbolehkannya untuk berjualan, padahal dengan berjualan sayur di pasar setidaknya tuannya bisa mendapatkan uang lebih.

"Iya tu-an..." Ucap laki-laki mungil itu patuh, dia masih menggendong anaknya yang baru bangun tidur dan kembali rewel, dia tidak mau ditinggalkan oleh ayahnya bekerja.

"Yahh-hiks...." Dan pagi itu juga terdengar lagi rengekan fahmi yang tidak mau ditinggalkan oleh ayahnya pergi.

"Bocah berhentilah menangis... Jangan membuat ibumu repot..." Ucap bara pada Fahmi yang masih saja memperlihatkan wajah merengeknya,  bara mengusap kepala anaknya lembut, lalu dia pergi, sedangkan laki-laki mungil itu tersipu entah karena apa.
.
.
.
.
Hari berjalan begitu lambat, jami sudah melakukan semua pekerjaan dan termasuk memberi makan ternak tuannya, dia sekarang hanya bermain dengan anaknya, dia tahu jika sebenarnya hidup bersama tuannya ini begitu nyaman, bahkan jami dibiarkan untuk tinggal didalam rumah dan diberikan kamar yang nyaman.

Tuannya begitu baik,hanya saja dia tidak bisa mengendalikan emosinya yang kadang bisa meledak begitu saja, entah itu hanya masalah sepele ataupun kekesalan diluar yang dia selalu lampiaskan dirumah.

Jami tidak mengerti masalah sebenarnya dengan tuannya yang memiliki sifat seperti itu, dia kadang bersikap lembut kadang juga bersikap kasar, dan kadang sangat posesif padanya, jami tidak mengerti apa yang sebenarnya dirasakan tuannya, karena memang tuannya Sangat minim ekspresi dan sifatnya juga begitu dingin.

Jami juga sangat takut pada tuannya apalagi saat mereka melakukan hubungan intim, tuannya terlihat menyeramkan jika sudah terselimuti oleh nafsu, dia seakan berubah menjadi hewan buas dan sangat kasar,  terbukti dengan banyaknya lebam dan memar pada tubuhnya,setiap kali melakukan hubungan intim dengan tuannya, cengkraman posesif tuannya ketika mereka melakukan hubungan intim yang membuat tubuh jami terluka, seperti ditangan, paha, pinggang, dan punggung nya.

Jami melamun lagi, dia mengusap perutnya yang semakin hari semakin membesar itu, mungkin sekarang umur kandungannya sudah 7 bulan, bayinya juga sudah mulai bergerak dengan aktif, membuat jami  sangat senang, dia bisa menyimpulkan bahwa anaknya sehat didalam sana.

"Buu.... nii dedek..." Ucap Fahmi anaknya tiba-tiba, sembari ikut mengelus perut ibunya itu.

"Iya ini dedek... Adiknya Fahmi.." ucap jami pada sembari tersenyum.

"Dedek..!!" Ucap Fahmi sembari memeluk perut ibunya, lalu menempelkan kupingnya pada perut ibunya itu, Jami hanya tersenyum melihat tingkah lucu anaknya ini, hingga akhirnya anaknya itu kelelahan dan tertidur, jami menggendong anaknya bermaksud ingin memindahkannya kekamar, tapi tiba-tiba ada suara ketukan pintu yang sedikit membuatnya terkejut.

Sekali tamat mpreg (ON GOING )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang