GHAZ : Chapter 10

214 32 3
                                    

Yoook lanjoooot masih area 21+++
Gempor lah gemporrrr
yang penting surga dunia, dapet pahala pula.
Eh bagi Rania yaaaa...

Rania terkejut saat ia mulai mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ghaz tiba-tiba menyeruduk masuk bagai banteng matador.

"Ghaz?"

Ghaz memeluknya dari belakang. Tanpa peringatan langsung menyerang menangkupkan kedua tangan pada kedua payudara Rania dan memilin tonjolannya. Sementara bibir pria itu menggigit lembut bahunya yang memerah akibat perbuatannya semalam. Tubuh bagian bawahnya menggesek belahan pantat Rania mencari kenikmatan sendiri.

"Lain kali dilarang berkeliaran telanjang." Ujarnya serak tanpa menghentikan kedua tangannya memainkan bulatan pink nya.

"Tidak adil, tadi kaupun bertelanjang." Rancaunya tidak fokus berbicara karena area sensitifnya dimainkan dengan cara yang nikmat padahal cuma puting tapi bagian bawahnya begitu basah berlendir.

"Aku sedang berganti pakaian."

"Tetap saja mempertontonkan tubuh telanjang." Protesnya sambil mendesah saat Ghaz menarik-narik memilin putingnya.

Tangan Ghaz bergerak kebawah menggesek jemarinya dan mengelilingi intinya dengan tusukan pelan, memastikan lendir berdatangan untuk memudahkan penyatuannya. "Izinkan aku masuk lagi. Hanya sebentar." Ujarnya sambil memasukan dua jari mengorek kedalaman intinya sampai dalam dan berlayar disana mengayuhkan dua sampan bergerak berirama.

"Ta-tapi ini kamar mandiiii. Bagaimana bisaaaaaaaaaa." Rania tak tahan lagi saat intinya diserbu

"Bisa selama kau bersedia menungging membuka kedua kakimu membiarkan aku masuk menyelinap dari belakang." Ghaz menambah kecepatan tusukan jarinya hingga tubuh Rania bergetar nikmat. Cairan semakin membanjiri intinya dan terus menerus keluar akibat menikmati perlakuan jari Ghaz pada intinya.

Secara alam Rania menungging akibat tusukan tajam dan cepat dua jari kanan Ghaz yang mengisi celah diantara pahanya. Dengan tangan satunya menggetarkan klitorisnya.

"Ghaz..." Rengekan Rania terdengar putus asa tanda merasa kurang, butuh sesuatu yang lebih besar untuk mengisi celah di selangkangannya. Selama ini ia sudah terbiasa dipuaskan oleh pusaka besarnya.

Dengan mudah Ghaz mengarahkan senapannya menembakkan moncongnya dengan sekali hentakan tajam hingga Rania memekik senang lega bahwa Ghaz memasukinya dengan mudah mengisi seluruh lorong sempitnya tanpa nenyisakan ruang. Begitu penuh, begitu pas begitu padat.

"Sakit?" Raungnya sudah sangat tertutup embun kenikmatan. Setiap ia menembak, senapannya diremas kuat membuatnya bergetar. Ghaz menambahkan kecepatan ritmenya berusaha mencapai kenikmatan lebih.

"Tidak..." Rania terguncang tubuhnya merespon oleh kenikmatan yang menggila. Hentakan tajam Ghaz menggelitik bagian dalam tubuhnya membuatnya bergetar nikmat.

"Aku tak bisa lama sayang. Kita butuh makan." Ghaz terus berpacu menghentak dengan kedua tangan di pinggul Rania. fokus pada pusakanya untuk kenikmatan yang semakin menuncak.

Rania pasrah menikmati momen dengan guyuran air dingin membasahi punggungnya yang tersentak maju mundur mengikuti ritme suaminya.

"Ghaz..." Protesnya kelelahan. "Kakiku tak sanggup berpijak."

Ghaz memutar tubuh Rania mengangkat kedua kakinya dan mengarahkannya untuk kembali disenggamai. Rania secara alami mengalungkan kedua lengannya pada leher Ghaz mencari perlindungan agar tubuhnya tak jatuh. Kedua kaki Ghaz berpijak kuat dengan mengemban Rania. Dan mulai kembali mengebor kedalam lautan kelembapan yang membuatnya candu. Hentakannya semakin tajam. Ia menggeram berusaha menggapai puncaknya

GHAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang