Seorang pria berkulit coklat terbakar sinar matahari berbadan kekar dengan wajah ditumbuhi jambang, memasuki resto hotel Amano. Badannya yang tegap dan begitu kekar bak algojo menghampiri meja dimana duduk pria tampan yang juga bertubuh kekar menantinya.
Mereka bersalaman layaknya sahabat lama saling adu jotos dan berpelukan.
"Bajak laut, Tampang loe yang sekarang bener-bener sesuai julukan loe. Badass."
"Dan loe, biksu. Masih sama sesuai julukan loe." Ghazali Asy-Syirbashi menarik kursi di depan Rusli Kartadinata.
Rusli hanya cengengesan saat sahabatnya menimpali.
"Ada apa manggil gue?" Tanya Ghaz sambil memesan makanan.
"Ar-Rasyid berencana mengatur perjodohan buat loe." Rusli mengawali percakapan serius mereka.
Ia jauh-jauh meluangkan waktu diantara jadwal sibuknya untuk mengabari niat keluarga pria itu.
Ghaz tertawa garing seakan tertawa bukan bagian dari hidupnya. "Yang benar saja."
"Serius bro."
Ghaz terdiam. Keluarganya mulai mengusiknya setelah ia kembali dari hibernasi panjangnya dalam pengasingan.
Begitu lulus SMA ia menjalani kehidupannya sendiri tanpa bayang-bayang keluarga ibunya. Baru beberapa tahun lalu dia mengabari keberadaannya pada keluarga.
"Semalam waktu menelepon, umi tak menyinggung hal itu.""Tante Aisyah menghubungimu semalam. Sementara rapatnya pagi ini, secara mendadak dan tertutup."
"Syasya punya mata-mata di dalam kan?" Ghaz menyinggung Syafia Malik Ar-Rasyid, istri Rusli Kartadinata.
"Iya. Tapi sampai siang ini belum ada kabar."
"Berarti agenda perjodohan gue gugur."
"Belum tentu bro. Bisa jadi tertutup rapatnya dan tante Tania tutup mulut tak membagi rahasia pada Syasya."
"Loe percaya? Tante Tania itu ember bocor kalau sudah bersama aliansi Malik Ar-Rasyid."
Rusli terdiam sesaat. "Gue gak berani ngomong kecuali Syasya yang mengawali."
"Loe terlalu hati-hati. Jadi sampai detik ini Syasya belum tau, loe dan gue masih komunikasi?"
Rusli mengangguk. "Bawaan Syasya akhir-akhir ini semakin labil dan sensitif. Gue gak mau ambil resiko."
"Loe nginep dimana?"
"Gue langsung pergi ke pertambangan. Kesini cuma makan siang ketemu loe."
"Bawa heli?"
Rusli mengangguk. "Gue parkir di hangar hotel ini."
Ketika makanan datang, mereka segera menyantapnya tanpa berbicara. Rusli diburu waktu. Jadwal pria itu padat katena harus sering bolak-balik pertambangan dan pulau Ar-Rasyid.
Selesai makan Ghaz mengantar Rusli ke hangar yang ternyata bukan di lantai tertinggi hotel tetapi di lapangan dekat kolam renang.
Sebelum terbang Rusli menepuk bahu Ghaz. "Gue pergi, sebaiknya loe segera melamar seseorang sebelum keluarga loe ngatur hidup loe."
"Tenang saja, Ar-Rasyid tak akan ngusik hidup gue. Sebaliknya, loe jaga baik-baik Syasya. Gue percaya loe."
Rusli mengangguk, dia tahu Ghaz tulus dengan ucapannya. Ia tahu bagaimana masalalu pria itu dengan istrinya. Pria itu mencintai Syafia dengan caranya sendiri. Dan Rusli tidak cemburu karena tahu bagaimana pria itu menyegel perasaannya kedalam laut terdalam. Ghaz tak akan pernah melewati garis pelindung yang dibuatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHAZ
Romance[21+] CERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA. BIJAKLAH DALAM MEMBACA. Ar-Rasyid Series : #Third Story Rania menganggap Alta sebagai sosok kakak laki-laki yang ia dambakan. Namun pria itu tanpa disangka menginginkan lebih dari ikatan saudara. Disa...