Warning alert!
Area bacaan dewasa!"Pulang kuliah tak bisa ku jemput." Ghaz memarkirkan mobilnya tepat di parkiran depan kampus.
"Tak apa. Aku tahu kau sangat sibuk. Aku akan pulang dengan teman-teman mungkin pulangnya mampir dulu ke mall atau toko buku. Boleh?"
"Lakukan sesukamu dan pulang kerumah itu, kakak dan adikmu tentu cemas."
"Aku sudah bilang pada mereka, aku ngekost karena selalu ditinggal di rumah sendirian."
Dikecupnya kening Rania. "Kau tak boleh part time atau magang dimana pun, fokus kuliah. Jadi sore ini juga bilang pada Bosmu."
Rania mengangguk. Ia enggan membuka pintu mobil. "Kembali ke rutinitas lagi," ujarnya dengan menghela napas berat.
"Ayo jangan mengeluh. Ketika ada senggang nanti ku telpon."
Senyumnya merekah. "Kutunggu, kalau bisa VC ya mas."
"Kalau VC aku harus mandi karena belepotan oli."
"Tak apa. Justru suami peluh keringat belepotan oli, terlihat tampan."
"Peluh keringatnya disimpan untuk nanti malam saja." Bisiknya sambil mengecup pipinya.
Rania memukul bahu Ghaz. "Mas! Malu ih. Jangan lupa makan siang, dan makan malam semua ada di kulkas tinggal dihangatkan. Selain hang out bareng temen juga sekalian mampir ke rumah karena searah."
"Sekarang sudah mulai cerewet." Ia senang diperhatikan serasa ia memang benar-benar menikah, bukan hanya sekedar bunga tidur.
"Istri cerewet itu seksi loh." Rania mengedipkan mata, terdengar suara tawa renyah Ghaz ketika pria itu keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya.
Rania turun dari mobil lalu mengulurkan tangan mengulurkan meraih tangan Ghaz dan menciumnya. Ghaz pun mengecup kening Rania. "Assalamualaikum." Rania turun dari mobil.
"Waalaikumsalam."
Rania melambaikan tangan ketika mobil Ghaz melaju meninggalkan kampus. Saat mobil suaminya sudah tak terlihat, Rania melangkah meninggalkan area parkir menuju gedung fakultasnya. Ia melihat kawan-kawannya sedang berkumpul duduk pinggir tangga masuk.
"Rara ..." Dua temannya, Galuh dan Virnie memanggil dengan bernada. Keduanya merangkul Rania.
"Pacar baru Ra? Kok kayak yang asing." Galuh mulai mengulik.
"Ganteng loh nemu dimana dapet yang badas? Kak Altha aja yang ganteng kalah jauh loh." Virnie tak kalah keponya. "Dia punya saudara cowok ga?"
Galuh mengangguk seakan bertanya hal yang sama. "Sisain satu buat gue sih, Ra."
Rania geleng-geleng enggan meladeni. "Apaan sih kalean. Rese deh."
"Kepo kita. Loe bisaan dapet cowok model begitu."
"Ia penasaran kita, cipokannya hot ga?"
Rania mendelik tajam, mulut Virnie minta di rukhyah. "Ih kalian. Saru ih!" Rania tutup kuping masuk ke kampus diikut teman-teman nya yang usil.
Mata jeli Galuh meraih tangan Rania. "Vir liat deh, cincin Rara ga main-main."
Rania berhenti berjalan. Menatap cincinnya.
"Dikasih cowok bermobil tadi?" Virnie mulai menginterogasi.
Rania mengangguk. "Apa? Ada yang salah?"
"Loe ga jadi ani-ani nya kan?"
"Najis loe Vir."
Galuh menepuk bahu Rania. "Loe tau kan emak gue ahli perhiasan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GHAZ
Romance[21+] CERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA. BIJAKLAH DALAM MEMBACA. Ar-Rasyid Series : #Third Story Rania menganggap Alta sebagai sosok kakak laki-laki yang ia dambakan. Namun pria itu tanpa disangka menginginkan lebih dari ikatan saudara. Disa...