"Rara, tolong ambil mobil Mbak di bengkel. Saat ini mbak tak bisa ambil mobil. Mendadak sekali Muchtar membawa mbak ke Jambi. Kau bisa minta bantuan Alta jika masih khawatir mengendarai mobil."
Sebuah pesan dari kakaknya membuat Rania termenung. Ia tak pernah menyangsikan atasan kakaknya itu. Bagaimanapun Muchtar Fazlurrohman merupakan penyelamat keluarganya. Pria itu sudah menjadi bagian dari keluarganya dan ia tak berhak mencampuri hubungan dua orang dewasa itu.
Rania bergegas ke bengkel langganan tanpa berfikir dua kali. Kebetulan hari itu matakuliah sore hanya berupa penjelasan singkat dari asisten dosen selebihnya tugas mandiri yang harus dikumpulkan minggu depan.
Rania melirik jam di tangannya. Ia sempat ragu saat menatap jarum yang berputar namun ia membulatkan tekad. Ia bergegas menuju masjid kampus untuk melaksanakan sholat ashar kemudian langsung menuju bengkel. Ketika ia hendak menaiki kendaraan umum. Langkahnya terhenti sesaat.
Ghaz akan menjemputnya.
Bagaimana jika pria itu menjemputnya?Rania menghela napas panjang. Pria yang baru dikenalnya itu benar-benar menyita seluruh perhatiannya. Bahkan ia tak bisa konsentrasi saat menghadiri kuliah umum dosennya.
Ia menatap flat shoesnya. Akankah pria itu datang lagi?
Dan jika ya bagaimana nanti jika pria itu menunggunya. Benarkah? Atau hanya sekedar rayuan gombal.Bukan.
Pria itu bukan tipe mempermainkan wanita.
Tatapannya, gestur tubuhnya. Feelingnya mengatakan pria itu serius meminangnya.Rania menghela napas panjang. Fix, aku yang paling tidak realistis di keluarga.
Stop hidup dalam dunia dongeng, Rara! Waktunya menghadapi kenyataan.
Seumur hidup ia tak pernah pergi ke bengkel. Tetapi karena ia dan Yura memerlukan mobil itu untuk transportasi, mau tak mau ia harus ke sana. Yang ia khawatirkan adalah kemampuannya menyetir mobil. Ia baru belajar. Sementara itu, Yura yang bisa mengendarai mobil sedang berada di Puncak Semeru bersama tim pecinta alam sekolahnya. Jadi, ia perlu keberanian besar untuk melakukan hal itu.
Turun dari angkutan umum, rasa percaya dirinya menurun. Namun ia bulatkan tekad.
Rania menatap bengkel itu.
Berdiri
Terpana
Terdiam
Dan membisu.
Perasaan yang tak dapat dilukiskan.
Deja-Vu...Aneh, ia tak pernah mengalami hal itu. Perasaan yng bercampur aduk. Dan jantungnya berdetak kencang.
Siapa?
Apa?
Kenapa?
Bagaimana?Saat Rania berdiri tertegun, seorang montir menyambutnya dengan senyum cerah. "Hai nona, ada yang bisa saya bantu?"
Rania tersenyum ramah masih dalam kebingungan akan perasaannya. "A-nu, saya mau mengambil mobil atas nama Muchtar Fazlurrahman."
Montir itu bersiul. "Oh... Orang kaya itu. Mobil anda yang bertanggung jawab bukan saya. Mari masuk saya arahkan pada bos yang bertanggung jawab."
Rania nengekor dibelakang saat pria itu berbelok sambil berteriak. "Ghaz, ini ada cewek yang mau ngambil mobil antik itu."
Apa?!
Ghaz?!!!!!!Rania tertegun. Tanpa sadar hati kecilnya bersenandung. Namun teringat bagaimana sikap pria itu terhadapnya membuat Rania kalang kabut. Ia menatap kesegala arah mencari tempat bersembunyi.
Tidak
Tidak
Tidaaaaaakkkkk
Aku belum siap mental.
Bagaimana ini?
Sebaiknya kabur sebelum bertemu!!!!"Ya." Jawaban suara bariton itu membuat Rania berdiri mematung. Tubuhnya secara alami mencari sumber suara.
Pria itu disana dengan mengenakan seragam montir yang dekil, wajah cemong yang dihiasi debu mobil dan bau oli yang khas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHAZ
Romance[21+] CERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA. BIJAKLAH DALAM MEMBACA. Ar-Rasyid Series : #Third Story Rania menganggap Alta sebagai sosok kakak laki-laki yang ia dambakan. Namun pria itu tanpa disangka menginginkan lebih dari ikatan saudara. Disa...